• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)

Untuk mendukung pelaksanaan UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah serta mewujudkan visi dan misi pembangunan perumahan dan permukiman yang tertuang dalam KSNPP, maka disiapkan Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan

42 Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D). RP4D pada dasarnya merupakan alat operasional untuk mewujudkan kebijakan dan strategi perumahan dan permukiman tersebut. RP4D merupakan skenario koordinasi dan keterpaduan lintas sektoral terkait dengan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah. RP4D memuat pengaturan menyeluruh terhadap perencanaan dan pemrograman secara terpadu berbagai kegiatan lintas sektoral oleh stakeholders. Program terpadu tersebut mencakup pula program pengembangan kawasan (permukiman kumuh, pemugaran, pemukiman kembali, pemukiman baru) yang selaras dengan RTRW.

Dasar hukum RP4D adalah Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Nomor 09/KPTS/M/IX/1999 tentang Pedoman Penyusunan RP4D. Pedoman ini menjadi acuan kerja bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah.

Kedudukan RP4D dalam pembangunan perumahan dan permukiman di daerah adalah: 1. Pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan acuan untuk mengatur penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur, terencana, dan terorganisasi;

2. Pada tingkat Propinsi merupakan acuan untuk mengatur dan mengkoordinasikan pembangunan permukiman khususnya yang menyangkut dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan;

3. Pada tingkat Pusat merupakan masukan daerah dalam penyempurnaan kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang pembangunan perumahan dan permukiman. Pengertian Pokok RP4D Dalam Konteks Perencanaan adalah :

1. Merupakan skenario pembangunan perumahan dan permukiman di daerah (Propinsi, Kabupaten, dan Kota);

2. Acuan/ payung bagi seluruh pelaku pembangunan perumahan dan permukiman di daerah;

3. Merefleksikan akomodasi terhadap aspirasi masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

43 Tujuan RP4D adalah “Mewujudkan pembangunan perumahan dan Permukiman yang terselenggara: Dalam kerangka penataan ruang wilayah; Secara terorganisasi, tertib dan terencana; Hasil pembangunan yang berhasil guna dan berdaya guna; Sesuai dengan peraturan perundangan”.

Muatan Pokok RP4D adalah :

1. Penjabaran kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah; 2. Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait; 3. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan; 4. Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya;

5. Rincian jadwal pelaksanaan program, kegiatan dan pelakunya (Masyarakat, Badan Usaha, Pemerintah).

Kendala dan hambatan dalam penyusunan RP4D, adalah:

1. Pemerintah Daerah belum menganggap RP4D sudah saatnya diperlukan;

2. Hambatan dalam proses legislasi di DPRD karena Perda tentang RTRW sudah dianggap cukup sehingga Perda tentang RP4D tidak diperlukan;

3. Dana stimulan dari APBN untuk penyusunan RP4D dianggap terlalu kecil sehingga tidak mencukupi, apalagi untuk Daerah Kabupaten yang jumlah kotanya dianggap cukup banyak;

4. Masih lemahnya kapasitas Dinas Teknis di daerah. 2.10 Perumahan Swadaya

Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun oleh masyarakat baik sendiri-sendiri maupun berkelompok sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggalnya. Sebagian besar kebutuhan perumahan dipenuhi melalui pola pembangunan perumahan secara swadaya. Berdasarkan KEMENPERA (KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT) (2009), perumahan swadaya adalah rumah atau perumahan yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok yang meliputi perbaikan, pemugaran/perluasan atau pembangunan rumah baru beserta lingkungan.

44 Menurut data BPS (2004), 78% keluarga membangun sendiri rumahnya, 6,9% membeli rumah bukan baru, 2,2% membeli rumah baru dari perorangan dan 3,4% dari developer. Artinya perumahan swadaya menjadi tumpuan sebagian besar rakyat Indonesia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan rumah secara nasional.

Sumber pembiayaan pembangunan rumah swadaya adalah tabungan rumah yang berasal dari pinjaman, tabungan, penjualan asset atau keuntungan usaha dan dari pendapatan tambahan. Dari tabungan rumah tersebut masyarakat melakukan kegiatan penyediaan rumah baru atau meningkatkan rumah yang sudah ada melalui kegiatan-kegiatan seperti membeli bahan, membayar uang muka, memperoleh IMB, membangun rumah, memperbaiki, menambah kamar, dan untuk sewa/kontrak baru

Permasalahan pokok dalam pembangunan dan pengembangan perumahan swadaya antara lain:

1) Aspek Hukum. Belum lengkapnya peraturan dibidang perumahan yang melindungi semua pihak

2) Aspek Sosial/Budaya. Rendahnya pendidikan sebagian masyarakat, rendahnya kualitas kesehatan sebagian masyarakat serta beragamnya pandangan masyarakat dalam menyikapi masalaha perumahan.

3) Aspek Ekonomi. 17% dari jumlah penduduk masih berpenghasilan rendah, adanya keterbatasan akses kepada lembaga keuangan.

4) Aspek Fisik. Ketidakpastian bermukim, tingginya harga tanah, harga bangunan yang cenderung meningkat, kemajuan teknik konstruksi belum dapat diimbangi oleh kemampuan MBR, daya dukung lingkungan rendah karena ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan, dan ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi lingkungan.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam kebijakan dan strategi perumahan rakyat, kebijakan perumahan swadaya adalah sebagai berikut:

1) Pemantapan system data dan informasi,

45 3) Peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ke sumber pembiayaan

kredit mikro,

4) Peningkatan komunikasi dan koordinasi antar stakeholder untuk keterpaduan program, 5) Pembangunan perumahan berkelanjutan dengan perasn serta dan pemberdayaan

masyarakat berpenghasilan rendah.

Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pembangunan perumahan swadaya adalah sebagai berikut:

1) Pemberdayaan komunitas perumahan yang meliputi pemerintah, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan swasta,

2) Pemberdayaan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui peningkatan tabungan perumahan,

3) Transparansi dan akuntabilitas,

4) Memperhatikan kearifan lokal misalnya pengorganisasian masyarakat, lembaga adat, penggunaan teknologi/bahan bangunan, arsitektur rumah,

5) Kepastian hak bermukim (secure tenure).

Program dan kegiatan pembangunan swadaya yang saat ini sedang berjalan adalah: 1. Program Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S)

a. Dasar Hukum

Pelaksanaan program BSP2S didasarkan kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 08/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Melalui Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Non Bank.

b. Maksud

Pemberi bantuan stimulant untuk perumahan swadaya dimaksudkan untuk mendorong LKM/LKNB agar dapat memfasilitasi perbaikan/pembangunan rumah atau perumahan melalui pembiayaan yang mudah diakses oleh MBR serta mendorong Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi penyelenggaraan perumahan swadaya.

46 c. Tujuan

Tujuannya adalah membantu MBR agar dapat menempati rumah dan lingkungan yang sehat layak huni.

d. Sasaran

Sasaran program BSP2S adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sasaran program pemberian bantuan stimulan untuk perumahan swadaya adalah:

a) Tersalurkannya pemberian stimulant untuk perumahan swadaya melalui LKM/LKNB di Kabupaten/Kota,

b) Tersalurkannya pemberian stimulant untuk perumahan swadaya kepada MBR yang memenuhi syarat untuk menerima pembiayaan perumahan swadaya dengan jumlah maksimal yang ditetapkan,

c) Terlaksananya peningkatan kapasitas kelembagaan dalam penyelenggaraan perumahan swadaya di Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/Kota.

e. Komponen kegiatan

Komponen kegiatan program BSP2S adalah stimulan perbaikan rumah atau pembuatan baru dan pembangunan atau perbaikan PSU lingkungan.

2. Program Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) a. Dasar Hukum

Peraturan terkait dengan pelaksanaan program PKP adalah Peraturan Menteri Negara Perumahan rakyat Nomor: 01/PERMEN/M/2009 tentang Acuan Penyelenggaraan Peningkatan Kualitas Perumahan.

b. Tujuan dan Prinsip

Program Peningkatan Kualitas Permukiman (PKP) bertujuan untuk mewujudkan perumahan yang layak huni dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan serasi serta teratur. Pelaksana program PKP berlandaskan pada prisnip:

1) Stimulan sebagai modal sosial. 2) MBR sebagai pelaku utama. 3) Transparan dan Akuntabel 4) Musyawarah dan mufata.

47 5) Kepastian hukum dalam bermukim.

6) Otonomi daerah.

7) Kesetaraan dan Keadilan. 8) Keterpaduan Program. c. Lingkup Kegiatan

Lingkup penyelenggraan PKP meliputi peningkatan kualitas perumahan dan prasarana lingkungan melalui pemberdayaan masyaraka tmiskin pada lingkungan tersebut di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

d. Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran PKP adalah MBR yang berhak menerima stimulan kegiatan PKP melalu Kelompok Sosial Masyarakat (KSM)

e. Komponen Kegiatan

Kompinen kegiatan PKP adalah kegiatan pemberdayaan meliputi: 1) Pendampingan masyarakat,

2) Pemberian stimulant fasilitas pembangunan baru dan/atau perbaikan rumah dan peningkatan kualitas lingkungan; dan

3) Bantuan teknis dan penyiapan manajemen kegiatan.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam melayani masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan hunian yang layak secara swadaya antara lain:

1) Belum memenuhi kualitas layak huni, 2) Belum mantap system pendataan,

3) Belum ada keberpihakan system pembayaran pada MBR, 4) Belum ada sinergi stakeholders,

5) Rendahnya keahlian dan ketrampilan konstruksi, 6) Rendahnya akses MBR terhadap sumberdaya,

7) Peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan rendah, 8) Perumahan yang terhangkau MBR terbatas.

Dokumen terkait