• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asumsi Dasar

Perencanaan bisnis merupakan suatu rencana yang disusun berdasarkan asumsi-asumsi dasar dalam melakukan perhitungan bisnis meliputi aspek produksi, pemasaran, dan juga aspek finansial. Pada aspek produksi digunakan jumlah input sebesar 1.5 ton per hari sesuai dengan kapasitas mesin pengurai sabut kelapa. Jika dikalkulasikan dengan kebutuhan dunia yaitu 500 000 ton per tahun maka perusahaan mampu memenuhi sekitar 5 persen kekurangan pasar. Oleh karena itu dalam waktu satu tahun bahan baku sabut kelapa yang dibutuhkan sebesar 360 ton. Input berasal dari seluruh petani mitra di wilayah Bogor barat yaitu Leuwiliang, Ciampea, dan Cibungbulang. Petani mitra tersebut bergabung dengan koperasi dengan asumsi koperasi sudah didirikan.

Kapasitas produksi pada tahun pertama akan berbeda dengan tahun-tahun berikutnya. Pada tahun pertama perusahaan masih melakukan proses persiapan usaha. Oleh karena itu, kapasitas produksi tahun pertama masih mencapai 47 persen dan produksi baru bisa dimulai pada bulan ke-7 (Lampiran 2). Selain itu produksi pada bulan ke-7 tersebut masih mencapai 65 persen karena tahap persiapan pengolahan. Setiap pengolahan sabut kelapa akan dihasilkan 65 persen serbuk sabut kelapa dan 35 persen serat sabut kelapa.

Pada proses produksi diperlukan beberapa mesin yaitu ada mesin pengurai sabut kelapa, mesin pengayak, mesin pengering, dan mesin pengepres serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat balok. Mesin pengurai yang dibutuhkan sebanyak satu buah mesin dengan kapasitas sebesar 1.5 ton per hari dengan jam kerja 8 jam per hari dan hari kerja 5 hari.

Pada perusahaan CV Serat Kelapa pengolahan cocopeat belum sampai pada pengolahan menjadi cocopeat balok. Pengolahan serbuk sabut kelapa di perusahaan tersebut baru mencapai cocopeat mentah atau curah. Sedangkan dalam pembuatan cocopeat balok diperlukan kadar air yang pas agar saat dilakukan pengepresan bisa padat dan mengikat. Oleh karena itu dibutuhkan pengeringan dengan telaten dan diaduk secara terus menerus agar kering secara merata.

Pada aspek pemasaran digunakan asumsi harga cocopeat yang berlaku di pasar internasional yaitu Rp3 000 per kilogram. Sarana transportasi yang digunakan adalah dengan menggunakan pengangkutan laut melewati pelabuhan. Dalam asumsi ini digunakan metode Free on Board (FOB) yaitu biaya transportasi bagi produsen hanya sampai di pelabuhan Tanjung Priok, sedangkan

biaya selanjutnya ditanggung oleh konsumen dalam hal ini adalah pihak pengimpor.

Pada aspek analisis keuangan seluruh dana investasi berasal dari investor dengan jangka waktu pengembalian selama lima tahun. Berdasarkan data dari Bank Indonesia discount rate yang digunakan adalah sebesar 7.5 persen. Sedangkan pajak perusahaan berdasarkan Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2013 adalah sebesar 1 persen dari omset perusahaan. Akan tetapi untuk tarif pajak ekspor tidak dikenakan tarif atau sebesar 0 persen karena kelapa dan produk turunannya merupakan barang bebas berdasarkan ketetapan Menteri Perdagangan. Rincian lengkap asumsi terlampir dalam Lampiran 3 sampai Lampiran 6.

Rencana Strategi Pemasaran

Market Selection

1. Segmenting

Segmentasi dari cocopeat balok ini adalah perusahaan pengguna produk

cocopeat sebagai media tanam hidroponik, media rumput lapangan golf, dan juga animal bedding yang ada di seluruh negara. Oleh karena itu, pengelompokan segmen pasar berdasarkan pada letak geografis wilayah pengekspor. Selain itu, segmen pasar dari cocopeat balok adalah semua kalangan.

2. Targeting

Target pasar dari produk cocopeat balok ditentukan berdasarkan kebutuhan terhadap cocopeat sebagai media tanam dengan prospek pertaniannya yang baik. Pasar yang dituju adalah perusahaan internasional yang membutuhkan cocopeat sebagai media tanam. Negara yang menjadi tujuan ekspor produk cocopeat adalah Cina.

3. Positioning

Penetapan posisi pasar dimata konsumen dari produk cocopeat yaitu produk sudah berupa produk akhir yang siap digunakan sebagai media tanam,

animal bedding, pelapis lapangan golf, dan media ternak cacing secara praktis. Selain itu positioning perusahaan saat ini sebagai market follower. Hal tersebut dikarenakan sebelumnya telah ada perusahaan sejenis yang mengolah sabut kelapa menjadi cocopeat balok.

Marketing Mix Development

1. Product

Produk yang akan diproduksi oleh perusahaan adalah produk jadi dalam bentuk cocopeat balok yang sudah dikemas dan siap dipakai dengan kualitas yang baik. Produk dikemas dengan plastik dengan ukuran 30 x 30 x 20 cm

dengan bobot 5 kilogram. Dalam kemasan produk akan dicantumkan nama produk, nama perusahaan, tanggal produksi, dan juga perizinan.

2. Price

Harga jual cocopeat ditetapkan berdasarkan harga yang telah ada di pasar Internasional yaitu berkisar antara US$200 sampai US$225 per ton atau sekitar Rp2 600 sampai Rp3 000 per kilogram3. Adanya teknologi pengolahan dan pengemasan menjadikan harga jualnya menjadi Rp15 000 per balok ukuran lima kilogram. Harga tersebut belum termasuk biaya transportasi yang harus ditanggung oleh konsumen.

3. Place

Proses produksi akan dilakukan dengan mendekati sumber bahan baku. Tempat yang dipilih berlokasi di wilayah Bogor barat tepatnya di Jalan Raya Kampung Sawah, Leuwiliang, Bogor. Tempat tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan ketersediaan bahan baku yang besar. Selain itu, akses transportasi di wilayah tersebut juga sudah baik.

4. Promotion

Promosi penjualan dari produk cocopeat dilakukan kepada negara importir yaitu Cina dan negara lain. Penawaran produk ke luar negeri dilakukan lewat internet ke perusahaan yang membutuhkan cocopeat. Selain itu juga akan dilakukan pameran usaha yang bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan untuk promosi ke negara lainnya.

Rencana Produk

Produk cocopeat balok menggunakan bahan baku utama berupa sabut kelapa. Sabut kelapa ini rencananya akan diperoleh dari petani mitra yang tergabung dalam koperasi. Saung Kelapa sebagai unit usaha koperasi yang mengolah sabut kelapa menjadi cocopeat balok akan menampung sabut kelapa dari petani anggota.

Adapun pengumpulan sabut kelapa dari anggota dilakukan oleh koperasi dengan bantuan dari Gapoktan (gabungan kelompok tani) yang ada di wilayah Leuwiliang dan sekitarnya. Setelah sabut kelapa terkumpul di Gapoktan, koperasi akan mengangkut sabut kelapa tersebut dan selanjutnya mendistribusikannya ke unit usaha Saung Kelapa yang mengolah cocopeat balok. Berikut ini merupakan alur pendistribusian bahan baku sabut kelapa dari petani ke unit usaha Saung Kelapa tersedia pada Gambar 4.

3

http://bibitbunga.com/blog/penggunaan-cocopeat-sebagai-media-tanam/ (diacu pada 16 Juni 2015)

sabut kelapa

Gambar 4 Mekanisme pengumpulan bahan baku sabut kelapa

Bisnis pengolahan sabut kelapa ini akan menghasilkan produk jadi berupa

cocopeat balok yang sudah dikemas dengan baik. Dalam teknologi pengemasan digunakan plastik yang kedap udara dan kedap air agar kualitas dan kelembaban produk dapat tetap terjaga. Sebelum dikemas cocopeat dipres berbentuk balok agar mudah dikemas. Tujuan pengemasan dan pengepresan ini juga agar produk lebih mudah didistribusikan ke berbagai negara dibanding dijual dalam bentuk

cocopeat curah yang harganya lebih rendah.

Setelah dikemas dengan plastik produk selanjutnya diberikan label produk. Label produk terdiri atas nama merek, logo, nama perusahaan, tanggal pembuatan, dan izin penjualan produk. Setelah diberi label cocopeat balok siap didistribusikan ke berbagai wilayah pemasaran. Adapun desain dari produk adalah seperti pada Gambar 5 berikut.

Unit usaha Saung Kelapa

Gabungan Kelompok Tani

Petani Petani Petani Petani

Gambar 5 Desain produk cocopeat

Pengolahan serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat balok yang siap dipasarkan memerlukan beberapa penggunaan teknologi baik berupa teknologi pengurai sabut kelapa, alat pengayak, teknologi pengeringan, alat pengepres menjadi balok, serta alat pengemasan. Penggunaan berbagai teknologi tersebut diperlukan agar kualitas dan kuantitas produk selalu continue. Mesin-mesin yang digunakan untuk produksi merupakan mesin yang telah terstandardisasi untuk pengolahan cocopeat. Adapun perbandingan antara produk cocopeat curah dengan

cocopeat balok secara berurutan tersedia pada Gambar 6 dan Gambar 7 berikut.

Sumber: www.groworganik.com Sumber: http://hydroponic.co.za

Rencana Operasional

Rencana Jumlah Produksi

Rencana jumlah produksi pada bisnis ini adalah sebesar 1.5 ton per hari. Rencana jumlah produksi tersebut disesuaikan dengan kapasitas produksi mesin pengurai sabut kelapa yaitu 1.5 ton per hari. Selain itu, kapasitas tersebut disesuaikan untuk memenuhi sekitar 5 persen kebutuhan dunia. Pada tahap awal, mesin pengurai yang digunakan hanya satu buah karena biaya investasinya yang besar. Apabila diinginkan kapasitas produksi perusahaan yang lebih besar maka dibutuhkan investasi mesin kembali.

Kegiatan yang dilakukan pada bisnis pengolahan serbuk sabut kelapa ini terdiri atas beberapa tahap yaitu proses pemisahan antara serat sabut kelapa dan serbuknya, pengayakan serbuk sabut kelapa, pengeringan serbuk sabut kelapa, pengepresan cocopeat menjadi balok, dan juga pengemasan cocopeat balok. Produk tersebut digunakan untuk memasok permintaan dari luar negeri seperti Cina, Thailand, dan Korea. Kebanyakan negara tersebut membutuhkan cocopeat

untuk digunakan sebagai media tanam.

Rencana Teknologi

Berdasarkan CV Serat Kelapa, teknologi yang digunakan dalam pembuatan

cocopeat adalah teknologi pengurai dan pengayakan. Teknologi baru yang harus disediakan adalah mesin pengering, mesin pengepres dan mesin pengemasan. Mesin pengering dibutuhkan agar cocopeat dapat dipres menjadi balok. Sedangkan mesin pengepres dibutuhkan karena cocopeat yang dihasilkan adalah

cocopeat balok.

Teknologi pengurai serat dengan serbuk sabut kelapa menggunakan mesin penggerak Fuso D15/D 16 eks Jepang dengan output berupa serbuk sabut kelapa basah. Proses selanjutnya dilakukan pengayakan dengan teknologi mesin EM 1 Hp 220 V 1 Ph. Kemudian serbuk sabut kelapa hasil ayakan dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 12 persen dengan mesin pengering.

Setelah diperoleh serbuk sabut kelapa yang halus dan kering kemudian ditimbang seberat 5 kilogram dan langsung dilakukan pengepresan dengan mesin

Diesel Engine 8 hp heater. Selanjutnya dilakukan pengecekan kembali tentang standar mutu cocopeat. Proses berikutnya dilakukan pengemasan cocopeat yang sudah dipres dengan plastik transparan menggunakan mesin sealer. Berikut ini merupakan proses penggunaan mesin secara berurutan tersedia dalam Gambar 8.

Sumber: www.rumahmesin.com

Spesifikasi

Dimensi : 4 x 1 200 x 2 mm Penggerak : fuso D15/D 16 eks Jepang Kapasitas : 1.5 ton/hari

Fungsi : pengurai sabut kelapa Harga : Rp72 500 000 Sumber: www.rumahmesin.com Spesifikasi Dimensi : 3 x 800 x 1 200 mm Penggerak : EM 1 Hp 220 V 1 Ph Rangka : siku 50 x 50 x 5 Fungsi : mengayak sabut kelapa Harga : Rp8 500 000

Sumber:www.rumahmesin.com

Spesifikasi

Dimensi : 800 x 1 250 x 1 900 mm Sistem : super press system

Material : frame dan body press (mild steel), rangka (mild steel)

Penggerak : diesel engine 8 hp Dimensi cetakan: 30 x 30 x 20 Fungsi : mencetak cocopeat Harga : Rp60 000 000

Sumber:www.anekapengering.com

Spesifikasi Kapasitas : 100 kg

Dimensi : 120 cm x 100 cm x 150 cm Daya : 1 200 watt/220 volt Bahan bakar : gas LPG

Material : stainless stell Harga : Rp30 000 000

Gambar 8 Alur penggunaan mesin produksi Rencana Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan serbuk sabut kelapa ini berasal dari petani kelapa baik yang berskala besar maupun kecil di wilayah Bogor khususnya Bogor barat. Seluruh petani tersebut merupakan petani mitra yang bekerja sama untuk mengumpulkan bahan baku berupa sabut kelapa. Adapun kebutuhan bahan baku per bulan disajikan dalam Tabel 7. Sedangkan kebutuhan bahan baku secara lebih rinci per tahun terlampir dalam Lampiran 7.

Tabel 7 Bahan baku pembuatan cocopeat per bulan

Input Jumlah Satuan

Sabut kelapa 30 Ton

Bensin 300 Liter

Kemasan 3 900 Lembar

Label 3 900 Lembar

Solar 300 Liter

Gas LPG 12 kg 40 Tabung

Perencanaan Tata Letak dan Lokasi

Tata letak pabrik merupakan kumpulan unsur-unsur fisik yang disusun berdasarkan logika tertentu untuk mencapai objektif yang ditetapkan sebelumnya atau pengorganisasian seluruh fasilitas fisik yang ada di pabrik (Hadiguna 2009). Tata letak pabrik akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pabrik. Keberadaan pabrik tersebut harus mampu melayani faktor-faktor produksi seperti mesin, bahan baku, dan juga pekerja.

Kegiatan dalam pabrik mempunyai keterkaitan yang terencana. Interaksi aliran bahan dari satu proses ke proses selanjutnya memiliki aliran lurus (straight forward) agar lebih efisien dan mengurangi potensi kerusakan serta memperpendek jarak perpindahan (Hadiguna 2009). Dalam melakukan penataan mesin produksi, tipe tata letak yang akan digunakan adalah tata letak produk yang menggunakan logika susunan mesin berdasar urutan pengerjaan sebuah produk. Semua mesin disusun secara berurutan dengan prinsip mesin sesudah mesin. Tipe ini diharapkan dapat memperlancar aliran barang, menghemat total waktu produksi, penjadwalan produksi sederhana, dan dilakukan apabila luas lantai penyimpanan sementara sedikit (Hadiguna 2009).

Lokasi pabrik cocopeat akan didirikan di Jalan Raya Kampung Sawah, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan kedekatan wilayah dengan bahan baku sabut kelapa mengingat wilayah tersebut memiliki produksi kelapa yang tinggi di Kabupaten Bogor. Pendekatan berdasarkan lokasi bahan baku ini digunakan agar biaya produksi lebih kecil karena meminimalkan biaya angkutan bahan baku. Selain itu akses transportasi di wilayah tersebut juga sudah sangat baik.

Bangunan tersebut akan dibangun dengan luas berkisar 200 m2 yang terdiri atas area pengumpulan bahan baku, area produksi, pergudangan, dan juga kantor administrasi. Ruang perkantoran akan dibangun dengan luas 5 x 5 m2 sedangkan tempat produksi dan pergudangan seluas 10 x 10 m2 dan tempat penyimpanan bahan baku dan penguraian 5 x 5 m2. Adapun desain layout pabrik dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

F A D E C B

Gambar 9 Tata letak bangunan usaha Keterangan:

A : Kantor administrasi

B : Ruang penyimpanan bahan baku dan penguraian sabut kelapa (kanopi) C : Ruang produksi

D : Ruang penyimpanan E : Parkiran

F : Musholla dan toilet :Mesin produksi :Alur produksi Proses Produksi

Proses produksi merupakan salah satu kegiatan penting karena terkait dengan proses sebuah produk dihasilkan. Dalam proses ini dilakukan penambahan nilai dari sabut kelapa yang tidak bernilai menjadi cocopeat yang bernilai jual. Proses produksi diawali dengan melakukan penyortiran, pencucian, dan perendaman sabut kelapa. Selanjutnya sabut kelapa diuraikan dengan mesin pengurai, lalu dilakukan pengayakan sabut kelapa yang telah diuraikan tersebut. Hasil pengayakan berupa serbuk sabut kelapa dan serat sabut kelapa. Serat sabut kelapa langsung dijual kepada perusahaan mitra. Sedangkan serbuk sabut kelapa dilakukan proses selanjutnya yaitu dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 12 persen.

Setelah kering serbuk sabut kelapa ditimbang seberat 5 kilogram dan dipres menjadi cocopeat balok. Proses selanjutnya adalah pengecekan kualitas cocopeat

sebelum akhirnya dikemas dan diberi label. Akhirnya, cocopeat balok siap dipasarkan dan didistribusikan. Proses pengolahan sabut kelapa hingga menjadi

cocopeat balok yang siap dipasarkan dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut.

Gambar 10 Diagram alir pengolahan sabut kelapa menjadi cocopeat balok Tenaga Teknis Produksi

Tenaga teknis dalam produksi merupakan karyawan yang melakukan proses produksi pengolahan sabut kelapa menjadi cocopeat mulai dari proses penyortiran bahan baku, pencucian, perendaman, pemisahan serat, pengayakan, pengeringan, pengepresan, dan pengemasan. Dalam menjalankan kegiatan tersebut maka rincian tenaga kerja yang dapat dibentuk dalam usaha tersebut seperti terdapat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Rincian tenaga kerja berdasar deskripsi kerja Jenis Pekerjaan Satuan Jumlah Manajer (wirakoperasi) orang 1 Administrasi dan keuangan orang 1 Kepala bagian produksi orang 1 Pekerja bagian produksi orang 6

Sopir orang 1

Kuli angkut orang 2

Keamanan orang 1

Total 13

Sabut Kelapa

Pengeringan serbuk sabut kelapa hingga kadar airnya 12 persen

Pengayakan sabut kelapa Penyortiran, pencucian, dan perendaman (3 hari)

Penguraian sabut kelapa

Penimbangan dan pengepresan serbuk sabut menjadi balok

Pengemasan dan pelabelan CocopeatBalok Zat Tanin dan kotoran

Serat langsung

dijual

Tenaga kerja dalam usaha pengolahan cocopeat balok terdiri atas tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri atas tenaga di bagian manajemen perusahaan yaitu manajer, bagian administrasi keuangan, kepala bagian produksi, dan bagian keamanan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap terdiri atas tenaga produksi, tenaga angkutan sopir, dan kuli angkut.

Tenaga kerja tetap yang diperlukan adalah manajer satu orang yang memimpin usaha dan sekaligus sebagai sosok yang memiliki jiwa wirakoperasi untuk mengatur jalannya usaha. Kemudian bagian administrasi keuangan yang mengelola administrasi, mengelola fungsi akuntansi perusahaan, mengurusi bagian marketing dengan melakukan proses promosi penjualan baik ke dalam maupun luar negeri. Kepala bagian produksi yang memimpin jalannya proses produksi barang serta menangani masalah quality control. Selain itu ada tenaga keamanan sejumlah satu orang.

Selanjutnya tenaga kerja tidak tetap yaitu karyawan produksi yang melakukan pekerjaan teknis. Jumlah tenaga kerja produksi yang diperlukan sebanyak 6 orang dengan jenis pekerjaan terdiri dari bagian pembersihan bahan baku, operator mesin pengurai, operator mesin pengayak, operator mesin pengering, operator mesin pengepres, dan bagian pengemasan serta labelling. Ada pula tenaga kerja angkutan sebagai sopir sejumlah satu orang dan kuli angkut sejumlah dua orang.

Perumusan Standar Mutu

Perumusan standar mutu baik input maupun output produksi sangat diperlukan dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai jual yang tinggi. Standar mutu output yang diberlakukan adalah berdasarkan standar mutu SNI 19-4791-1998 dengan SK Penetapan 102/BSN-I/HK/05/1998 yaitu sebagai berikut.

a. Briket mempunyai bentuk yang kompak.

b. Mempunyai ph netral yaitu berkisar 5.5 sampai 7.0. c. Daya hantar listrik maksimal 5 mhos/cm.

d. Kuat tekan minimal 3 kg/cm2. e. Kadar air minimal 15 persen. f. Total nitrogen minimal 0.4 persen.

Selain standar mutu SNI 19-4791-1998, cocopeat yang dihasilkan juga mengacu pada perusahaan internasional yang ada di Srilanka 4 sebagai pertimbangan memasuki pasar internasional tercantum pada Tabel 9.

4

Tabel 9 Komponen teknis dan kimia cocopeat

No Komponen teknis dan kimia

High EC Regular Treated(RHP Grade)

1 E.C < 1.5 ms < 0.5 ms < 0.7 ms

2 pH 6 to 7 6 to 7 6 to 7

3 Sodium < 9 mmol/lit < 6 mmol/lt < 3 mmol/lt 4 Potassium < 12 mmol/lit < 8 mmol/lt < 4.5 mmol/lt 5 Sodium (Water

Soluble)

< 6.5 mmo/lit < 4.5 mmol/lt < 2.5 mmol/lt 6 Potassium (Water

Soluble)

< 6.0 mmo/lit < 4.0 mmol/lt < 2.5 mmol/lt 7 Potassium (Ex -Ws) < 6.0 mmo/lit < 4.0 mmo/lit < 2.0 mmol/lt 8 Sodium (Ex- Ws) <2.5 mmol/lit < 1.5 mmo/lit < 1.0 mmol/lt 9 Chlorides < 7.0 mmo/lit < 4.5 mmol/lt < 2.5 mmol/lt 10 Calcium <1.0 mmol/lit < 1.0 mmol/lt < 1.0 mmol/lt 11 Magnecium <1.0 mmol/lit < 1.0 mmol/lt < 1.0 mmol/lt 12 Nitrates < 7.5 mmo/lit < 7.5 mmol/lt < 7.5 mmo/lt 13 Sulphates < 6.0 mmo/lit < 6.0 mmol/lt < 6.0 mmol/lt

Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

Aspek legal menyangkut bentuk badan usaha dan perizinan usaha. Bentuk badan usaha yang akan dibentuk adalah berupa koperasi. Pemilihan bentuk badan usaha koperasi karena proses pendiriannya yang mudah. Selain itu untuk menjalin kerja sama dengan para petani koperasi dirasa menjadi salah satu lembaga yang sesuai. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi yang bertujuan mensejahterakan anggotanya dan menumbuhkan rasa memiliki diantara semua anggota sehingga keberlangsungan usaha dapat terjaga. Dengan demikian, bentuk usaha koperasi sesuai digunakan oleh wirakop dalam mengembangkan bisnis

cocopeat balok ini. Struktur Organisasi

Organisasi dalam usaha cocopeat ini dalam bentuk koperasi. Bentuk usaha koperasi dipilih karena proses pendirian koperasi yang mudah dan tidak berbelit- belit (Alma 2009). Pendirian koperasi membutuhkan anggota minimal 20 orang dan sepakat mendirikan koperasi. Akan tetapi, dalam pelaksanaan unit usaha ini tidak mendirikan koperasi yang baru melainkan bekerjasama dengan koperasi yang telah ada di Bogor.

Koperasi yang telah ada di Kabupaten Bogor akan dikembangkan dengan bantuan pemerintah daerah setempat disertai seorang wirakop sebagai katalisator.

Tahap setelah adanya ide pembuatan usaha adalah dengan identifikasi potensi sabut kelapa. Setelah itu dilakukan inisiasi terhadap koperasi untuk membentuk unit usaha.

Kemudian, koperasi melakukan sosialisasi kepada petani untuk kerja sama bahan baku sabut kelapa. Setelah kerja sama terbentuk maka dibentuklah unit usaha pengolahan sabut kelapa oleh koperasi. Seluruh proses kegiatan mulai dari proses identifikasi potensi dibantu oleh Dinas Pertanian dan BP3K setempat. Berikut ini merupakan alur pengembangan koperasi dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Alur pembentukan unit usaha

Berdasarkan pembentukan badan usaha unit koperasi tersebut maka struktur organisasi dibedakan menjadi pengurus koperasi dan pengelola usaha. Struktur organisasi yang masuk dalam koperasi seperti Rapat Umum Anggota, pengurus harian, dan pengawas. Sedangkan struktur organisasi untuk unit usaha terdiri atas manajer usaha sekaligus sebagai wirakoperasi, kepala bagian produksi, bagian administrasi, keuangan, dan pemasaran. Ada pula karyawan produksi yang terdiri atas pekerja produksi, keamanan, sopir, dan kuli angkut. Dengan demikian susunan organisasi usaha dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Struktur organisasi bisnis cocopeat

RUA

(Rapat Umum Anggota) Pengurus

Manajer Usaha

Pengawas

Administrasi dan Keuangan

Kepala Bagian Produksi

Karyawan produksi Wirakoperasi

Ide Identifikasi Unit usaha

Sosialisasi

Struktur organisasi tersebut dibentuk berdasarkan kebutuhan pendirian unit usaha koperasi. Manajer dibutuhkan dalam rangka membantu pengurus mengelola usaha koperasi (Alma 2009). Pekerjaan pengurus pada unit usaha hanyalah sebagai policy maker, sedangkan pekerjaan sehari-hari usaha dilakukan oleh manajer dan karyawan usaha. Karyawan usaha terdiri atas pekerja produksi, tenaga pengangkut, supir, dan petugas keamanan. Pekerja produksi mengerjakan tugas usaha meliputi pembersihan bahan baku, penguraian sabut kelapa, pengayakan serbuk sabut kelapa, pengeringan serbuk sabut kelapa, pengepresan

Dokumen terkait