• Tidak ada hasil yang ditemukan

: RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN (Halaman 14-62)

Bab VI : Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

TM

PDF Editor

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

Tugas Pokok Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan perda No. 08/Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 adalah menyelenggarakan urusan di bidang perkebunan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas Pembantuan, dan untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perkebunan meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan dan pascapanen dan sistem informasi perkebunan.

b. Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pascapanen dan sistem informasi perkebunan.

c. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas bidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pascapanen dan sistem informasi perkebunan; dan

TM

PDF Editor

d. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Struktur Organisasi pada SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 : Struktur Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

KEPALA DINAS

KELOMPAOK JABATAN

FUNGSIONAL SEKRETARIAT

SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIA

SUBAG PROGRAM

SUBAG KEUANGAN

BID. PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN USAHA

BID. SARANA PRASARANA PERKEBUNAN

BID. PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

BID. PASCA PANEN & SISTEM INFORMASI PERKEBUNAN

SEKSI PEMBINAAN

TANAMAN

SEKSI PERBENIHAN

SEKSI PEMBINAAN TANAMAN SEMUSIM

SEKSI KERJASAMA DAN

KELEMBAGAAN

SEKSI ALAT DAN MESIN

SEKSI PUPUK & PESTISIDA

SEKSI PENGAMATAN DAN

PERAMALAM OPT

SEKSI PENGENDALIAN OPT

&

U P T D

SEKSI KONSERVASI

LAHAN &

PEMANFAATAN AIR

SEKSI PENGOLAHAN HASIL

SEKSI PEMASARAN HASIL

SEKSI STATISTIK & SISTEM

INFORMASI

TM

PDF Editor

2.2. Sumber Daya SKPD

Dalam menjalankan tugas serta fungsinya, maka Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan ditopang oleh ketersediaan jumlah personil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi/Tata kerja sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1 : Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

No

Tingkat KUALIFIKASI PENDIDIKAN Jenis Kelamin

Pendidikan Teknis Non

Teknis

Jumlah Pria Wanita Jumlah

1. S.3 2 - 2 2 - 2

2. S.2 9 11 20 11 9 20

3. S.1 73 58 131 61 70 131

4. Sarjana Muda 2 5 7 2 5 7

5. SLTA 26 40 66 41 25 66

6. SLTP - 3 3 3 - 3

7. SD - 2 2 2 - 2

TOTAL 112 119 231 122 109 231

Disamping itu dalam rangka pembinaan karir dan prestasi kerja, untuk mengisi suatu jabatan lowong maka telah dipersyaratkan sesuai ketentuan yang diatur dalam PP no. 15 tahun 1994 dan Keputusan Mendagri No. 57,58 dan 59. Untuk memberikan suatu penilaian yang obyektif suatu jabatan yang lowong, maka diusulkan calon dari daftar urutan kepangkatan (DUK) yang memenuhi syarat

TM

PDF Editor

sesuai ketentuan yang berlaku ke Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Adapun Daftar Urutan Kepangkatan Pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan gambaran secara global daftar urutan kepangkatan pada Dinas Perkebunan Prov. Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 : Daftar Urutan Kepangkatan Pada Dinas Perkebunan Provinsi. Sulawesi Selatan

No Pangkat Golongan Jumlah

1. Pembina Utama IV/e -

2. Pembina Utama Madya IV/d 1

3. Pembina Utama Muda IV/c 1

4. Pembina Tk.I IV/b 9

5. Pembina IV/a 16

6. Penata Tk.I III/d 26

7. Penata III/c 19

8. Penata Muda Tk.I III/b 69

9. Penata Muda III/a 11

10. Pengatur Tk.I II/d 9

11. Pengatur II/c 19

12. Pengatur Muda Tk.I II/b 36

13. Pengatur Muda II/a 11

14. Juru Tk.I I/d 1

15. Juru I/c 1

16. Juru Muda Tk.I I/b 1

17. Juru Muda I/a 1

Jumlah 231

TM

PDF Editor

Potensi lainnya yang mendukung kegiatan SKPD adalah tersedianya asset-aset yang memadai . Dinas Perkebunan sendiri memiliki asset berupa bangunan kurang lebih sebanyak 373 unit yang merupakan pengadaan yang dibiayai melalui APBD maupun APBN , kendaraan dan peralatan sebanyak 9.723 unit , serta tanah seluas 250.072 m2. Secara terperinci jumlah bangunan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Asset Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

No Nama Bangunan APBD (unit) APBN (Unit) Ket

1. Kantor Dinas 10 -

2. Bangunan Rumah - 172

3. Bangunan Kantor - 79

4. Bangunan Gudang - 27

5. Bangunan Balai Pertemuan - 25

6. Bangunan Lantai Jemur - 1

7. Bangunan Pengolahan - 3

8. Bangunan Pabrik - 1

9. Bangunan Mesin Dryer - 1

10. Bangunan Garasi - 6

11. Bangunan Mess - 4

12. Rumah Kaca - 1

13. Laboratorium - 1

14. Perumahan UPP/ Dinas 23 -

15. Gudang 7 -

16. Balai Pertemuan 1 -

17. Asrama/ Ruang Belajar 1 -

18. Mushalla 1 1

19. Mess 1 -

20. Lantai Jemur 3 -

21. Gedung CSP 1 -

22. Gedung Promosi Produk Perkebunan 1 -

23. Pos Jaga - 1

T O T A L

49 324 373

TM

PDF Editor

Jumlah kendaraan dan peralatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Kendaraan dan Peralatan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

No Jenis APBD (Unit) APBN (Unit) KET

1. Kendaraan dan Peralatan 8.862 861

T O T A L 9.723

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan melalui peningkatan pelayanan SKPD ditentukan seberapa besar realisasi yang dicapai terhadap target kinerja yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui kinerja pelayanan SKPD terkait indikator kinerja tugas dan fungsi SKPD dapat dilihat padaTabel 5.

TM

PDF Editor

Tabel 5. Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

580,329,885 600,045,758

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja pelayanan SKPD terkait indikator yang meliputi produksi dan kualitas kakao,produksi komoditi unggulan perkebunan, luas areal, penyerapan tenaga kerja,pendapatan petani berbasis kakao dan volume ekspor serta nilai ekspor cukup baik dengan rasio capaian rata-rata mendekati 1 atau 100 %.

Selanjutnya kinerja yang menunjukkan capaiannya rendah adalah pada indikator produksi kakao yang rasionya hanya 0,66 atau 66% pada tahun ke 5. Akibatnya indikator lainnya seperti pendapatan yang diperoleh dari berbasis kakao, volume dan nilai ekspor juga berpengaruh. Penyebab dari rendahnya produksi kakao pada tahun ke 5 adalah selain adanya anomali iklim, juga masih adanya serangan OPT serta kegiatan gernas kakao melalui peremajaan dan rehabilitasi yang membutuhkan waktu yang cukup panjang 2-3 tahun untuk nampak hasil produksinya, selain itu peran petani wanita tani belum optimal diikutsertakan dalam proses peningkatan produksi dan produktivitas hasil perkebunan . Capaian kinerja pelayanan yang dimaksud tersebut sangat ditentukan keberhasilannya dari dukungan pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan perkebunan.

Untuk produksi komoditas unggulan lainnya selain kakao seperti kopi, jambu mete, lada, cengkeh, tebu, kapas, kelapa sawit dan kelapa pada tahun 2008 yang ditargetkan 227.251 ton telah mencapai target dan terus mengalami peningkatan setiap tahun dan pada tahun 2012 telah mencapai 241.706 ton dari target 249.615 ton. Lebih jauh sasaran produksi komoditi unggulan tahun 2008-2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

TM

PDF Editor

Tabel 6. Sasaran produksi komoditi unggulan tahun 2008-2013.

Dari sasaran produksi komoditi unggulan setiap tahunnya tersebut, telah dicapai produksi yang cukup menggembirakan, namun komoditi kakao belum optimal, karena sedang dilakukan pemulihan produksi melalui kegiatan peremajaan,rehabilitasi dan intensifikasi dari fasilitasi Gernas kakao. Selain itu,juga dari penyediaan bibit kakao sambung pucuk melalui fasilitasi APBD.

Realisasi produksi yang dicapai dari sasaran yang ingin dicapai 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

TM

PDF Editor

Tabel 7. Realisasi produksi komoditi unggulan tahun 2008-2012 pembangunan perkebunan 5 tahun terakhir dan realisasi penyerapannya dapat dilihat pada Tabel 8.

TM

PDF Editor

Tabel 6. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

Anggaran Pada Tahun ke Realisasi Anggaran pada Tahun ke Rasio antara realisasi dan Anggaran tahun ke Rata-rata

Pertumbuhan

Daerah 350,000,000

Asli Daerah 350,000,000

Daerah 350,000,000

Daerah 16,925,272,292

Pegawai 8,632,870,201

Langsung 8,292,402,091

Pegawai 1,414,610,000

Pada tabel tersebut menunjukkan anggaran dan realisasi pendanaan pelayanan SKPD pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa rasio antara realisasi dan anggaran pada setiap tahunnya menunjukkan rata-rata sangat baik yang mencapai rasio 99% bahkan melebihi 100%. Kegiatan yang menunjukkan melebihi diatas 100% adalah pendapatan asli daerah yang dihimpun melalui hasil retribusi daerah dari sumber pengelolaan kebun bibit dinas dan sertifikasi benih perkebunan. Pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa belanja daerah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang artinya bahwa pembangunan perkebunan di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan.

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD Analisis Renstra Kementrian / Lembaga (K/L) dan Renstra SKPD

- Untuk Provinsi

Analisis Renstra K/L dan SKPD kabupaten/kota (yang masih berlaku) ditujukan untuk menilai keserasian, keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD provinsi terhadap sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD kabupaten/kota sesuai dengan urusan yang menjadi kewenangan masing-masing SKPD.

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi :

a. Apakah capaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD provinsi telah berkontribusi terhadap pencapaian sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD kabupaten/kota dan;

TM

PDF Editor

b. Apakah tingkat capaian kinerja Renstra SKPD provinsi melebihi /sama/ kurang dari sasaran Renstra K/L atau rata-rata Kabupaten/kota.

Jika tingkat capaian kinerja Renstra SKPD provinsi melebihi sasaran Renstra K/L atau rata-rata kabupaten/kota , maka hal ini menunjukkan bahwa kinerja SKPD sudah baik secara nasional dan regional.

Sedangkan jika lebih rendah, maka hal ini mengindikasikan bahwa SKPD tersebut memiliki permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanannya, seperti dalam perencanaan program, kegiatan dan pendanaan , sumber daya dan penyelenggaraan pelayanan, proses/ prosedur/ mekanisme pelayanan, dan strategi/ kebijakan pelayanan yang ditempuh.

Terhadap keterkaitan Renstra yang dimaksud maka selanjutnya dapat dikomparasi capaian sasaran Renstra SKPD Provinsi dengan sasaran Renstra SKPD kabupaten/kota dan Renstra kementrian lembaga yang dapat dilihat pada Tabel 7.

TM

PDF Editor

Tabel 7 : Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD Provinsi terhadap sasaran Renstra SKPD Kabupaten/Kota dan Renstra K/L

No Indikator Kinerja

Capaian Sasaran Renstra SKPD

Provinsi

Sasaran pada Renstra Kabupaten/Kota

Sasaran pada Renstra K/L

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Produksi & Kualitas Kakao 300.000 Ton (-) (-)

2. Produksi Komoditas Unggulan 258.960 Ton (-) (-)

Perkebunan pada 9 komoditi

3. Luas areal Tanaman Perkebunan 740.000 Ha (-) (-)

4. Penyerapan Tenaga Kerja 1.049.800 KK (-) (-)

5. Perolehan Devisa melalui Pening- 300.000 Ton (-) (-) Katan Volume Ekspor Perkebunan

6. Pendapatan Petani Perkebunan Rp. 50.000.000/Ha (-) (-) Berbasis Kakao

7. Simpanan Petani Perkebunan minimal

Rp. 5.000.000/Ha (-) (-)

- Untuk Kabupaten/ Kota

Analisis Renstra K/L dan SKPD Provinsi (yang masih berlaku) ditujukan untuk menilai keserasian, keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD Kabupaten/Kota terhadap sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi :

c. Apakah capaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD Kabupaten/Kota telah berkontribusi terhadap pencapaian sasaran Renstra SKPDProvinsi dan Renstra K/L; dan

TM

PDF Editor

d. Apakah tingkat capaian kinerja Renstra SKPD Kabupaten/Kota melebihi/sama/kurang dari sasaran Renstra SKPD Provinsi atau Renstra K/L.

Jika tingkat capaian kinerja Renstra SKPD kabupaten/kota melebihi sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD provinsi, maka hal ini menunjukkan bahwa kinerja SKPD sudah baik secara nasional/provinsi.

Sedangkan jika lebih rendah, maka hal ini mengindikasikan bahwa SKPD tersebut memiliki permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanannya, seperti dalam perencanaan program, kegiatan dan pendanaan, sumber daya penyelenggaraan pelayanan, proses/prosedur/mekanisme pelayanan, dan strategi/ kebijakan pelayanan yang ditempuh.

ditempuh.

Terhadap keterkaitan Renstra yang dimaksud maka selanjutnya dapat dikomparasi capaian sasaran Renstra SKPD kabupaten/ kota dengan sasaran Renstra SKPD provinsi dan Renstra kementrian lembaga yang dapat dilihat pada Tabel 8.

TM

PDF Editor

Tabel 8 : Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD Kabupaten/Kota terhadap sasaran Renstra SKPD Provinsi dan Renstra K/L

No Indikator Kinerja

Capaian Sasaran Renstra SKPD Kabupaten/Kota

Sasaran pada Renstra SKPD Provinsi

Sasaran pada Renstra K/L

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Produksi & Produktivitas Komoditi Perkebunan

(-) Produksi & Kualitas Kakao (-)

2. Jumlah Sarana Pengolahan (-) Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan pada 9 komoditi

(-)

3. Pembinaan & Peningkatan Mutu

(-) Luas areal Tanaman Perkebunan (-)

Penyerapan Tenaga Kerja (-)

Perolehan Devisa melalui Peningkatan Volume Ekspor Perkebunan

(-)

Pendapatan Petani Perkebunan Berbasis Kakao

(-)

Simpanan Petani Perkebunan minimal (-)

2. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ atau aspek fungsional. Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

Telaahan rencana tata ruang wilayah ditujukan untuk mengidentifikasi implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan SKPD.

Dibandingkan dengan struktur dan pola ruang eksisting maka SKPD dapat mengidentifikasi arah (geografis) pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan pelayanan, dan prioritas wilayah pelayanan SKPD dalam lima tahun

TM

PDF Editor

mendatang. Dikaitkan dengan indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah dalam RTRW, SKPD dapat menyusun rancangan program beserta targetnya yang sesuai dengan RTRW tersebut.

Untuk itu, dalam penalaahan RTRW, aspek yang perlu ditelaah adalah : 1. Rencana struktur tata ruang;

2. Struktur tata ruang saat ini;

3. Rencana pola ruang;

4. Pola ruang saat ini; dan

5. Indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah;

Untuk hasil telaahan Struktur ruang wilayah provinsi/ kabupaten/ kota dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 : Hasil telaahan struktur ruang wilayah provinsi/ kabupaten/kota.

No Rencana Struktur Ruang Struktur Ruang Saat ini

1. Terbatasnya Pengoptimalan Lahan untuk mendukung pengembangan komoditi perkebunan

1. Peningkatan produksi dan

dan prasarana 3. Peningkatan pasca

panen dan

pengolahan hasil

Berdasarkan analisa RT/RW Provinsi Sulawesi Selatan tentang rencana pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis, maka selanjutnya dapat dijabarkan lebih lanjut pola ruang wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang dapat dilihat pada Tabel 10.

TM

PDF Editor

Tabel 10. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

No Rencana Pola Ruang Pola Ruang Saat ini

Indikasi Program Pemanfaatan Ruang

pada Periode Perencanaan Berkenaan

Pengaruh Rencana Pola Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan

SKPD

Arahan Lokasi Pengembangan

Pelayanan SKPD

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengembangan Kawasan Komoditi Perkebunan

- Rehabilitasi dan Revitalisasi kawasan

1. Peningkatan produksi dan produktivitas Tanaman perkebunan

Pemanfaatan sumber Lahan

Kawasan sentra komoditi unggulan perkebunan - Pengoptimalan

lahan

2. Penyediaan sarana dan prasarana - Konservasi

lahan & Air

3. Peningkatan pasca Panen dan pengolahan Hasil

3. Analisis Terhadap Dokumen Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan Pelayanan SKPD

Kajian lingkungan hidup strategis , yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/ atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

TM

PDF Editor

KLHS memuat kajian antara lain :

1) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

3) Kinerja layanan/ jasa ekosistem;

4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim ; dan 6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana dan/ atau program pembangunan dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui, maka :

1. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan

2. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

Dengan mempertimbangkan fungsi KLHS tersebut maka analisis terhadap dokumen hasil KLHS ditujukan untuk mengidentifikasi apakah ada program dan kegiatan pelayanan SKPD provinsi dan kabupaten/kota yang berimplikasi negarif terhadap lingkungan hidup. Jika ada program dan kegiatan pelayanan SKPD provinsi dan kabupaten/kota yang berimplikasi negatif terhadap lingkungan hidup, maka program dan kegiatan tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan rekomendasi KLHS.

TM

PDF Editor

Selanjutnya hasil analisis KLHS Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil analisis terhadap dokumen KLHS Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan.

No Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi terhadap

Pelayanan SKPD lingkungan hidup untuk Pembangunan

- Meningkatnya degradasi lahan - Banjir dan Erosi di musim hujan

Serta kekeringan di musim kemarau

- Akibat penggunaan pestisida yang kurang bijaksana menyebabkan Meningkatnya serangan OPT akibat Resistensi terhadap pestisida kimia, Resurgensi, munculnya hama baru, Tercemarnya lingkungan hidup, Binatang ternak bahkan manusia

- Mensosialisasikan kepada petani perkebunan tentang teknik konservasi lahan &

air

- Meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah

- Mensosialisasikan prinsip PHT dalam upaya

pengendalian OPT utamanya

penggunaan biopestisida

1. Peningkatan produksi dan 3. Peningkatan

pasca Panen dan

Pengolahan Hasil

Dari hasil telaahan terhadap renstra kementrian, renstra kabupaten/kota dan renstra provinsi, rencana tata ruang wilayah provinsi Sulawesi Selatan serta kajian lingkungan hidup strategis, maka pembangunan perkebunan di Sulawesi Selatan dihadapkan beberapa tantangan dan peluang dalam pengembangannya.

Beberapa tantangan yang dihadapi : Produksi dan produktivitas belum optimal

Sumber daya lahan cenderung mengalami degradasi

penggunaan pestisida yang tidak tepat menyebabkan tingginya serangan TM

PDF Editor

OPT

Umur tanaman umumnya sudah tua dan tidak produktif.

Penggunaan benih asalan

Banjir dan erosi di musim hujan serta kekeringan di musim kemarau.

Pemanfaatan wanita tani belum optimal diikutsertakan dalam proses peningkatan Produksi hasil perkebunan

Adapun peluang yang dimiliki dalam rangka pembangunan perkebunan antara lain :

- Meningkatnya penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah.

- Konsepsi metode PHT dalam upaya pengendalian OPT utamanya penggunaan biopestisida.

- Konsepsi dan metode tentang teknik konservasi lahan dan air.

- Peluang kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman perkebunan.

- Jumlah petani perempuan dipedesaan cukup besar, dengan pelatihan tehnis perkebunan yang diberikan akan meningkatkan nilai tambah terhadap hasil perkebunan.

TM

PDF Editor

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan tugas dan fungsi Pelayanan SKPD

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan,dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan.

Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar layanan SKPD senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan dan aspirasi pengguna layanan.Oleh karena itu,perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.

Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPD adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau di kedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi SKPD di masa datang.

Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya,dalam hal tidak dimanfaatkan,akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang.

TM

PDF Editor

Suatu isu strategis bagi SKPD diperoleh baik berasal dari analisis internal berupa identifikasi permasalahan pembangunan maupun analisis eksternal berupa kondisi yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPD di masa lima tahun mendatang.

Informasi yang diperlukan dalam perumusan isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi, yaitu hasil analisis gambaran pelayanan SKPD, renstra K/L dan renstra SKPD provinsi/kabupaten/kota,telaahan RTRW serta analisis KLHS.

Berdasarkan informasi tersebut dapat diuraikan identifikasi permasalahan seperti dapat dilihat pada Tabel 12.

TM

PDF Editor

Tabel 12. Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi SKPD

Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini

Standar yang digunakan

Faktor yang mempengaruhi

Permasalahan kinerja yang dicapai dari olume dan nilai ekspor cukup menggembirakan.m eskipun masih ada komoditi yang ume dan nilai ekspor pada 5 tahun

2. Sasaran pada masing-masing renstra K/L,provinsi dan kabupaten

2.Sasaran pada renstra provinsi bagian dari sumber daya alam yang dapat an lahan akibat kehilangan unsur hara dan bahan organik,kelebihan air,erosi dll

4.Teknik dan metode konservasi lahan dan air, prinsip PHT dalam pengendalian dan tekstur tanah.

4.Pembinaan pestisida yang tidak tepat

Selanjutnya, dianalisis isu-isu strategis yang berhubungan atau mempengaruhi SKPD dari faktor –faktor eksternal lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Identifikasi isu-isu strategis (lingkungan eksternal)

No

Isu Strategi

Dinamika internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional/lokasi Lain-lain

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Liberalisasi pasar global Pengembangan komoditas

unggulan nasional

Produksi dan produktivitas -

2 Isu mutu produk Penerapan

teknologi budidaya dan pemuliaan terapan

Peningkatan nilai tambah -

3 Isu lingkungan Pengembangan sistem informasi

Penguatan kelembagaan -

4 Isu pelestarian sumber daya alam dan

lingkungan hidup berkelanjutan

Peran pelaku usaha

Penyediaan sarana dan prasarana serta

permodalan

- 5. Isu Gender Peningkatan

pemanfaatan tenaga kerja wanita

Tersedianya tenaga kerja wanita

3.2. Telaahan Visi,Misi dan Program Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah Terpilih

Menelaah visi,misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ditujukan untuk memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan

TM

PDF Editor

selama kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut.

Hasil identifikasi tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ini juga akan menjadi input bagi perumusan isu-isu strategis pelayanan SKPD. Dengan demikian, isu-isu yang dirumuskan tidak saja berdasarkan tinjauan terhadap kesenjangan pelayanan, tetapi juga berdasarkan kebutuhan pengelolaan faktor-faktor agar dapat berkontribusi dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.

Selanjutnya untuk melihat faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD terhadap pencapaian visi,misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah

Selanjutnya untuk melihat faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD terhadap pencapaian visi,misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN (Halaman 14-62)

Dokumen terkait