• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBAR 3.15 RENCANA PEMANFAATAN RUANG KAWASAN

3.4.2 Rencana Perpetakan Bangunan

Pengembangan tata ruang kawasan perkotaan pada prinsipnya untuk menunjang perkembangan fungsi kawasan di masa yang akan datang dalam mengantisipasi perluasan pengembangan bangunan lainnya.

Pada kenyataan pengembangan suatu kota tidak hanya mementingkan aspek perkembangan jumlah penduduk dari dalam kawasan saja melainkan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan pengembangan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan dan luas kawasan dengan penyediaan fasilitas penunjang permukiman. Adapun fasilitas pendukung permukiman fungsinya adalah untuk mendukung aktifitas dalam kegiatan permukiman.

Sebagai konsekuensi dari pengembangan kawasan perencanaan dalam rangka memenuhi kebutuhan pengembangan, maka diperlukan lahan kosong yang dapat dikembangkan. Berdasarkan situasi ini, maka alternatif dalam pengembangan pemanfaatan lahan dapat diarahkan sebagai berikut :

1. Pengembangan lahan terbangun diarahkan pada lahan-lahan kosong yang tingkat produktifitasnya rendah atau belum dimanfaatkan.

2. pengembangan ruang dilakukan dengan menerapkan konsep konsolidasi lahan, site ini cenderung dikembangkan terutama pada lahan-lahan perumahan.

3. Pemanfaatan lahan eksisting yang mempunyai nilai ekonomis dan produktifitas tinggi dipertahankan fungsinya.

Arahan luas perpetakan lahan yang dikembangkan untuk penggunaan terbangun disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Kebutuhan petak bangunan untuk perumahan, ketentuan luasannya disesuaikan berdasarkan standar dengan perbandingan 1 : 3 : 6. Untuk kavling besar dibutuhkan 400 m² per unit bangunan, kapling sedang 300 m² dan kapling kecil 150 m² per unit bangunan, selain itu dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas.

Adapun kriteria pengaturan tata letak bangunan diuraikan sebagai berikut :

1. Kapling diatur memanjang dan arahnya lurus dengan jalan, hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kebisingan dan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.

2. Fasilitas lingkungan letaknya dapat di jangkau di sekitar kawasan permukiman atau di

pusat-pusat unit lingkungan.

3. Pengaturan tata letak bangunan di sesuaikan dengan hirarki jalan yang ada. 4. Ditunjang oleh jaringan jalan untuk mempermudah sirkulasi pergerakan. 5. Dapat mencerminkan aspek kelestarian lingkungan.

6. Untuk pemanfaatan lahan non terbangun (dipertahankan fungsinya) luas petak lahan disesuaikan dengan keadaan aslinya, kecuali bila akan dilakukan perubahan.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana perpetakan bangunan dapat dilihat pada

Gambar 3.19 sampai 3.21.

3.4.3 Arahan Garis Sempadan Bangunan

Arahan penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) di kawasan perencanaan dibedakan dalam dua arahan, yaitu Garis Sempadan Bangunan dan Garis Sempadan Muka Bangunan. Ketentuan yang membedakan pengertian kedua garis sempadan tersebut berdasarkan peraturan pemerintah No 26 tahun 1985 mengenai daerah penggunaan jalan serta Peraturan Bupati Kabupaten Agam No 15 tahun 2005 tentang Garis Sempadan adalah, jarak Garis Sempadan Bangunan ditentukan setengah dari lebar daerah milik jalan atau ½ (damija), sedangkan Garis Sempadan Muka Bangunan adalah setengah lebar daerah milik jalan ditambah satu atau ½ (damija) + 1.

Adapun pengertian Garis Sempadan Bangunan adalah jarak yang diperbolehkan berdirinya bangunan dari tepi daerah milik jalan (damija), sedangkan daerah Pengawasan Jalan adalah batas luar pengawasan jalan diukur dari as jalan yang diperuntukan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan kontruksi jalan. Berdasarkan hal tersebut penetapan rencana pengaturan Sempadan Bangunan di kawasan perencanaan seperti pada Tabel III-12. Untuk jalan di lingkungan permukiman konvensional jarak GSB diarahkan minimal 2,5 m dari tepi luar untuk perluasan jalan.

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA III - 34

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA III - 36

Tabel III-12

Rencana Garis Sempadan Bangunan di Kawasan Perencanaan

No Fungsi Jalan Perkerasan Damija Bangunan Muka Bangunan Garis Sempadan

1. Kolektor Primer 7 meter 25 meter 12,5 meter 13,5 meter 2. Lokal Primer 5 meter 15 meter 7,5 meter 8,5 meter 3. Jalan Lingkungan I 5 meter 7 meter 3,5 meter 4,5 meter 4. Jalan Lingkungan II 4 meter 6 meter - -

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2005 dan Peraturan Bupati Agam No. 15 Tahun 2005.

3.5 Rencana Pemanfaatan Ruang Blok (Blok Plan)

Pembahasan mengenai rencana pemanfaatan ruang per blok (blok plan) merupakan bagian rencana dari tiap unit lingkungan. Secara hirarkis rencana blok ini dimaksudkan untuk lebih mengarahkan fungsi-fungsi serta pemanfaatan tiap bidang lahan. Pada dasarnya istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama yaitu luasan ruang/lahan dari bagian kawasan yang direncanakan.

Pertimbangan pembagian rencana tiap blok didasarkan pada dominasi penggunaan lahan tiap-tiap blok, baik pada fungsi eksisting yang dipertahankan keadaannya maupun hasil pengembangan (rencana).

Tujuan pembagian rencana blok (blok plan) pada kawasan perencanaan adalah untuk menentukan pusat-pusat pelayanan pada skala yang lebih kecil ruang lingkupnya juga untuk memudahkan dalam menentukan arahan-arahan fungsional kawasan.

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam pembagian rencana blok adalah hubungan fungsional unsur-unsur kegiatan dan kemudahan pencapaian pelayanan pada tiap-tiap pusat pelayanan. Adapun ketentuan tersebut antara lain :

a. Sistem pusat pelayanan dijadikan indikator dalam pembagian blok peruntukan guna mempermudah pencapaian pelayanan pada masing-masing blok, agar orientasi pusat pelayanan mudah dijangkau secara efektif.

b. Pembagian rencana blok pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat secara terstruktur.

Secara administratif kawasan perencanaan berada di wilayah Kenagarian Lasi dengan luas kawasan 415,34 Ha berdasarkan hasil pengukuran. Pada saat ini fungsinya sebagai pusat pelayanan dan pemerintahan untuk Kecamatan Canduang.

Dilihat dari karakter fisiknya kawasan perencanaan merupakan daerah perdesaan dimana dominasi penggunaan lahannya masih merupakan lahan-lahan pertanian. Namun demikian, perkembangan yang terjadi relatif stagnat (statis). Jika dilihat dari kondisi eksisting, hal ini menjadi faktor penting dalam kajian dan perencanaan tata ruang di kawasan perencanaan, dengan pengertian bahwa elemen-elemen ruang yang direncanakan harus dapat menumbuh kembangkan kegiatan baru sehingga diharapkan dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat setempat.

Pengelompokan fungsi kawasan ini juga menjadi salah satu penentu di dalam rencana peruntukan tiap blok selain faktor fisik lainnya seperti jaringan jalan, sungai, kontur perbukitan atau pegunungan sebagai dasar penentuan pembagian blok.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pemanfaatan ruang tiap blok perencanaan dapat dilihat pada Tabel III-13 dan Gambar 3.22 sampai 3.24.

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA III - 38

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA III - 40

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA III - 42

3.6 Rencana Penanganan Blok Peruntukan

Rencana penanganan blok peruntukan adalah rencana yang akan dilaksanakan pada setiap blok peruntukan mengenai elemen-elemen ruang (fasilitas dan utilitas) baik yang sifatnya, perbaharui, peningkatan, penetapan maupun pembangunan baru.

Berdasarkan pada kondisi eksisting, keberadaan elemen-elemen ruang (fasilitas dan utilitas) di kawasan perencanaan cukup bervariasi khususnya mengenai keberadaan kondisi bangunan yaitu diantaranya ada yang harus dipertahankan, renovasi, ditingkatkan maupun perlu pengembangan baru.

Sedangkan pada jenis prasarana yang paling dominan untuk mendapatkan perhatian adalah prasarana jalan, hal ini berkaitan dengan adanya rencana peningkatan jalan sebagai jalan alternatif yang menghubungkan Koto Baru – Payakumbuh. Keadaan ini secara hirarakis akan mempengaruhi terhadap perubahan-perubahan fungsi pada struktur elemen ruang lainnya.

Rencana penanganan blok peruntukan, diantaranya meliputi :

 Kondisi lahan bergelombang yang memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan apabila ada kesalahan dalam pengolahan maupun pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Penanganan lahan-lahan tersebut dengan mengarahkannya menjadi lahan konservasi.

 Selain kondisi lahan yang bergelombang, lahan yang perlu dilindungi adalah lahan yang ada di sekitar mata air, daerah tersebut diarahkan untuk preservasi untuk melindungi sumber mata air.

 Peningkatan jalan-jalan lingkungan yang saat ini kondisinya masih ada yang mengalami rusak berat, rencana penanganannya adalah dengan perbaikan dan pelebaran.

 Areal pertanian produktif keberadaanya akan dipertahankan.

 Pembatasan pengembangan pada bangunan-bangunan yang berdiri di daerah-daerah dengan kondisi lahan terjal maupun bergelombang.

 Untuk memenuhi kebutuhan perumahan, direncanakan pengembangan perumahan konvensional maupun terencana yang penyebarannya diarahkan tiap-tiap unit lingkungan

 Pengalokasian pengembangan fasilitas perkantoran diarahkan pada lokasi yang berdekatan dengan pusat pelayanan (kantor kecamatan).

 Untuk pengembangan perumahan yang berada di sekitar lahan konservasi ataupun areal pertanian (jika diperlukan) diarahkan untuk memakai KDB dan KLB rendah

 Pemindahan lokasi pasar pada daerah kosong yang saat ini fungsinya sebagai lahan kebun campuran serta diarahkan di unit lingkungan I.

 Untuk menunjang perekonomian penduduk direncanakan pengembangan sentra industri kecil yang lokasinya diarahkan di unit lingkungan I.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana penanganan blok peruntukan dapat dilihat pada Gambar 3.25 sampai 3.27.

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA III - 44

Ibukota Kecamatan Canduang KABUPATEN AGAM

LAPORAN RENCANA IV - 1

4.1 Kemampuan dan Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan

Dokumen terkait