• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umum Pasal 18

1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten terdiri atas: a) kawasan lindung; dan

b) kawasan budidaya.

2) Rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan rencana pola ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan

3) Rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan skala 1:50.000, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Kawasan Lindung

Pasal 19

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) terdiri atas:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi; dan g. kawasan lindung lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Hutan Lindung Pasal 20

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf (a), seluas ±72.277,96 hektar, meliputi:

29 1) kawasan hutan lindung di Kecamatan Alu dengan luas

±15.162,14 hektar;

2) kawasan hutan lindung di Kecamatan Anreapi dengan luas ±3.722,98 hektar;

3) kawasan hutan lindung di Kecamatan Binuang dengan luas ±4.251,45 hektar.

4) kawasan hutan lindung di Kecamatan Bulo dengan luas ±.2.392,34 Hektar.

5) kawasan hutan lindung di Kecamatan Campalagian dengan luas ±97,22 hektar;

6) kawasan hutan lindung di Kecamatan Limboro dengan luas ±1.912,39 hektar;

7) kawasan hutan lindung di Kecamatan Luyo dengan luas ±73,93 hektar;

8) kawasan hutan lindung di Kecamatan Matakali dengan luas ±2.567,72 hektar;

9) kawasan hutan lindung di Kecamatan Matangnga dengan luas ±14.031,40 hektar;

10) kawasan hutan lindung di Kecamatan Tapango dengan luas ±4.825,51 hektar; dan

11) kawasan hutan lindung di Kecamatan Tubbi Taramanu dengan luas ±23.140,88 hektar.

Paragraf 2

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 21

1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b, yaitu kawasan resapan air; dan

2) Kawasan resapan air mencakup seluruh kawasan hutan dan wilayah hulu daerah aliran sungai di Kabupaten Polewali Mandar;

Paragraf 3

Kawasan Perlindungan Setempat Pasal 22

1) Kawasan perlindungan setempat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c, terdiri atas:

a) kawasan sempadan pantai; b) kawasan sempadan sungai;

30 c) kawasan sempadan jurang;

d) kawasan sekitar danau atau waduk; e) kawasan sekitar mata air; dan

f) ruang terbuka hijau perkotaan.

2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terletak di garis pantai sepanjang ±94,12 (sembilan puluh empat koma dua belas) kilometer, mencakup Kecamatan: Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali, dan Binuang, dengan ketentuan:

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat pada sungai di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan mencakup seluruh wilayah kabupaten, dengan ketentuan:

a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

b. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter;

c. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:

1. sungai besar, yaitu sungai yang mempunyai daerah

pengaliran sungai seluas 500 (lima ratus) km2. Pada

sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

2. sungai kecil, yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus)

km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)

meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

d. sungai tidak bertanggul dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai berikut:

1. sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

31 2. sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

3. sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

4. sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau; 5. garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan

dengan jalan yaitu tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan:

a. konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai;

b. perlindungan terhadap sempadan sungai bertujuan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai;

4) Kawasan sempadan jurang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, terdapat di Kecamatan: Alu, Anreapi, Balanipa, Binuang, Mapilli, Bulo, Limboro, Matakali, Matangnga, Tapango, dan Tubbi Taramanu;

5) Kawasan sempadan danau/waduk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, terletak di Bendung Sekkasekka, serta Embung yang ada di Kecamatan: Anreapi, Mapilli, Luyo, Tapango, Binuang, Alu, dan Tubbi Taramanu;

6) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e, yaitu wilayah di sekeliling mata air dengan radius 200 (dua ratus) meter dari mata air yang terdapat di wilayah kabupaten; dan

7) Ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, tersebar di seluruh bagian kawasan perkotaan dengan ketentuan:

a. luas minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan

b. setiap pusat desa dan kelurahan wajib memiliki alun-alun atau lapangan sepakbola.

32 Paragraf 4

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Pasal 23

1) Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, terdiri atas:

a. kawasan pantai berhutan bakau; dan

b. kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.

2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a), sebarannya mencakup lokasi di Kecamatan: Binuang, Matakali, Wonomulyo, dan Campalagian, dengan luas ±237 ha (dua ratus tiga puluh tujuh hektar).

3) Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Pulo Battoa, Pulo Tangnga, Pulo Panampeang, Pulo Karemasan, Pulo Deadea, Pulo Landea, Pulo Pasirputih, dan Pulo Tarrusan Kecamatan Binuang; dan

4) Pengaturan lebih lanjut mengenai zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil akan diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri mengenai rencana zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K).

Paragraf 5

Kawasan Rawan Bencana Alam Pasal 24

1) Kawasan rawan bencana alam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e, terdiri atas:

a. kawasan rawan tanah longsor;

b. kawasan rawan abrasi dan erosi pantai; c. kawasan rawan gelombang pasang; dan d. kawasan rawan banjir.

2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, huruf a, meliputi wilayah Kecamatan: Alu, Tubbi Taramanu, Balanipa, Mapilli, Anreapi, Bulo, Tapango, Matangga, dan Binuang;

3) Kawasan rawan abrasi dan erosi pantai tersebar di wilayah pesisir Kecamatan: Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali, dan Binuang;

4) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tersebar di wilayah pesisir Kecamatan: Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali, dan Binuang; dan

33 5) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi wilayah Kecamatan: Tinambung, Limboro, Campalagian, Luyo, Mapilli, Wonomulyo, Tapango, Matakali, Binuang, dan Polewali.

Paragraf 6

Kawasan Lindung Geologi Pasal 25

1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf f, terdiri atas:

a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. kawasan rawan gempa bumi berdasarkan riwayat kegempaan terutama di wilayah Kecamatan Wonomulyo, Mapilli, Luyo, Campalagian, Balanipa, Tinambung, Limboro, Alu, dan Tubbi Taramanu;

b. kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang sering terjadi gerakan tanah pada kawasan perbukitan terjal tersebar di Kecamatan: Alu, Tubbi Taramanu, Bulo, Anreapi, dan Matangnga;

c. kawasan rawan tsunami adalah kawasan pantai yang berada pada zona kerawanan tinggi dengan daerah topografi yang landai dengan ketinggian <10 meter di atas permukaan laut terutama di bagian pesisir Kecamatan: Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali, dan Binuang;

d. kawasan rawan intrusi air laut meliputi wilayah pesisir Kecamatan: Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali, dan Binuang.

3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. kawasan imbuhan air tanah; dan

b. kawasan sempadan mata air

4) kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf a, penyebarannya meliputi kawasan lereng kaki gunung dan puncak gunung di Kecamatan Alu, Tubbi Taramanu, Bulo, Anreapi, dan Kecamatan Matangnga; dan

34 5) kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf b, terletak di seluruh lokasi mata air di wilayah kabupaten.

Paragraf 6

Kawasan Lindung Lainnya Pasal 26

1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf g, terdiri atas:

a) kawasan terumbu karang; dan

b) kawasan koridor migrasi atau tempat berkembangbiak bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

2) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup wilayah perairan Teluk Mandar; dan 3) Kawasan koridor migrasi atau tempat berkembangbiak bagi

jenis satwa atau biota laut yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup perlindungan habitat penyu di kawasan pesisir Tanjung Buku Kecamatan Mapilli.

Bagian Ketiga Kawasan Budidaya

Pasal 27

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan; d. kawasan peruntukan pertambangan; e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata;

g. kawasan peruntukan permukiman; dan h. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Pasal 28

Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, adalah kawasan hutan produksi terbatas (HPT) seluas ±24.971,27 hektar, meliputi:

35 a. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Bulo dengan

luas ±12.155,45 hektar;

b. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Luyo dengan luas ±402,79 hektar;

c. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Matakali dengan luas ±3.132,56 hektar;

d. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Matangnga dengan luas ±2.691,30 hektar;

e. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tapango dengan luas ±1.885,61 hektar; dan

f. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tubbi Taramanu dengan luas ±4.703,56 hektar.

Paragraf 2

Kawasan Peruntukan Pertanian Pasal 29

1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b, terdiri atas:

a. kawasan pertanian tanaman pangan; b. kawasan pertanian hortikultura; c. kawasan perkebunan; dan

d. kawasan peternakan.

2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, huruf a, tersebar di Kecamatan: Anreapi, Binuang, Campalagian, Limboro, Luyo, Mapilli, Matakali, Matangnga, Polewali, Tapango, Tinambung, Wonomulyo, Alu, dan Tubbi Taramanu.

3) Kawasan pertanaian holtikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tersebar di Kecamatan: Binuang, Anreapi,

Matakali, Tapango, Matangnga, Wonomulyo, Polewali,

Campalagian, dan Tubbi Taramanu;

4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:

a. kawasan perkebunan kakao tersebar di Kecamatan: Tapango, Polewali, Balanipa, Alu, Anreapi, Wonomulyo, Binuang, Matangnga, Tinambung, Tubbi Taramanu, Matakali, Limboro, Campalagian, Bulo, dan Mapilli; dan b. kawasan perkebunan kelapa dalam tersebar di Kecamatan:

Tapango, Polewali, Balanipa, Alu, Anreapi, Wonomulyo, Binuang, Matangnga, Tinambung, Tubbi Taramanu, Matakali, Limboro, Campalagian, Bulo, dan Mapilli; dan

36 c. kawasan perkebunan kopi robusta tersebar di Kecamatan: Binuang, Anreapi, Tapango, Bulo, Alu, Limboro, Tubbi taramanu, dan Matangnga.

5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas:

a. kawasan budidaya ternak besar, tersebar di Kecamatan: Binuang, Matakali, Anreapi, Wonomulyo, Mapilli, Tapango, Bulo, Campalagian, Tubbi Taramanu dan Matangnga;

b. kawasan budidaya ternak kecil tersebar di Kecamatan: Luyo, Campalagian, Balanipa, Tinambung, Limboro, Alu, dan Tubbi Taramanu; dan

c. kawasan budidaya ternak unggas tersebar di Kecamatan: Binuang, Matakali, Wonomulyo, Campalagian, Tinambung, dan Limboro.

6) Kawasan pertanian tanaman pangan yang tersebar di Kecamatan: Anreapi, Binuang, Campalagian, Limboro, Luyo, Mapilli, Matakali, Matangnga, Polewali, Tapango, Tinambung, Wonomulyo, dan Tubbi Taramanu sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan seluas ±15.000 hektar.

Paragraf 3

Kawasan Peruntukan Perikanan Pasal 30

1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;

b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan

c. kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; 2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi:

a. jalur penangkapan ikan IA di wilayah perairan pantai sejauh 2 (dua) mil laut yang diukur mulai dari garis pantai saat air laut surut terendah;

b. jalur penangkapan ikan IB di wilayah perairan pantai di luar 2 (dua) mil laut sampai dengan 4 (empat) mil laut;

3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi: a. budidaya air tawar terdiri atas:

1. budidaya kolam seluas ±450 hektar tersebar di Kecamatan: Alu, Tubbi Taramanu, Limboro, Tapango, Matakali, Polewali, Binuang, Anreapi, Matangnga, dan Bulo;

37 2. budidaya sungai seluas ±15,59 hektar tersebar di Kecamatan Tinambung, Limboro, Tubbi Taramanu, Mapilli, Luyo, Tapango, Matakali, Polewali, Anreapi, dan Binuang.

3. budidaya sawah seluas ±292,15 hektar tersebar di Kecamatan Alu, Campalagian, Luyo, Mapilli, Bulo, Wonomulyo, Matakali, Polewali, Binuang, dan Anreapi. 4. budidaya rawa seluas ±388,15 hektar tersebar di

Kecamatan Campalagian, Wonomulyo, dan Tapango. b. budidaya air laut di wilayah perairan sejauh empat mil dari

garis pantai seluas ±460 km2, terdiri atas:

1. pengembangan keramba jaring apung di Kecamatan Binuang;

2. budidaya rumput laut seluas ±2.390 hektar terletak di Kecamatan Polewali dan Binuang;

c. budidaya air payau / tambak ikan bandeng seluas ±5.165,10 hektar tersebar di Kecamatan: Tinambung, Campalagian, Wonomulyo, Mapilli, Matakali, Polewali, dan Binuang;

4) Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, terdiri atas:

a. kawasan pengolahan ikan tersebar di Kecamatan

Tinambung, Balanipa, Campalagian, Wonomulyo, Mapilli, Matakali, Polewali, dan Binuang;

b. kawasan pemasaran hasil perikanan tersebar di Kecamatan Tinambung, Campalagian, Wonomulyo, dan Polewali;

5) Pengembangan kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana perikanan berupa pelabuhan perikanan pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Polewali.

Paragraf 4

Kawasan Peruntukan Pertambangan Pasal 31

1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d, terdiri atas:

38 b. kawasan peruntukan pertambangan gas dan minyak bumi;

dan

c. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi;

2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan tambang biji besi terdapat Kecamatan: Tubi Taramanu, Tapango, Matakali, Binuang, Anreapi, dan Matangnga.

b. Kawasan peruntukan tambang gibsum terdapat Kecamatan: Tinambung, Tubi Taramanu, dan Allu; dan

c. kawasan peruntukan tambang galena di Kecamatan Anreapi 3) Kawasan peruntukan pertambangan gas dan minyak bumi

sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, huruf b, terdiri atas tambang minyak bumi di wilayah perairan Teluk Mandar.

4) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, huruf c, terletak di Kecamatan: Matangnga, Tapango, Mapilli, Luyo, Alu, dan Balanipa

Paragraf 5

Kawasan Peruntukan Industri Pasal 32

Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan industri pengolahan hasil pertanian di Kecamatan: Polewali, Wonomulyo, dan Binuang;

b. kawasan peruntukan industri pengolahan hasil peternakan di Kecamatan: Matakali, Polewali, dan Binuang,; dan

c. kawasan peruntukan industri pengolahan hasil perikanan di Kecamatan: Wonomulyo, Binuang, dan Polewali;

Paragraf 6

Kawasan Peruntukan Pariwisata Pasal 33

1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan b. kawasan peruntukan pariwisata alam.

39

2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. pariwisata budaya tradisional Mandar di Kecamatan: Tinambung, Limboro, Balanipa, Alu, Campalagian, Luyo, dan Tubbi Taramanu; dan

b. pariwisata budaya tradisional Jawa di Kecamatan Wonomulyo;

3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1),huruf b, terdiri atas:

a. wisata pantai Pulo Pasirputih di Kecamatan Binuang, Pantai Bahari di Kecamatan Polewali, Pantai Labuang di Kecamatan Campalagian, Pantai Palippis di Kecamatan Balanipa, Tanjung Mampie Kecamatan Wonomulyo sampai ke muara Sungai Maloso Kecamatan Mapilli;

b. wisata bawah laut (penyelaman/snorkeling) di sebelah Utara Pulo Pasirputih Kecamatan Binuang, perairan Pantai Labuang di Kecamatan Campalagian, perairan Palippis di Kecamatan Balanipa;

c. wisata air terjun di Kecamatan: Tapango, Binuang dan Anreapi;

Paragraf 7

Kawasan Peruntukan Permukiman Pasal 34

1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf g, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan di daerah peisisir meliputi Kecamatan: Binuang, Polewali, Matakali, Wonomulyo, Mapilli, Campalagian, Balanipa, dan Tinambung. 3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, dikembangkan di pusat-pusat kegiatan perdesaan berupa kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang rendah dan kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris.

4) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dikembangkan dengan arahan meliputi:

40 a. kawasan permukiman perkotaan di daerah rawan terhadap tsunami menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥30 meter di atas permukaan laut atau berupa bukit penyelamatan;

b. bangunan permukiman di pusat kota terutama di PKW, PKL dan PKLp yang padat penduduk, diarahkan pembangunan perumahannya vertikal; dan

c. bangunan-bangunan perumahan di kawasan permukiman perdesaan diarahkan menggunakan nilai kearifan budaya lokal seperti pola rumah kebun dengan bangunan berlantai panggung.

Paragraf 8

Kawasan Peruntukan Lainnya Pasal 35

1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf h, terdiri atas:

a. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara; dan

b. kawasan peruntukan perdagangan.

2) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. Komando Distrik Militer (KODIM) 1402, terletak di

Kecamatan Polewali;

b. Komando Rayon Militer (KORAMIL) 1402-01 terletak di Kecamatan Polewali;

c. Komando Rayon Militer (KORAMIL) 1402-02 terletak di Kecamatan Mapilli;

d. Komando Rayon Militer (KORAMIL) 1402-03 terletak di Kecamatan Campalagian;

e. Komando Rayon Militer (KORAMIL) 1402-04 terletak di Kecamatan Tinambung;

f. Batalyon Infanteri (Yonif) 721 Kompi B Makkasau terletak di Kecamatan Polewali.

3) Kawasan peruntukan perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, terdiri atas:

a. pusat perdagangan utama meliputi Kecamatan Polewali dan Kecamatan Wonomulyo;

b. pusat perdagangan lokal meliputi seluruh kecamatan kecuali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1); dan

41 c. pusat perdagangan buah di Kecamatan: Wonomulyo,

Matakali, Polewali, Binuang, dan Anreapi.

Pasal 36

1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 - 34 dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu dominasi fungsi kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana diatur dalam peraturan daerah ini.

2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat dilaksanakan setelah ada kajian secara komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di daerah.

42 BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Dokumen terkait