Bab VI : Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
TM
PDF Editor
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
Tugas Pokok Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan perda No. 08/Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 adalah menyelenggarakan urusan di bidang perkebunan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas Pembantuan, dan untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perkebunan meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan dan pascapanen dan sistem informasi perkebunan.
b. Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pascapanen dan sistem informasi perkebunan.
c. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas bidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pascapanen dan sistem informasi perkebunan; dan
TM
PDF Editor
d. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Struktur Organisasi pada SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 : Struktur Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
KEPALA DINAS
KELOMPAOK JABATAN
FUNGSIONAL SEKRETARIAT
SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIA
SUBAG PROGRAM
SUBAG KEUANGAN
BID. PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN USAHA
BID. SARANA PRASARANA PERKEBUNAN
BID. PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
BID. PASCA PANEN & SISTEM INFORMASI PERKEBUNAN
SEKSI PEMBINAAN
TANAMAN
SEKSI PERBENIHAN
SEKSI PEMBINAAN TANAMAN SEMUSIM
SEKSI KERJASAMA DAN
KELEMBAGAAN
SEKSI ALAT DAN MESIN
SEKSI PUPUK & PESTISIDA
SEKSI PENGAMATAN DAN
PERAMALAM OPT
SEKSI PENGENDALIAN OPT
&
U P T D
SEKSI KONSERVASI
LAHAN &
PEMANFAATAN AIR
SEKSI PENGOLAHAN HASIL
SEKSI PEMASARAN HASIL
SEKSI STATISTIK & SISTEM
INFORMASI
TM
PDF Editor
2.2. Sumber Daya SKPD
Dalam menjalankan tugas serta fungsinya, maka Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan ditopang oleh ketersediaan jumlah personil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi/Tata kerja sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1 : Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
No
Tingkat KUALIFIKASI PENDIDIKAN Jenis Kelamin
Pendidikan Teknis Non
Teknis
Jumlah Pria Wanita Jumlah
1. S.3 2 - 2 2 - 2
2. S.2 9 11 20 11 9 20
3. S.1 73 58 131 61 70 131
4. Sarjana Muda 2 5 7 2 5 7
5. SLTA 26 40 66 41 25 66
6. SLTP - 3 3 3 - 3
7. SD - 2 2 2 - 2
TOTAL 112 119 231 122 109 231
Disamping itu dalam rangka pembinaan karir dan prestasi kerja, untuk mengisi suatu jabatan lowong maka telah dipersyaratkan sesuai ketentuan yang diatur dalam PP no. 15 tahun 1994 dan Keputusan Mendagri No. 57,58 dan 59. Untuk memberikan suatu penilaian yang obyektif suatu jabatan yang lowong, maka diusulkan calon dari daftar urutan kepangkatan (DUK) yang memenuhi syarat
TM
PDF Editor
sesuai ketentuan yang berlaku ke Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Adapun Daftar Urutan Kepangkatan Pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan gambaran secara global daftar urutan kepangkatan pada Dinas Perkebunan Prov. Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 : Daftar Urutan Kepangkatan Pada Dinas Perkebunan Provinsi. Sulawesi Selatan
No Pangkat Golongan Jumlah
1. Pembina Utama IV/e -
2. Pembina Utama Madya IV/d 1
3. Pembina Utama Muda IV/c 1
4. Pembina Tk.I IV/b 9
5. Pembina IV/a 16
6. Penata Tk.I III/d 26
7. Penata III/c 19
8. Penata Muda Tk.I III/b 69
9. Penata Muda III/a 11
10. Pengatur Tk.I II/d 9
11. Pengatur II/c 19
12. Pengatur Muda Tk.I II/b 36
13. Pengatur Muda II/a 11
14. Juru Tk.I I/d 1
15. Juru I/c 1
16. Juru Muda Tk.I I/b 1
17. Juru Muda I/a 1
Jumlah 231
TM
PDF Editor
Potensi lainnya yang mendukung kegiatan SKPD adalah tersedianya asset-aset yang memadai . Dinas Perkebunan sendiri memiliki asset berupa bangunan kurang lebih sebanyak 373 unit yang merupakan pengadaan yang dibiayai melalui APBD maupun APBN , kendaraan dan peralatan sebanyak 9.723 unit , serta tanah seluas 250.072 m2. Secara terperinci jumlah bangunan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Asset Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
No Nama Bangunan APBD (unit) APBN (Unit) Ket
1. Kantor Dinas 10 -
2. Bangunan Rumah - 172
3. Bangunan Kantor - 79
4. Bangunan Gudang - 27
5. Bangunan Balai Pertemuan - 25
6. Bangunan Lantai Jemur - 1
7. Bangunan Pengolahan - 3
8. Bangunan Pabrik - 1
9. Bangunan Mesin Dryer - 1
10. Bangunan Garasi - 6
11. Bangunan Mess - 4
12. Rumah Kaca - 1
13. Laboratorium - 1
14. Perumahan UPP/ Dinas 23 -
15. Gudang 7 -
16. Balai Pertemuan 1 -
17. Asrama/ Ruang Belajar 1 -
18. Mushalla 1 1
19. Mess 1 -
20. Lantai Jemur 3 -
21. Gedung CSP 1 -
22. Gedung Promosi Produk Perkebunan 1 -
23. Pos Jaga - 1
T O T A L
49 324 373
TM
PDF Editor
Jumlah kendaraan dan peralatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Kendaraan dan Peralatan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
No Jenis APBD (Unit) APBN (Unit) KET
1. Kendaraan dan Peralatan 8.862 861
T O T A L 9.723
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan melalui peningkatan pelayanan SKPD ditentukan seberapa besar realisasi yang dicapai terhadap target kinerja yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui kinerja pelayanan SKPD terkait indikator kinerja tugas dan fungsi SKPD dapat dilihat padaTabel 5.
TM
PDF Editor
Tabel 5. Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
580,329,885 600,045,758
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja pelayanan SKPD terkait indikator yang meliputi produksi dan kualitas kakao,produksi komoditi unggulan perkebunan, luas areal, penyerapan tenaga kerja,pendapatan petani berbasis kakao dan volume ekspor serta nilai ekspor cukup baik dengan rasio capaian rata-rata mendekati 1 atau 100 %.
Selanjutnya kinerja yang menunjukkan capaiannya rendah adalah pada indikator produksi kakao yang rasionya hanya 0,66 atau 66% pada tahun ke 5. Akibatnya indikator lainnya seperti pendapatan yang diperoleh dari berbasis kakao, volume dan nilai ekspor juga berpengaruh. Penyebab dari rendahnya produksi kakao pada tahun ke 5 adalah selain adanya anomali iklim, juga masih adanya serangan OPT serta kegiatan gernas kakao melalui peremajaan dan rehabilitasi yang membutuhkan waktu yang cukup panjang 2-3 tahun untuk nampak hasil produksinya, selain itu peran petani wanita tani belum optimal diikutsertakan dalam proses peningkatan produksi dan produktivitas hasil perkebunan . Capaian kinerja pelayanan yang dimaksud tersebut sangat ditentukan keberhasilannya dari dukungan pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan perkebunan.
Untuk produksi komoditas unggulan lainnya selain kakao seperti kopi, jambu mete, lada, cengkeh, tebu, kapas, kelapa sawit dan kelapa pada tahun 2008 yang ditargetkan 227.251 ton telah mencapai target dan terus mengalami peningkatan setiap tahun dan pada tahun 2012 telah mencapai 241.706 ton dari target 249.615 ton. Lebih jauh sasaran produksi komoditi unggulan tahun 2008-2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
TM
PDF Editor
Tabel 6. Sasaran produksi komoditi unggulan tahun 2008-2013.
Dari sasaran produksi komoditi unggulan setiap tahunnya tersebut, telah dicapai produksi yang cukup menggembirakan, namun komoditi kakao belum optimal, karena sedang dilakukan pemulihan produksi melalui kegiatan peremajaan,rehabilitasi dan intensifikasi dari fasilitasi Gernas kakao. Selain itu,juga dari penyediaan bibit kakao sambung pucuk melalui fasilitasi APBD.
Realisasi produksi yang dicapai dari sasaran yang ingin dicapai 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.
TM
PDF Editor
Tabel 7. Realisasi produksi komoditi unggulan tahun 2008-2012 pembangunan perkebunan 5 tahun terakhir dan realisasi penyerapannya dapat dilihat pada Tabel 8.
TM
PDF Editor
Tabel 6. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
Anggaran Pada Tahun ke Realisasi Anggaran pada Tahun ke Rasio antara realisasi dan Anggaran tahun ke Rata-rata
Pertumbuhan
Daerah 350,000,000
Asli Daerah 350,000,000
Daerah 350,000,000
Daerah 16,925,272,292
Pegawai 8,632,870,201
Langsung 8,292,402,091
Pegawai 1,414,610,000
Pada tabel tersebut menunjukkan anggaran dan realisasi pendanaan pelayanan SKPD pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa rasio antara realisasi dan anggaran pada setiap tahunnya menunjukkan rata-rata sangat baik yang mencapai rasio 99% bahkan melebihi 100%. Kegiatan yang menunjukkan melebihi diatas 100% adalah pendapatan asli daerah yang dihimpun melalui hasil retribusi daerah dari sumber pengelolaan kebun bibit dinas dan sertifikasi benih perkebunan. Pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa belanja daerah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang artinya bahwa pembangunan perkebunan di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan.
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD Analisis Renstra Kementrian / Lembaga (K/L) dan Renstra SKPD
- Untuk Provinsi
Analisis Renstra K/L dan SKPD kabupaten/kota (yang masih berlaku) ditujukan untuk menilai keserasian, keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD provinsi terhadap sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD kabupaten/kota sesuai dengan urusan yang menjadi kewenangan masing-masing SKPD.
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi :
a. Apakah capaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD provinsi telah berkontribusi terhadap pencapaian sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD kabupaten/kota dan;
TM
PDF Editor
b. Apakah tingkat capaian kinerja Renstra SKPD provinsi melebihi /sama/ kurang dari sasaran Renstra K/L atau rata-rata Kabupaten/kota.
Jika tingkat capaian kinerja Renstra SKPD provinsi melebihi sasaran Renstra K/L atau rata-rata kabupaten/kota , maka hal ini menunjukkan bahwa kinerja SKPD sudah baik secara nasional dan regional.
Sedangkan jika lebih rendah, maka hal ini mengindikasikan bahwa SKPD tersebut memiliki permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanannya, seperti dalam perencanaan program, kegiatan dan pendanaan , sumber daya dan penyelenggaraan pelayanan, proses/ prosedur/ mekanisme pelayanan, dan strategi/ kebijakan pelayanan yang ditempuh.
Terhadap keterkaitan Renstra yang dimaksud maka selanjutnya dapat dikomparasi capaian sasaran Renstra SKPD Provinsi dengan sasaran Renstra SKPD kabupaten/kota dan Renstra kementrian lembaga yang dapat dilihat pada Tabel 7.
TM
PDF Editor
Tabel 7 : Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD Provinsi terhadap sasaran Renstra SKPD Kabupaten/Kota dan Renstra K/L
No Indikator Kinerja
Capaian Sasaran Renstra SKPD
Provinsi
Sasaran pada Renstra Kabupaten/Kota
Sasaran pada Renstra K/L
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Produksi & Kualitas Kakao 300.000 Ton (-) (-)
2. Produksi Komoditas Unggulan 258.960 Ton (-) (-)
Perkebunan pada 9 komoditi
3. Luas areal Tanaman Perkebunan 740.000 Ha (-) (-)
4. Penyerapan Tenaga Kerja 1.049.800 KK (-) (-)
5. Perolehan Devisa melalui Pening- 300.000 Ton (-) (-) Katan Volume Ekspor Perkebunan
6. Pendapatan Petani Perkebunan Rp. 50.000.000/Ha (-) (-) Berbasis Kakao
7. Simpanan Petani Perkebunan minimal
Rp. 5.000.000/Ha (-) (-)
- Untuk Kabupaten/ Kota
Analisis Renstra K/L dan SKPD Provinsi (yang masih berlaku) ditujukan untuk menilai keserasian, keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD Kabupaten/Kota terhadap sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi :
c. Apakah capaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD Kabupaten/Kota telah berkontribusi terhadap pencapaian sasaran Renstra SKPDProvinsi dan Renstra K/L; dan
TM
PDF Editor
d. Apakah tingkat capaian kinerja Renstra SKPD Kabupaten/Kota melebihi/sama/kurang dari sasaran Renstra SKPD Provinsi atau Renstra K/L.
Jika tingkat capaian kinerja Renstra SKPD kabupaten/kota melebihi sasaran Renstra K/L dan Renstra SKPD provinsi, maka hal ini menunjukkan bahwa kinerja SKPD sudah baik secara nasional/provinsi.
Sedangkan jika lebih rendah, maka hal ini mengindikasikan bahwa SKPD tersebut memiliki permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanannya, seperti dalam perencanaan program, kegiatan dan pendanaan, sumber daya penyelenggaraan pelayanan, proses/prosedur/mekanisme pelayanan, dan strategi/ kebijakan pelayanan yang ditempuh.
ditempuh.
Terhadap keterkaitan Renstra yang dimaksud maka selanjutnya dapat dikomparasi capaian sasaran Renstra SKPD kabupaten/ kota dengan sasaran Renstra SKPD provinsi dan Renstra kementrian lembaga yang dapat dilihat pada Tabel 8.
TM
PDF Editor
Tabel 8 : Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD Kabupaten/Kota terhadap sasaran Renstra SKPD Provinsi dan Renstra K/L
No Indikator Kinerja
Capaian Sasaran Renstra SKPD Kabupaten/Kota
Sasaran pada Renstra SKPD Provinsi
Sasaran pada Renstra K/L
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Produksi & Produktivitas Komoditi Perkebunan
(-) Produksi & Kualitas Kakao (-)
2. Jumlah Sarana Pengolahan (-) Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan pada 9 komoditi
(-)
3. Pembinaan & Peningkatan Mutu
(-) Luas areal Tanaman Perkebunan (-)
Penyerapan Tenaga Kerja (-)
Perolehan Devisa melalui Peningkatan Volume Ekspor Perkebunan
(-)
Pendapatan Petani Perkebunan Berbasis Kakao
(-)
Simpanan Petani Perkebunan minimal (-)
2. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ atau aspek fungsional. Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
Telaahan rencana tata ruang wilayah ditujukan untuk mengidentifikasi implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan SKPD.
Dibandingkan dengan struktur dan pola ruang eksisting maka SKPD dapat mengidentifikasi arah (geografis) pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan pelayanan, dan prioritas wilayah pelayanan SKPD dalam lima tahun
TM
PDF Editor
mendatang. Dikaitkan dengan indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah dalam RTRW, SKPD dapat menyusun rancangan program beserta targetnya yang sesuai dengan RTRW tersebut.
Untuk itu, dalam penalaahan RTRW, aspek yang perlu ditelaah adalah : 1. Rencana struktur tata ruang;
2. Struktur tata ruang saat ini;
3. Rencana pola ruang;
4. Pola ruang saat ini; dan
5. Indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah;
Untuk hasil telaahan Struktur ruang wilayah provinsi/ kabupaten/ kota dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 : Hasil telaahan struktur ruang wilayah provinsi/ kabupaten/kota.
No Rencana Struktur Ruang Struktur Ruang Saat ini
1. Terbatasnya Pengoptimalan Lahan untuk mendukung pengembangan komoditi perkebunan
1. Peningkatan produksi dan
dan prasarana 3. Peningkatan pasca
panen dan
pengolahan hasil
Berdasarkan analisa RT/RW Provinsi Sulawesi Selatan tentang rencana pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis, maka selanjutnya dapat dijabarkan lebih lanjut pola ruang wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang dapat dilihat pada Tabel 10.
TM
PDF Editor
Tabel 10. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
No Rencana Pola Ruang Pola Ruang Saat ini
Indikasi Program Pemanfaatan Ruang
pada Periode Perencanaan Berkenaan
Pengaruh Rencana Pola Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan
SKPD
Arahan Lokasi Pengembangan
Pelayanan SKPD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengembangan Kawasan Komoditi Perkebunan
- Rehabilitasi dan Revitalisasi kawasan
1. Peningkatan produksi dan produktivitas Tanaman perkebunan
Pemanfaatan sumber Lahan
Kawasan sentra komoditi unggulan perkebunan - Pengoptimalan
lahan
2. Penyediaan sarana dan prasarana - Konservasi
lahan & Air
3. Peningkatan pasca Panen dan pengolahan Hasil
3. Analisis Terhadap Dokumen Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan Pelayanan SKPD
Kajian lingkungan hidup strategis , yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/ atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
TM
PDF Editor
KLHS memuat kajian antara lain :
1) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
3) Kinerja layanan/ jasa ekosistem;
4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim ; dan 6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana dan/ atau program pembangunan dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui, maka :
1. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan
2. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
Dengan mempertimbangkan fungsi KLHS tersebut maka analisis terhadap dokumen hasil KLHS ditujukan untuk mengidentifikasi apakah ada program dan kegiatan pelayanan SKPD provinsi dan kabupaten/kota yang berimplikasi negarif terhadap lingkungan hidup. Jika ada program dan kegiatan pelayanan SKPD provinsi dan kabupaten/kota yang berimplikasi negatif terhadap lingkungan hidup, maka program dan kegiatan tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan rekomendasi KLHS.
TM
PDF Editor
Selanjutnya hasil analisis KLHS Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisis terhadap dokumen KLHS Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan.
No Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi terhadap
Pelayanan SKPD lingkungan hidup untuk Pembangunan
- Meningkatnya degradasi lahan - Banjir dan Erosi di musim hujan
Serta kekeringan di musim kemarau
- Akibat penggunaan pestisida yang kurang bijaksana menyebabkan Meningkatnya serangan OPT akibat Resistensi terhadap pestisida kimia, Resurgensi, munculnya hama baru, Tercemarnya lingkungan hidup, Binatang ternak bahkan manusia
- Mensosialisasikan kepada petani perkebunan tentang teknik konservasi lahan &
air
- Meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah
- Mensosialisasikan prinsip PHT dalam upaya
pengendalian OPT utamanya
penggunaan biopestisida
1. Peningkatan produksi dan 3. Peningkatan
pasca Panen dan
Pengolahan Hasil
Dari hasil telaahan terhadap renstra kementrian, renstra kabupaten/kota dan renstra provinsi, rencana tata ruang wilayah provinsi Sulawesi Selatan serta kajian lingkungan hidup strategis, maka pembangunan perkebunan di Sulawesi Selatan dihadapkan beberapa tantangan dan peluang dalam pengembangannya.
Beberapa tantangan yang dihadapi : Produksi dan produktivitas belum optimal
Sumber daya lahan cenderung mengalami degradasi
penggunaan pestisida yang tidak tepat menyebabkan tingginya serangan TM
PDF Editor
OPT
Umur tanaman umumnya sudah tua dan tidak produktif.
Penggunaan benih asalan
Banjir dan erosi di musim hujan serta kekeringan di musim kemarau.
Pemanfaatan wanita tani belum optimal diikutsertakan dalam proses peningkatan Produksi hasil perkebunan
Adapun peluang yang dimiliki dalam rangka pembangunan perkebunan antara lain :
- Meningkatnya penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
- Konsepsi metode PHT dalam upaya pengendalian OPT utamanya penggunaan biopestisida.
- Konsepsi dan metode tentang teknik konservasi lahan dan air.
- Peluang kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman perkebunan.
- Jumlah petani perempuan dipedesaan cukup besar, dengan pelatihan tehnis perkebunan yang diberikan akan meningkatkan nilai tambah terhadap hasil perkebunan.
TM
PDF Editor
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan tugas dan fungsi Pelayanan SKPD
Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan,dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan.
Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar layanan SKPD senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan dan aspirasi pengguna layanan.Oleh karena itu,perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.
Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPD adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau di kedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi SKPD di masa datang.
Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya,dalam hal tidak dimanfaatkan,akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang.
TM
PDF Editor
Suatu isu strategis bagi SKPD diperoleh baik berasal dari analisis internal berupa identifikasi permasalahan pembangunan maupun analisis eksternal berupa kondisi yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPD di masa lima tahun mendatang.
Informasi yang diperlukan dalam perumusan isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi, yaitu hasil analisis gambaran pelayanan SKPD, renstra K/L dan renstra SKPD provinsi/kabupaten/kota,telaahan RTRW serta analisis KLHS.
Berdasarkan informasi tersebut dapat diuraikan identifikasi permasalahan seperti dapat dilihat pada Tabel 12.
TM
PDF Editor
Tabel 12. Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi SKPD
Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini
Standar yang digunakan
Faktor yang mempengaruhi
Permasalahan kinerja yang dicapai dari olume dan nilai ekspor cukup menggembirakan.m eskipun masih ada komoditi yang ume dan nilai ekspor pada 5 tahun
2. Sasaran pada masing-masing renstra K/L,provinsi dan kabupaten
2.Sasaran pada renstra provinsi bagian dari sumber daya alam yang dapat an lahan akibat kehilangan unsur hara dan bahan organik,kelebihan air,erosi dll
4.Teknik dan metode konservasi lahan dan air, prinsip PHT dalam pengendalian dan tekstur tanah.
4.Pembinaan pestisida yang tidak tepat
Selanjutnya, dianalisis isu-isu strategis yang berhubungan atau mempengaruhi SKPD dari faktor –faktor eksternal lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Identifikasi isu-isu strategis (lingkungan eksternal)
No
Isu Strategi
Dinamika internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional/lokasi Lain-lain
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Liberalisasi pasar global Pengembangan komoditas
unggulan nasional
Produksi dan produktivitas -
2 Isu mutu produk Penerapan
teknologi budidaya dan pemuliaan terapan
Peningkatan nilai tambah -
3 Isu lingkungan Pengembangan sistem informasi
Penguatan kelembagaan -
4 Isu pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup berkelanjutan
Peran pelaku usaha
Penyediaan sarana dan prasarana serta
permodalan
- 5. Isu Gender Peningkatan
pemanfaatan tenaga kerja wanita
Tersedianya tenaga kerja wanita
3.2. Telaahan Visi,Misi dan Program Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah Terpilih
Menelaah visi,misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ditujukan untuk memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan
TM
PDF Editor
selama kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut.
Hasil identifikasi tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ini juga akan menjadi input bagi perumusan isu-isu strategis pelayanan SKPD. Dengan demikian, isu-isu yang dirumuskan tidak saja berdasarkan tinjauan terhadap kesenjangan pelayanan, tetapi juga berdasarkan kebutuhan pengelolaan faktor-faktor agar dapat berkontribusi dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.
Selanjutnya untuk melihat faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD terhadap pencapaian visi,misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah
Selanjutnya untuk melihat faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD terhadap pencapaian visi,misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah