• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pemasaran

Kegiatan pemasaran yang hendak direncanakan pada rencana bisnis ini merujuk pada dua hal yaitu analisis pasar dan bauran pemasaran. Berdasarkan ketetapan Menteri Keuangan No 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar bahwa komoditas pegagan (tanaman obat) tidak dikenakan bea keluar. Tidak ditetapkannya bea keluar untuk tanaman obat tentu sangat menguntungkan bagi para produsen dan eksportir, apalagi jika melihat harga jual pegagan yang sangat tinggi mencapai USD 21.03. Hal inilah yang membuka tingginya peluang pasar bagi tanaman pegagan sebagai komoditas

biofarmaka unggulan Negara Indonesia. Analisis pasar dilakukan dengan langkah awal menetapkan segmentasi, target, dan posisi pasar untuk tanaman biofarmaka pegagan. Pegagan termasuk salah satu tanaman hortikultura eksotika yang tersebar hampir di beberapa negara di Asia seperti Jepang, India, Hongkong, Korea, dan Cina. Kebutuhan akan tanaman pegagan untuk konsumsi kesehatan banyak ditemukan di seluruh negara, termasuk negara-negara di Eropa. Hal ini dikarenakan tanaman pegagan merupakan tanaman eksotika yang lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia dibandingkan di negara-negara Eropa.

Analisis Pasar

1.Segmentasi Pasar (Segmenting)

Pembagian segmentasi pasar untuk produk olahan pegagan ini didasarkan pada dua aspek yaitu tingkat penggunaan dan juga tingkat geografis. Pengelompokan berdasarkan tingkat penggunaan segmen pasar untuk produk ini mencakup industri fitofarmaka, industri jamu, dan industri obat herbal lainnya. Segmen pasar ini mencakup industri makanan dan minuman yang membutuhkan bahan baku rempah maupun herbal. Selanjutnya, berdasarkan aspek geografis segmen pasar produk ini mencakup beberapa negara yang membutuhkan pasokan bahan baku pegagan, sesuai dengan acuan dari Badan Pusat Statistik, yaitu seperti Negara Jepang, Hongkong, Korea Utara, Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Maldiv, India, Pakistan, Saudi Arabia, Qatar, Libya, Samoa, Amerika, Belanda, Italia, Kanada, Perancis, dan Jerman.

2. Target Pasar (Targeting)

Target pasar yang dipilih untuk produk olahan pegagan ini ialah industri biofarmaka dan fitofarmaka yang menggunakan simplisia pegagan sebagai bahan baku produknya. Target pemasaran ditujukan ke Negara Jerman dan salah satu contoh perusahaan yang membutuhkan bahan baku pegagan dan medical herbs di negara Jerman ialah Chipro dan Flag Art. Penjualan ke Negara Jerman sesuai dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2011 bahwa Jerman ialah importir komoditas pegagan dengan net weight mencapai 115 368 kg per tahun dengan nilai FOB USD 337 010.

3. Posisi Pasar (Positioning)

Usaha pengolahan daun pegagan menjadi simplisia pegagan ini ialah berupa intermediate product dari pegagan segar menjadi pegagan kering yang berkualitas dengan kadar air maksimum yaitu 5 persen, kadar kandungan kotoran sebesar 2 persen, dan tidak terdapat jamur. Usaha pengolahan pegagan ini menawarkan produk yang diproses menggunakan teknologi pengeringan dan pengemasan vakum. Teknologi pengemasan vakum memberikan nilai tambah tersendiri bagi produk simplisia pegagan ini. Pengemasan dapat meningkatkan umur simpan produk dan dapat mempertahankan kualitas produk simplisia pegagan didalamnya. Berbeda dengan produk olahan lainnya yang hanya menggunakan plastik kemasan biasa tanpa menggunakan plastik kemasan vakum. Kegiatan usaha pengolahan ini memiliki nilai kualitas yang lebih baik dari pesaing, karena menggunakan teknologi mesin yang modern serta pasar luar negeri menjadi target pasarnya.

Marketing Mix Development

a. Product (Produk)

Bisnis pengolahan ini akan menghasilkan produk yang berupa intermediate product atau produk setengah jadi dalam bentuk simplisia atau kering. Produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan plastik kemas menggunakan teknologi kemasan modern yaitu vacum packaging. Pada kemasan produk simplisia akan diberi label yang jelas bertuliskan, nama produk, berat bersih, tanggal pengemasan, nama produsen dan tempat pengemasan. Intermediate product ini dipilih agar dapat meningkatkan nilai tambah bagi komoditas pegagan serta menciptakan posisi harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hanya menjual pegagan segar.

b. Price (Harga)

Harga dari produk yang dihasilkan adalah sebesar 21.03 USD atau senilai Rp 240 000 (1 USD = Rp 11 400). Harga tersebut ditetapkan atas hasil acuan yang didapatkan menurut referensi data sekunder Market News Service-International Trade Centre (MNS ITC). Mengenai harga ekspor komoditas simplisia pegagan ke pasar luar negeri dan juga berdasarkan perbandingan dengan harga dalam negeri jika hanya dijual dalam bentuk segar masih lebih rendah. Harga tersebut dapat menutup biaya produksi dan dapat menciptakan peluang yang tinggi serta mendapatkan keuntungan lebih jika dibandingkan dengan harga jual di dalam negeri yang masih begitu rendah.

c. Place (Tempat)

Lokasi distribusi ditujukan untuk penjualan produk yang dihasilkan dalam bentuk kering, salah satu negara tujuan ekspor untuk produk ini ialah Jerman. Kegiatan penjualan ini melibatkan para pelaku saluran distribusi dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan lain yang juga mengekspor produk pegagan dalam bentuk kering dengan sistem kerjasama joint container. Distribusi untuk penyaluraan produk ini melalui kerjasama yang dilakukan pada pelabuhan peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta

d. Promotion (Promosi)

Strategi promosi yang dilakukan untuk menjual produk ini ialah dengan cara penjualan langsung (direct selling) atau menghubungi langsung perusahaan fitofarmaka pada Negara Jerman sebagai importir yang membutuhkan bahan baku pegagan bubuk. Kegiatan promosi produk tersebut menggunakan media komunikasi atau media internet lainnya seperti email, website, dsb. Selain menjual dan menghubungi langsung perusahaannya, kegiatan promosi dilakukan melalui hubungan kerjasama dengan perusahaan distributor untuk produk ekspor.

Rencana Produk

Produk yang akan dihasilkan dari kegiatan rencana bisnis ini berupa produk setengah jadi (intermediate product) yaitu dalam bentuk simplisia pegagan kering. Pegagan segar yang diperoleh melalui petani mitra kemudian masuk ke tahap proses pengolahan sehingga menghasilkan output produk dalam bentuk kering. Pegagan kering yang dihasilkan dalam proses pengolahan memiliki kadar air maksimum yaitu 5 persen, kandungan kotoran tidak melebihi 2 persen, dan tidak terdapat serangga serta jamur. Produk pegagan kering ini memiliki kualitas

pegagan yang baik setelah dikeringkan ialah jika daun tetap berwarna hijau dan tidak bau apek, aroma harum, dan jika diremas daun akan hancur. Pegagan kering ini berasal dari pegagan segar yang selama proses pengolahannya telah diselesaikan dengan standar dan mengikuti prosedur SOP pengolahan tanaman obat jenis daun. Produk ini kemudian diberi label, dikemas dengan kemasan primer yaitu berupa plastik vakum kapasitas 10 kg, dan dikemas dengan kardus kapasitas 50 kg sebagai kemasan sekunder.

Metode pengemasan menggunakan mesin vacuum packaging dipilih karena dapat menciptakan nilai serta manfaat bagi produk, salah satunya ialah dapat memperpanjang umur produk dan menciptakan nilai tambah tersendiri bagi produk. Produk diberi label yang menunjukkan identitas perusahaan dan hasil dengan keterangan yang jelas bertuliskan: nama pegagan bubuk, berat bersih

Gambar 3 Pegagan segar

Gambar 4 Pegagan kering

Rencana Produksi dan Operasional

Rencana produksi tentu diperlukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan teknis dan proses produksi. Hal ini ditujukan agar setiap proses produksi yang dilakukan dapat memenuhi target yang telah ditentukan setiap bulannya. Tak hanya itu, rencana produksi dan operasional yang baik akan memperhitungkan ketersediaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi ini ialah tanaman pegagan segar yang nantinya akan diproses menjadi produk simplisia pegagan kering. Banyaknya jumlah pegagan segar yang dibutuhkan untuk diolah disesuaikan dengan besarnya nilai rendemen tanaman pegagan. Rendemen menunjukkan besarnya perbandingan antara berat pegagan kering yang didapat dari berat pegagan basah/segar. Menurut hasil lapang didapatkan bahwa besarnya rendemen tanaman pegagan ialah 10 persen. Perbandingan antara besarnya berat pegagan kering dan berat pegagan basah ialah 1:10. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan 1 kg pegagan kering dibutuhkan bahan baku pegagan basah/segar sebanyak 10 kg.

Berdasakan hasil observasi lapang ke tujuh petani di daerah Bogor rata-rata petani memiliki penguasaan lahan untuk komoditas pegagan sebesar 1 000 m2. Data kepemilikan lahan oleh petani tersebut memberikan implementasi bahwa satu orang petani ditargetkan dapat memasok minimal 25 kg pegagan basah setiap hari dalam satu bulan dengan waktu tanam masing-masing petani yang berbeda- beda dan pola tanam rotasi. Proses produksi dilakukan selama satu bulan dengan asumsi dua puluh hari kerja dengan sistem proses produksi bergulir.

Pada tahun pertama, kapasitas produksi dalam satu kali proses produksi adalah 21 053 kg pegagan basah, dengan penyusutan bahan baku sebsar 15 persen maka setelah proses penyortiran akan menghasilkan 17 895 kg pegagan basah. Sehingga dalam satu bulan akan menghasilkan sekitar 1.8 ton per bulannya. Tahun kedua bisnis berjalan, hasil produksi pegagan kering ditargetkan mencapai 2 ton per bulan dengan penggunaan bahan baku tetap yaitu 21 053 kg dan penyusutan bahan baku menurun menjadi 5 persen. Sehingga setelah penyortiran akan didapatkan 20 000 kg pegagan basah. Hal ini diasumsikan bahwa pada tahun kedua kegiatan proses produksi telah mencapai titik optimum yaitu dengan kegiatan produksi yang lebih efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan pada tahun kedua telah dilaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan, dan pendidikan untuk para petani sehingga tingkat keseragaman bahan baku yang dihasilkan oleh petani meningkat. Maka dari itu, jumlah bahan baku yang disortasi menunjukkan nilai penyusutan yang lebih kecil.

Rencana Jumlah Produksi

Penetapan jumlah produksi pada kegiatan usaha pengolahan pegagan ini ditujukan untuk menghasilkan produk berupa simplisia kering dari pegagan. Kegiatan pengolahan pegagan ini terdiri dari proses pengeringan serta pengemasan. Produk yang dihasilkan nantinya digunakan untuk memasok industri biofarmaka luar negeri dan dalam negeri yang membutuhkan bahan baku simplisia pegagan kering. Rencana jumlah produksi pada awal tahun bisnis ini

mencapai 1.8 ton setiap bulannya dan pada tahun berikutnya produksi mencapai hasil optimum yaitu dua ton setiap bulannya.

Teknologi

Penggunaan teknologi dalam kegiatan bisnis pengolahan daun pegagan ini adalah dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan, penggilingan, dan pengemasan menggunakan mesin vakum. Adapun alat-alat yang digunakan dalam usaha pengolahan ini ialah vacum cabinet dryer dan vacum packaging untuk mesin pengemasan. Teknologi pengeringan buatan menggunakan mesin cabinet dryer dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi karena tenaga mesin yang didapatkan bersumber dari listrik dan bahan bakar gas. Selain itu, teknologi pengemasan menggunakan mesin vacum packaging dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk sehingga nilai tambah lebih besar dan lebih tahan lama.

1. Mesin Vacuum Cabinet Dryer

Prinsip dan cara kerja dari mesin dryer tersebut ialah menggunakan pemanas dengan alat blower di dalam rangkaian oven dengan cara mengalirkan udara panas ke seluruh bahan baku sekaligus penyedotan uap air yang keluar dari bahan baku yang sedang dipanaskan. Sumber panas yang dikeluarkan berasal dari gas, sedangkan blower mesin menggunakan sumber tenaga listrik. Mesin pengeringan vacuum cabinet dryer dengan bahan mesin stainless, memiliki empat puluh rak kapasitas 230 kg untuk daun. Mesin pengeringan (vacuum dryer) dibutuhkan lima mesin, dengan ketentuan satu kali pengeringan menghabiskan waktu selama delapan jam dan suhu 500 C sampai 550 C

Spesifikasi Mesin vacuum cabinet dryer: 1. Mesin Oven Pengering 40 Rak (gas) 2. Kapasitas : 40 rak / loyang

3. Dimensi : 240x55x165 cm 4. Bahan : stainless stell 5. Listrik blower: 300 watt 6. Sumber panas : Gas LPG

Gambar 6 Mesin vacuum cabinet dryer Sumber: www.tokomesin.com

2. Mesin Vacuum Packaging

Setelah dikeringkan dan digiling, pegagan bubuk kemudian dikemas ke dalam plastik kemasan vakum dan menggunakan teknologi mesin vacuum packaging. Penggunaan teknologi tersebut dipilih untuk menciptakan nilai tambah yang lebih baik dan produktivitas meningkat. Selain itu, teknologi pengemasan menggunakan mesin vacuum packaging dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk sehingga nilai tambah lebih besar dan lebih tahan lama.

Spesifikasi mesin vacuum packaging: 1. Tipe : DZ600 W

2. Listrik : 380 V, 50 Hz

3. Hot sealing power : 800 watt 4. Vacuum pump power : 750 watt 5. Lebar seal : 600 mm x 10 mm 6. Working table size : 600x400 mm 7. Packing speed : 1-3 kali / menit 8. Dimensi Mesin : 670x500x1000 mm 9. Berat : 80 kg

Gambar 7 Mesin external vacuum packaging Sumber: www.tokomesin.com

Plastik kemasan yang digunakan merupakan jenis plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate) dan Nylon. Plastik kemasan ini memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa. Kemasan plastik vakum ialah kemasan primer dengan kapasitas 10 kg, sehingga dalam satu bulan proses produksi akan menghasilkan dua puluh kemasan sekunder. Setelah simplisia pegagan dikemas menggunakan plastik vakum kemudian dikemas menggunakan kardus sebagai kemasan sekunder dengan kapasitas 50 kg, sehingga satu bulan produksi menghasilkan 36 kardus.

Gambar 8 Plastik kemasan vakum Sumber: www.tokomesin.com 3. Mesin conveyor logam detector

Sebelum dikemas, pegagan yang telah diolah dalam bentuk kering kemudian masuk ke tahap pengujian bahan. Pengujian kandungan bahan pegagan kering ini dilakukan menggunakan mesin conveyor pendeteksi logam. Hal tersebut dilakukan agar produk yang dijual tidak mengandung bahan yang membahayakan, sehingga produk aman untuk dipasarkan. Pengujian kandungan logam diperlukan agar produk tetap terjaga kualitas dan mutunya.

Spesifikasi mesin pendeteksi logam: a. Tipe : F500

b. Metode mendeteksi : Magnetic induksi c. Lebar pendeteksian : 600 mm

d. Tinggi pendeteksian : 160 mm

e. Kemampuan mendeteksi : Ф1.0 bola besi f. Metode alarm : Buzzer

g. Kecepatan belt : 40 m/min

h. Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz

i. Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm

Gambar 9 Mesin conveyor pendeteksi logam Sumber: www.indotrading.com

Bahan Baku

Kebutuhan bahan baku yang dipakai dalam kegiatan usaha pengolahan pegagan ini berupa komoditas pegagan segar yang diperoleh dari petani-petani skala kecil yang berada di wilayah Bogor. Petani yang memasok bahan baku pegagan ini merupakan petani yang bermitra dengan usaha pengolahan ini sebagai pemasok tetap bahan baku produksi. Bahan baku pegagan ini harus berupa pegagan segar dengan kualitas baik serta bebas dari hama dan penyakit tanaman.

Pasokan bahan baku pegagan segar direncanakan mencapai 21.05 ton per bulannya atau sebesar 21 053 kg per bulan dengan asumsi bahwa pada tahun pertama akan terjadi penyusutan bahan baku pegagan segar sebesar 15 persen dan 5 persen pada tahun kedua setelah dilakukan proses sortasi. Proses sortasi bahan baku ini dilakukan untuk memilih kualitas bahan baku yang paling baik sehingga dari 21 053 kg pegagan segar dengan perbandingan rendemen sebesar 1:10 akan didapatkan 1 800 kg (1.8 ton) pegagan kering di tahun pertama dan 2 000 kg (2 ton) di tahun kedua.

Tabel 5 Kebutuhan bahan baku per bulan tahun pertama Jumlah Satuan Input:

Pegagan segar 21 053 kg

Penyusutan bahan baku 15% (sortasi)

3 158 kg

Plastik kemasan 180 lembar

Kemasan Sekunder (Kardus) 36 dus Output:

Pegagan kering 1 800 kg

Tabel diatas menunjukkan kebutuhan baku setiap bulan di tahun pertama dengan persentase penyusutan sebesar 15 persen. Sebanyak 3 158 kg setiap bulan merupakan bahan baku pegagan basah yang tidak terpakai setelah proses penyortiran. Sedangkan pada tahun kedua kebutuhan bahan baku per bulan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kebutuhan bahan baku per bulan tahun kedua Jumlah Satuan Input:

Pegagan segar 21 053 kg

Penyusutan bahan baku 5% (sortasi) 1 053 kg

Plastik kemasan 200 lembar

Kemasan Sekunder (Kardus) 40 dus Output:

Proses Produksi

Kegiatan pengolahan pegagan segar ini dilakukan sesuai dengan proses produksi melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Sortasi

Sortasi tanaman pegagan dilakukan setelah panen tanaman yang berumur tiga sampai empat bulan untuk pertama kali panen dan untuk masa panen selanjutnya ialah setiap satu bulan sekali. Penyortiran perlu dilakukan untuk memisahkan daun dari kotoran dan gulma yang ikut terambil pada saat panen. Sortasi ini dilakukan secara sederhana dengan memisahkan antara daun pegagan yang hijau dan segar dengan daun pegagan yang kurang bagus (kekuningan) atau busuk.

2. Pencucian dan penirisan pegagan segar

Setelah penyortiran, pencucian penting dilakukan sebelum dijemur untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada bahan. Pencucian menggunakan air bersih secara bertingkat dan jangan direndam terlalu lama. Selanjutnya, pegagan ditiriskan dan diangin-anginkan diatas tampah, penirisan dilakukan paling lama hingga satu hari untuk menghilangkan air bekas pencucian.

3. Pengeringan

Pegagan yang telah ditiriskan selama seharian kemudian dikeringkan dengan menggunakan alat pengering cabinet dryer. Mesin cabinet dryer ini dilengkapi dengan alat blower sebagai penghilang panas di dalam ruang pengeringan. Daun pegagan ditaruh diatas tray pengeringan dan pastikan bahan tidak saling tumpuk. Lama pengeringan bisa mencapai delapan jam kerja mesin dengan suhu 500 C sampai 600 Chingga bahan mencapai kadar air maksimum lima persen.

4. Penyortiran kedua dan penimbangan akhir

Sebelum dikemas, simplisia pegagan kering disortir kembali dan pastikan simplisia tidak mengandung partikel atau benda asing lainnya seperti kotoran. Setelah penyortiran, timbang bobot akhir produk.

5. Pengemasan

Proses selanjutnya, pengemasan dilakukan pada simplisia pegagan kering dengan kantong kemasan plastik vakum. Pengemasan dilakukan secara hati-hati kemudian kemasan ditutup rapat dan aman selama penyimpanan maupun pengangkutan. Selanjutnya, kemasan diberi label yang berisi mengenai informasi nama bahan, tanggal produksi, nama produsen, tempat poduksi, dan berat bersih.

6. Penyimpanan

Simplisia yang sudah dikemas dan diberi label disimpan di gudang penyimpanan yang bersih dengan suhu ruangan tidak melebihi 300 C, terdapat ventilasi, tidak bocor, penerangan cukup, dan bebas dari hama gudang

Gambar 10 Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat pegagan

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Rencana lokasi dan tata letak dari bisnis pengolahan daun pegagan ini terdapat pada satu lokasi yang didalamnya terdapat dua area kerja, yaitu bangunan untuk area produksi dan bangunan untuk area kantor. Lokasi produksi yang akan dipilih untuk menjalankan bisnis ini di sekitar pusat kota Bogor dengan alasan memilih lokasi di pusat kota Bogor ialah letaknya yang strategis, akses mudah, dan terletak di jalan utama Bogor. Gambar desain layout rencana tata letak are kantor dan bangunan produksi dapat dilihat pada Gambar 11.

Sortasi dan penimbangan Pegagan Segar Pencucian Penirisan selama 1 hari Pengeringan menggunakan mesin vacuum cabinet dryer

selama 8 jam

Simplisia pegagan kering kemasan

10 kg

Obat dari simplisia pegagan Penyortiran dan penimbangan akhir Pengemasan menggunakan mesin vacuum packager selama 2 jam Deteksi kandungan logam menggunakan mesin conveyor pendeteksi logam

Gambar 11 Tata letak bangunan usaha Keterangan :

1 = Mesin vacuum cabinet dryer / pengeringan 2 = Mesin vacuum packaging / pengemasan 3 = Mesin conveyor pendeteksi logam

= Area luar/ area bongkar muat

Tenaga Teknis Produksi

Tenaga teknis produksi pada bisnis pengolahan ini terdiri dari beberapa karyawan yang melakukan proses pengolahan mulai dari pengeringan, penggilingan, hingga proses pengemasan sehingga menghasilkan produk simplisia pegagan kering dan pegagan bubuk. Tenaga kerja pada teknis produksi usaha ini memiliki rincian sebagai berikut:

Tabel 7 Rincian tenaga teknis berdasarkan deskripsi kerja

Jenis Pekerjaan Jumlah

Staf atau supervisor bagian produksi 1 orang

Tenaga ahli 1 orang

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan ialah tujuh orang, untuk melakukan teknis produksi pengolahan pegagan ini yang terdiri dari tujuh orang melakukan kegiatan produksi mulai dari sortasi awal hingga pengemasan akhir. Sedangkan tenag kerja ahli satu orang untuk mengoperasikan mesin pendeteksi logam dan staf atau supervisor bagian produksi satu orang yang bertugas untuk mengontrol dan mengatur berjalannya kegiatan produksi serta pembagian tugas untuk tenaga kerja produksi.

Perumusan Standar Mutu Input dan Output

Produk simplisia pegagan ini menggunakan bahan baku alami yaitu komoditas pegagan segar yang dapat langsung diperoleh dari kekayaan sumber daya alam yang ada. Penggunaan bahan baku pegagan disesuaikan dengan kebutuhan jumlah produksi yang akan dihasilkan pada bisnis pengolahan ini. Bahan baku pegagan yang baik akan menentukan hasil produksi yang baik pula. Bahan baku yang digunakan untuk pegagan kering harus sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Perumusan mutu input produk dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang memperhatikan keamanan, kesehatan, dan kebersihan. Mutu output berupa produk setengah jadi (intermediate product) yang telah disesuaikan dengan standar yang disesuaikan oleh pasar tujuan yaitu industri herbal, jamu, maupun fitofarmaka.

a. Standar mutu input

Input yang digunakan pada proses pengolahan ini adalah daun pegagan segar yang diperoleh melalui petani pemasok yang bermitra. Mutu input yang ditetapkan untuk produk simplisia adalah pegagan basah dengan warna hijau segar, tidak busuk, bebas dari hama penyakit, dan tidak berwarna kekuningan.

b. Standar mutu output

Output yang dihasilkan ialah produk setengah jadi berupa daun pegagan kering/simplisia. Standar mutu output pegagan kering dalam bentuk simplisia ialah pegagan yang memiliki kandungan kadar air sebesar maksimal lima persen, kotoran dua persen, dan tidak terdapat jamur. Kualitas pegagan yang baik setelah dikeringkan ialah jika daun tetap berwarna hijau dan tidak bau apek, aroma harum, serta jika diremas daun akan hancur.

Perumusan Standard Operating Procedure (SOP)

Perumusan SOP ditetapkan secara khusus bagi masing-masing tahap proses produksi mulai dari sortasi awal sampai penyimpanan. Berikut ialah Standard Operating Procedure (SOP) yang telah dirumuskan (Sringganis 2011):

1. SOP Pencucian

Alat dan bahan : pegagan segar, bak pencucian/ember besar, air bersih dan

Dokumen terkait