BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
b. Uji independent t-test
Uji independent t-test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan
yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik di kelas kontrol dan di kelas
eksperimen. Analisis independent t-test menghasilkan nilai Fhitung sebesar 1,081
dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,303 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut
pengujian t dengan asumsi equal variances assumed diperoleh thitung sebesar -0,589
atau nilai signifikansi (p) sebesar 0,558. Mneurut Nisfiannoor (2009), tanda negatif
pada thitung menunjukkan skor sikap ilmiah kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
Pada taraf signifikansi 5% dan db 50 tidak ditemukan nilai ttabel, sehingga
perlu dilakukan interpolasi antara db 40 dan db 60. Nilai ttabel dengan db 40 adalah
2,021 sedangkan db 60 adalah 2,000. Setelah diinterpolasi diperoleh besarnya ttabel
dengan db 50 sebesar2,0105. Perbandingan thitung (0.589) < ttabel (2,0105) atau nilai
signifikansi (0,558) > taraf signifikansi (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik di kelas eksperimen
yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
dan pesrerta didik di kelas kontrol yang menggunakan buku petunjuk praktikum
berbasis structured science experiences. Hasil uji independent t-test selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 24.
c. Uji anakova
Uji anakova (gabungan analisis varians dan analisis regresi) digunakan
untuk menentukan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
peserta didik di kelas kontrol dan peserta didik di kelas eksperimen jika
pengetahuan awal dikendalikan secara statistik. Berdasarkan hasil uji anakova yang
dapat dilihat pada Lampiran 24, menunjukkan bahwa nilai Fhitung (6,346) > Ftabel
(4,26) dan nilai signifikansi (0,015) < taraf sigifikansi (0,05). Dapat disimpulkan
bahwa pada taraf signifikansi 5%, ada perbedaan prestasi belajar antara peserta
dikendalikan secara statistik. Besarnya pengaruh perlakuan yaitu pembelajaran
menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
sebesar 11,5%.
Berdasarkan analisis regresi linear satu prediktor diperoleh besarnya
koefisien determinan sebesar 0,077 sehingga dapat disimpulkan pengetahuan awal
mempengaruhi prestasi belajar sebesar 7,7% . Hasil analisis linear satu prediktor
dapat dilihat pada Lampiran 26.
3. Deskripsi Skor Sikap Ilmiah
Data kuantitatif yang diperoleh dari angket sikap ilmiah peserta didik terdiri
dari 30 butir peryataan meliputi 24 sikap ilmiah positif dan 6 sikap ilmiah negatif
dan diisi berdasarkan skala Likert, maka dapat diketahui bahwa nilai skor tertinggi
ideal adalah 150, nilai skor terendah ideal adalah 30, rata-rata ideal sebesar 90 dan
simpangan baku ideal sebesar 20. Nilai tersebut dikonversikan ke dalam
pengkategorian skor sikap ilmiah sehinga diperoleh interval skor yang dapat dilihat
pada Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Interval Skor Sikap Ilmiah
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 18, kategori sikap ilmiah pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 12.
No. Interval Skor Kategori
1. X > 126 SB (Sangat baik)
2. 102 <X ≤ 126 B (Baik)
3. 78 <X ≤ 102 C (Cukup)
4. 54 <X ≤ 78 K (Kurang)
Tabel 12. Kategori Sikap Ilmiah pada Kelas Kontrol dan Eksperimen Kategori
Sikap Ilmiah
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % SB 0 0% 5 19% 4 16% 8 31% B 8 31% 21 81% 18 68% 18 69% C 10 38% 0 0% 4 16% 0 0% K 8 31% 0 0% 0 0% 0 0% SK 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
Berdasarkan hasil persentase tersebut telihat adanya perbedaan sikap
ilmiah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) ada tidaknya perbedaan sikap
ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum
berbasis inquiry science laboratory; 2) ada tidaknya perbedaan sikap ilmiah antara
peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum
kimia berbasis inquiry science laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol; 3)
ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas eksperimen
yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science
laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol jika pengetahuan awal
dikendalikan secara statistik.
Populasi pada penelitian ini yaitu peserta didik kelas XI IPA reguler
semester 1 di SMA Negeri 1 Sedayu. Sampel dipilih dua kelas dari populasi yaitu
XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 26 peserta didik dan XI MIA 3
pembelajaran di kedua kelas tersebut, peneliti mengumpulkan data pengetahuan
awal peserta didik yaitu nilai ulangan tengah semester genap kelas X. Langkah
selanjutnya adalah melakukan validasi soal prestasi belajar. Validasi yang
digunakan adalah validasi empiris di kelas XI MIA 1. Validasi dilakukan di kelas
yang telah mendapat materi pembelajaran termokimia. Hasil validitas dan
reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Proses pembelajaran pada
penelitian ini dilakukan sebanyak 3 x 4 jam pelajaran dengan materi pokok
termokimia dan 1 x 2 jam pelajaran untuk ulangan bab termokimia. Metode
pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol dan eksperimen adalah metode
eksperimen dan diskusi. Buku yang digunakan pada kedua kelas tersebut berbeda.
1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen
Pembelajaran berlangsung dengan pendekatan scientific menggunakan
metode eksperimen dan diskusi. Media pembelajaran yang digunakan adalah diktat
kimia semester 1 yang dibuat oleh pendidik di SMA, buku petunjuk praktikum
berbasis inquiry science laboratory, whiteboard, spidol, alat dan bahan praktikum.
Buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory menekankan peserta
didik melakukan paktikum sesuai dengan kreativitasnya untuk menemukan suatu
konsep. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, peserta didik diminta mengisi
angket sikap ilmiah. Angket ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sikap
ilmiah peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan buku petunjuk
praktikum berbasis inquiry science laboratory. Angket sikap ilmiah dapat dilihat
Pada pertemuan pertama, membahas tentang hukum kekekalan energi dan
reaksi eksoterm dan endoterm. Peserta didik dikondisikan di laboratorium.
Langkah awal peneliti menjelaskan topik, tujuan yang harus dicapai peserta didik
dan memberikan apersepsi kepada peserta didik supaya terdorong mempelajari
materi hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Peneliti
membagi peserta didik menjadi 5 kelompok. Pengelompokan dilakukan
berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan sosial. Peneliti memberikan
penjelasan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dan membagi
lembar kerja praktikum. Lembar kerja praktikum dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis sampai
kesimpulan dilakukan peserta didik. Dalam penelitian ini peserta didik sering
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka ketahui dan bagaimana cara
melakukannya sehingga peneliti bertugas sebagai fasilitator. Pada tahap
pengumpulan data, peserta didik berdiskusi untuk menguji hipotesis dan
merumuskan kesimpulan.Pembelajaran dilanjutkan di kelas dengan mendiskusikan
kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum bersama-sama dalam satu
kelas. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil praktikum dan kelompok lain
memberi tanggapan seperti terlihat pada Gambar 2. Peneliti menggeneralisasikan
konsep yang sudah diperoleh peserta didik dan menghubungkannya dengan konsep
hukum kekekalan energi, energi dalam, kalor dan entalpi melalui tanya jawab,
Gambar 2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen
Peserta didik mendiskusikan pertanyaan tersebut dengan teman
sekelompok dan berusaha menjawabnya secara langsung. Pembelajaran diakhiri
dengan mengerjakan latihan soal yang sudah disiapkan peneliti dalam RPP dan
menyimpulkan bersama-sama konsep yang telah dipelajari. Pembelajaran pada
pertemuan pertama berjalan cukup baik dan sebagian besar peserta didik antusias
mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika peserta didik tanpa ragu melakukan
praktikum dan tidak takut memulai praktikum pertamanya selama mempelajari
ilmu kimia. Peserta didik mengerti apa yang harus mereka lakukan dalam kegiatan
pembelajaran walaupun tidak dilengkapi prosedur kerja hanya saja diperlukan
waktu untuk mendiskusikan prosedur kerja. Pertanyaan-pertanyaan dalam lembar
kerja praktikum juga dapat terselesaikan dengan baik.
Pertemuan kedua dan ketiga pada penelitian ini membahas materi
perubahan entalpi reaksi dan hukum Hess. Secara keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sama seperti pertemuan pertama, namun pada
pertemuan kedua dan ketiga peserta didik lebih percaya diri dalam melakukan
kegiatan praktikum karena pengalaman pada pertemuan sebelumnya menunjukkan
baik. Berdasarkan pengisian lembar kerja praktikum, nilai rata-rata kelas pada
pertemuan pertama yaitu 68, pertemuan kedua 67 sedangkan pertemuan ketiga 72.
Hasil tersebut menunjukkan pada pertemuan kedua yaitu praktikum perubahan
entalpi reaksi menunjukkan penurunan nilai, pada praktikum ini peserta didik
mengalami kesulitan dalam menghitung besarnya perubahan entalpi reaksi. Salah
satu penyebabnya yaitu pada saat memasukan massa campuran larutan NaOH dan
HCl kedalam rumus, sebagian besar peserta didik tidak menjumlahkan massa
kedua larutan namun hanya memasukan massa salah satu jenis larutan. Sedangkan
pada pertemuan ketiga memiliki nilai rata-rata yang tertinggi, hal ini disebabkan
karena pada pengisian lembar kerja praktikum hukum Hess memiliki prinsip
perhitungan yang sama dengan pertemuan kedua yaitu menghitung perubahan
entalpi reaksi sehingga sebagian peserta didik menjawab dengan benar.
Ulangan bab termokimia merupakan pertemuan terakhir di kelas
eksperimen, pelaksanaannya berlangsung cukup tertib dan tepat waktu. Setelah
ulangan berakhir, peserta didik diberi angket sikap ilmiah yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
pembelajaran dan perbedaan sikap ilmiah antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses
pembelajaran pada kelas eksperimen berjalan dengan baik. Apersepsi yang
diberikan peneliti cukup menarik perhatian peserta didik sehingga peserta didik
ingin mencari tahu, peserta didik juga aktif dalam proses pembelajaran karena buku
petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory yang menjadi pedoman
peserta didik dapat melakukan praktikum sesuai kehendaknya untuk mencapai
tujuan praktikum. Pemahaman konsep yang telah dikuasai peserta didik terlihat
ketika peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti.
2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol
Pendekatan dan metode pembelajaran di kelas kontrol sama dengan kelas
eksperimen namun media pembelajarannya yang berbeda yaitu mengunakan diktat
kimia semester 1 yang dibuat oleh pendidik di SMA, buku petunjuk praktikum yang
ada dalam buku paket kimia SMA, whiteboard, spidol, alat dan bahan praktikum.
Buku petunjuk praktikum yang ada di SMA berisi petunjuk yang lengkap yaitu
topik, tujuan, cara kerja, pertanyaan sedangkan analisis dan kesimpulan dilakukan
oleh peserta didik. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, peserta didik
diminta mengisi angket sikap ilmiah. Angket ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar sikap ilmiah peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran. Angket
sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 12.
Pada pertemuan pertama, membahas tentang hukum kekekalan energi,
reaksi eksoterm dan endoterm. Peserta didik dikondisikan di laboratorium. Langkah
awal peneliti menjelaskan topik, tujuan yang harus dicapai peserta didik dan
memberikan apersepsi kepada peserta didik supaya terdorong mempelajari materi
hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Peneliti membagi
peserta didik menjadi 5 kelompok. Pengelompokan dilakukan berdasarkan rentang
intelektual dan keterampilan sosial. Peneliti memberikan penjelasan pokok-pokok
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dan membagi lembar kerja praktikum.
Kegiatan praktikum berjalan dengan baik, peserta didik melakukannya
sesuai dengan petunjuk praktikum yang telah dibagikan peneliti. Setelah
mendapatkan kesimpulan pada kegiatan praktikum, selanjutnya salah satu
kelompok mempresentasikan hasil kegiatan praktikum dan kelompok lain memberi
tanggapan seperti dapat dilihat pada Gambar 3. Sama seperti kelas eksperimen,
peneliti menggeneralisasikan konsep yang sudah diperoleh peserta didik dan
menghubungkan dengan kosep hukum kekekalan energi, energi dalam, kalor dan
entalpi melalui kegiatan tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan sama seperti kelas
eksperimen dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Kemudian peserta didik
mendiskusikannya dengan teman sekelompok dan berusaha menjawabnya.
Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan latihan soal yang sudah disiapkan
peneliti dalam RPP dan menyimpulkan bersama-sama konsep yang telah dipelajari
selama pembelajaran.
Gambar 3. Pembelajaran di Kelas Kontrol
Pada pertemuan kedua dan ketiga materi yang dibahas dan kegiatan
pembelajarannya sama seperti kelas eksperimen namun buku petunjuk yang
digunakannya berbeda. Secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas kontrol
namun ada beberapa peserta didik yang kurang antusias mengikuti pembelajaran,
mereka meminta peneliti menjelaskan semua materi tanpa harus praktikum dan
diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah terbiasa mendapat materi
dengan mendengarkan informasi yang diberikan pendidik kemudian
menghafalkannya.
Berdasarkan pengisian lembar kerja praktikum, nilai rata-rata kelas pada
pertemuan pertama sebesar 64, pertemuan kedua 66 sedangkan pertemuan ketiga
67. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan nilai dari pertemuan pertama, kedua
dan ketiga. Peserta didik pada pertemuan pertama memerlukan penyesuian belajar
di laboratorium, hal ini menyebabkan nilai pengisian lembar kerja pertemuan
pertama yaitu reaksi eksoterm dan endoterm memilliki nilai rata-rata terendah
sedangkan untuk pertemuan kedua dan ketiga, peserta didik sudah mampu
menyesuaikan belajar di laboratorium dengan alat dan bahan praktikum.Pertemuan
terakhir di kelas kontrol adalah ulangan bab termokimia, pelaksanaannya
berlangsung cukup tertib dan tepat waktu. Setelah ulangan berakhir, peserta didik
diberi angket sikap ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas kontrol dan peserta didik di
kelas eksperimen.
3. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk Praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Sikap Ilmiah
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang
signifikan antara sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran dengan buku
petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Hipotesis diuji
rata-rata skor angket sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan
buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Hasil analisis paired
sample t-test yang dapat dilihat pada Lampiran 23, menyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science
laboratory. Perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science
laboratory juga dapat dilihat berdasarkan pengkategorian skor sikap ilmiah yang
tercantum pada lampiran 18, yang menyatakan bahwa kategori sangat baik sebelum
perlakuan mendapatkan hasil 16% dan kategori baik sebesar 68% sedangkan
kategori sangat baik setelah perlakuan mendapatkan hasil 31% dan baik sebesar
69%.
Menurut Syah (2016), sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek baik secara positif maupun negatif. Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang
diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Suatu
ilmu selalu terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini
pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang menunjukkan kebenaran baru
sehingga penting untuk terus memupuk sikap ilmiah dalam berhadapan dengan
ilmu (Hamdani. 2011).
Menurut Sukmadinata (2003), peserta didik yang mengikuti pembelajaran
terdiri dari individu yang memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda
individu dilatarbelakangi oleh faktor bawaan yang diterima dari keturunan, faktor
pengalaman karena pengaruh lingkungan, serta interaksi antara keduanya.
Penerapan buku petunjuk praktikum inquiry science laboratory merupakan salah
satu faktor pengalaman karena pengaruh lingkungan, sedangkan pengaruh
lingkungan yang dimaksud adalah laboratorium.
Beberapa pengalaman menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis
inquiry science laboratory yang memupuk sikap ilmiah peserta didik antara lain
peserta didik berani melakukan suatu eksperimen di laboratorium, antusias dalam
proses pembelajaran karena ketiga praktikum yang dilakukan merupakan hal yang
asing dimana peserta didik pertama kali melakukan praktikum selama belajar di
SMA 1 Sedayu, memiliki kejujuran jika merusakan alat laboratorium, berani
bertanya di dalam kelas, berani mengemukakan pendapat, skeptis tentang suatu hal
yang belum jelas kebenarannya, peserta didik aktif dan kreatif dalam pembelajaran
hingga dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajari.
Hasil analisis data untuk hipotesis kedua yang menggunakan uji
independent t-test dari penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
sikap ilmiah peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk
praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas kontrol.
Hasil uji independent t-test selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.
Berdasarkan pengkategorianskor sikap ilmiah yang dapat dilihat pada Lampiran 18
menyatakan bahwa ada perbedaan antara sikap ilmiah peserta didik di kelas
eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science
berdasarkan persentase kategori sangat baik pada kelas kontrol sebesar 19%
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 31% dan kategori baik pada kelas kontrol
sebesar 81% sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 69%.
Berdasarkan hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
karena pada kegiatan pembelajaran di laboratorium, peserta didik di kelas kontrol
dan kelas eksperimen tidak takut menggunakan alat dan bahan laboratorium, aktif
bertanya baik kepada pendidik maupun teman jika dalam praktikum merasa
kesulitan dan ada hal-hal yang belum dimengerti, kedua kelas sama-sama
merumuskan jawaban sementara atas praktikum yang akan dilakukan kemudian
menguji hipotesis tersebut, menuliskan data hasil percobaan apa adanya sesuai
dengan hasil praktikum yang dilakukan, bekerja sama dengan baik dalam kelompok
praktikum hanya saja satu peserta didik di kelas kontrol mengajukan untuk pindah
kelompok karena alasan pribadi, sampai pada kegiatan akhir praktikum kedua kelas
tersebut sama-sama membersihkan alat yang telah digunakan dan merapikannya
kembali ke tempatnya.
Kegiatan pembelajaran di kelas pun demikian, baik kelas kontrol maupun
eksperimen mempresentasikan hasil praktikum dengan penuh keyakinan,
menghargai pendapat teman yang kurang sesuai dengan pendapatnya, berani
mengungkapkan pendapat, percaya diri akan pemikirannya sendiri sehingga berani
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pendidik saat diskusi di dalam
kelas.
Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 3 x 4 jam pelajaran namun
hanya dua kali yaitu di awal dan di akhir penelitian. Dengan demikian perlu
dilakukan triangulasi data untuk mendukung sikap ilmiah setiap peserta didik
melalui observasi dan alat ukur lainnya.
Kedua buku petunjuk praktikum yaitu buku petunjuk praktikum berbasis
inquiry science laboratory dan sctuctured sains experience memiliki efek yang
sama dalam mengembangkan sikap ilmiah peserta didik karena pada dasarnya
kedua buku tersebut sama-sama berbasis inquiry hanya saja tipenya yang berbeda
dimana buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory tidak
tercantum prosedur kerja sedangkan buku petunjuk praktikum berbasis sctuctured
sains experience tercantum prosedur kerja. Menurut Suyanti (2010) inquiry
menekankan proses mencari dan menemukan konsep sehingga materi pelajaran
yang diberikan secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan-
keterampilan inquiry yang pada akhirnya dapat mengembangkan sikap ilmiah
seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir
kritis, jujur, dan kreatif.
4. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Prestasi Belajar
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar
yang signifikan antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku
petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas
kontrol jika pengetahuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik. Hipotesis
diuji menggunakan uji anakova, berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan ada
eksperimen jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik. Besarnya
pengaruh penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu 11,5%. Hasil uji anakova dapat dilihat
pada Lampiran 25.
Pembelajaran dengan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science
laboratory mendorong peserta didik berfikir aktif untuk merancang langkah kerja
praktikum, sehingga peserta didik sudah terbiasa untuk berfikir dalam kegiatan
pembelajaran. Pada buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
ini juga meyakinkan peserta didik untuk tidak takut melakukan kegiatan praktikum
karena dalam buku terdapat peringatan-peringatan saat menggunakan bahan-bahan
kimia yang berbahaya pada informasi penyelidikan dan mempermudah peserta
didik menemukan konsep melalui pertanyaan-pertanyaan sebelum dan sesudah
penyelidikan. Dengan hal tersebut dapat dibuktikan secara statistik bahwa prestasi
belajar kedua kelas memiliki perbedaan.
Besarnya pengaruh pengetahuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik
dilakukan dengan analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Lampiran
26, menunjukkan bahwa sebanyak 7,7% prestasi belajar peserta didik dipengaruhi
pengetahuan awal. Menurut Lewis dalam Ferrell, Phillips dan Barbera (2016),
faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik adalah pengetahuan
awal namun Syah (2016) menyatakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik bukan hanya pengetahuan awal, ada 3 faktor lain yaitu:
a. Faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik, yakni jenis
upaya belajar peserta didik meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.
Penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory