• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGENDA 3 3 0 METER : Rumah : Berugak : Lumbung : Kandang Ternak

: Bak Penampungan Air : Pintu Masuk Komplek Perkampungan

: Masjid : Sekolah

: Home Stay/Penginapan

: Stoping Area/Shelter

: Bale Budaya

: Pintu Gerbang Kawasan : Kios Souvenir

: Kantor Pengelola/Pusat Informasi

: Rumah Makan 1 2 3 4 5 6 8 9 1 0 7 1 2 14 1 1 1 5 1 3

: Rute Wisata Budaya

10 20 30 Ladang Penduduk Ladang Penduduk Ladang Penduduk Pemakaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 7 7 7 12 1 1 1 3 1 4 1 5 1 6 1 6 : Tempat Parkir

Tabel 8. Paket Wisata Budaya 1

Waktu yang dibutuhkan Alokasi Ruang Aktivitas 2 jam Sub Ruang Kehidupan

Masyarakat

- Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar)

- Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus

berinteraksi dengan penduduk

- Photo hunting

Tabel 9. Paket Wisata Budaya 2

Waktu yang dibutuhkan Alokasi Ruang Aktivitas 2 jam

1 jam

Sub Ruang Kehidupan Masyarakat

Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat

- Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar)

- Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting - Berjalan-jalan di sawah/ladang pertanian penduduk sambil mengamati dan berinteraksi langsung dengan kegiatan pertanian penduduk

- Photo hunting

Tabel 10. Paket Wisata Budaya 3

Waktu yang dibutuhkan Alokasi Ruang Aktivitas 2 jam

2.5 jam

Sub Ruang Kehidupan Masyarakat

Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat

- Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar)

- Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting - Berjalan-jalan di sawah/ladang pertanian penduduk sambil mengamati dan berinteraksi langsung dengan kegiatan pertanian penduduk

- Photo hunting

- Mengunjungi masjid kuno wetu telu

Tabel 11. Paket Wisata Budaya 4

Waktu yang dibutuhkan Alokasi Ruang Aktivitas 2 jam

2.5 jam

Pukul 17.00 (hari ke-1) s.d. Pukul 10.00 (hari ke-2)

Sub Ruang Kehidupan Masyarakat

Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat

Sub Ruang Pelayanan

- Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar)

- Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting - Berjalan-jalan di sawah/ladang pertanian penduduk sambil mengamati dan berinteraksi langsung dengan kegiatan pertanian penduduk

- Photo hunting

- Mengunjungi masjid kuno wetu telu

- Bermalam

Pada saat-saat tertentu dapat dikembangkan paket wisata budaya khusus yaitu pada saat penyelenggaraan upacara atau ritual-ritual baik yang bersifat kultural maupun religi. Peran pemandu terutama yang berasal dari penduduk lokal diperlukan untuk mengarahkan jalur wisata serta aktivitas wisatawan dengan memberikan penjelasan tentang makna budaya yang ada pada lanskap Pemukiman Tradisional Segenter.

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Pemukiman Tradisional Segenter merupakan satu kawasan masyarakat Sasak yang masih sarat muatan adat dan budayanya. Kondisi tersebut merupakan potensi untuk pengembangan wisata budaya di Dusun Segenter. Untuk kebutuhan wisata dan dengan menyesuaikan kondisi eksisting yang ada tapak dibagi menjadi dua ruang utama yaitu : ruang wisata budaya dan ruang pendukung kegiatan wisata budaya. Ruang wisata budaya terdiri dari dua sub ruang, yaitu : sub ruang kehidupan masyarakat atau ruang pemukiman dan sub ruang pendukung kehidupan masyarakat. Ruang pendukung kegiatan wisata budaya dibagi kedalam sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan.

Untuk kenyamanan wisatawan, ruang-ruang wisata yang ada dihubungkan oleh sirkulasi wisata yang membentuk suatu jalur interpretasi wisata sehingga dapat mempermudah wisatawan dalam menginterpretasikan model dan kekayaan budaya Dusun Segenter. Jalur sirkulasi tersebut kemudian dikembangkan kedalam rute wisata budaya yang menghubungkan seluruh obyek/atraksi wisata budaya yang ada. Rute wisata yang direncanakan tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi paket wisata budaya berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.

8.2 Saran

1. Hasil studi perencanaan Lanskap Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter dapat dilanjutkan dengan kegiatan perencanaan detail yang diharapkan dapat mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai budaya yang ada.

2. Melalui kegiatan perencanaan ini, diharapkan adanya kerjasama yang baik

antar stake holder yang berkaitan dengan kegiatan tersebut sehingga dapat

mewujudkan kawasan wisata budaya Segenter sebagai kawasan wisata unggulan.

3. Dalam pengelolaan kawasan diharapkan masyarakat setempat dapat berperan langsung dan terkait secara aktif dalam kegiatan pengelolaan wisata budaya. Pemanfaatan lingkungan kehidupan dan budaya masyarakat harus dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Azlan. N. I. 2001. Module 10 : Cultural Landscape and Historic Preservation. dalam : Professional Handbook of Landscape Architects. Malaysia : Institute of Landscape Architects Malaysia.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi NTB. 2000. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi NTB Tahun 2000-2015. Mataram : Bappeda NTB

Budihardjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Jakarta : Penerbit Djambatan. 179 hal.

Goodchild, P. H. 1990. Some Principles for The Conservation of Historic Landscapes. ICOMOS (UK) Historic Gardens and Landscapes Committee. 53 p.

Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York. 332 p.

Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. USA : Taylor and Francis.

Gunn, C.A. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. USA : Taylor and Francis.

Harvey, R. R. and S. Buggey. 1988. Historic Landscape. Section 630(33p). in C. W. Harris and N. T. Dines (eds.). Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co., New York.

Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Grasindo.

Laurie, M. 1990. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Bandung : Intermatra. 130 hal.

Marbun, B. N. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal : 130-131.

McIntosh, R.W. and C. R. Goeldner. 1990. Tourism, Principles, Prac tises, Philosophies. Canada : John Wiley and Sons.

Melnick R.Z. 1983. Protecting Rural Cultural Landscapes : Finding Value in the Countryside. Landscape J. 2(2).

Nurisjah, Siti. dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Arsitektur Lanskap.

Parker, P. L. and T.F. King. 1988. Guidelines for Evaluating and dokumentating Traditional Cultural Properties. National Register Bulletin U. S. Departement of the Interior National Park Service (38), Washington D.C. p : 23.

Plachter, H. and Rössler M. 1995. “ Cultural Landscapes Reconnecting Culture and Nature”. Di dalam : B. von Droste, H. Plachter dan M. Rössler (ed.), Cultural Landscapes of Universal Values: Components of Global Strategy. New York, Stuttgart : Gustav Fischer Verlag Jena bekerjasama dengan UNESCO. hlm : 15-18.

Sidharta, dan E. Budihardjo. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakata. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co., Inc. New

York. 331 p.

Tishler W. H. 1982. Historical Landscapes : an International Preservation Perspective. Landscape Plann.

Tishler, W. H. 1998. Landscape Tourism and the Preservation of Heritage

Places. Di dalam : A Quest to the 21st Century, Responsibilities,

Challenges. Proceedings of the 35th IFLA World Congress; Bali.

Unterman, R. dan R. Small. 1986. Perencanaan Tapak untuk Perumahan (terjemahan). Bandung : Intermatra. 309 hal.

Van Der Zu, D. 1986. Human Settlement Analysis. International Institute For Aerospace Survey and Earth Sciences, Netherland. 47 p.

Wulandari, R. K. 2002. Perencanaan Lanskap Wisata Budaya Kampung Sade, di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. (tidak dipublikasikan). [Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita. Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta :

Pradnya Paramita.

Yusuf, M. dan Sukandi. 1987. Selintas Rumah Tradisional Sasak di Lombok. Departemen Penidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat.

PERENCANAAN LANSKAP

PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK,

Dokumen terkait