• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Sistem Pengendalian Daya Rusak Air

3.4.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

1.4.4.1 Rencana Sistem Persampahan

Pada tahun 2008 telah disahkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dan salah satu di dalamnya diatur tentang Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah bukan lagi sebagai Tempat Pemrosesan Akhir, dan setiap daerah/kota diwajibkan untuk meninggalkan cara operasional lama (open dumping) selambat-lambatnya dalam waktu 5 tahun sejak Undang-Undang ditetapkan. Beberapa kendala yang dijumpai di berbagai daerah perkotaan, termasuk Kabupaten Lampung Utara dan daerah sekitarnya, menyebabkan penanganan masalah persampahan, khususnya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah masih belum mendapat prioritas yang proporsional. Kebutuhan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah akan terus meningkat sejalan dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Berdasarkan klasifikasinya, Kabupaten Lampung Utara hingga akhir Tahun perencanaan termasuk ke dalam termasuk ke dalam Kota Besar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2010Tanggal : 25 Oktober 2010 mengenai Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang, maka sistem pengolahan untuk kota besar dilakukan dengan sistem sanitary landfill.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 42

Secara garis besar pengelolaan sampah dapat di rinci seperti ini :

a. Pewadahan, yaitu melalui penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran 40 - 100 liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh masing-masing keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota di sediakan oleh pemerintah.

b. Pengumpulan : proses pengumpulan sampahnya dapat dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai gerobak sampah ukuran 1 m3 ke lokasi Transfer Depo atau Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di masing-masing unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan atau perkantoran serta yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh instansi terkait .

c. Pengangkutan : dari TPS dapat berupa kontainer sampah maupun sampah dari tiap lokasi TPS atau Transfer Depo diangkat dengan truk sampah maupun armroll truck /dump truck ke lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

d. Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah, di mana nantinya sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan bangunan. Mengingat Kabupaten

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 43

Lampung Utara belum memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah, maka diperlukan studi penentuan lokasi TPA.

e. Sistem Pembuangan/Pengolahan, yaitu sistem pengolahan sampah yang dilakukan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan cara sistem lahan urug (sanitary landfill) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate (cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu sampah-sampah yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan dari sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi.

f. Pengembangan reduksi sampah dalam skala mikro, yaitu melalui reduksi sampah dari rumah tangga (pemilahan sampah mulai dari sumbernya maupun dengan Pengembangan konsep 4R (reuse, reduce, recycle dan replace) atau dapat dikatakan sebagai konsep zero waste untuk mengurangi volume sampah pada masing-masing TPS.

Hasil prediksi dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal (Kepmenkimpraswil No. 534/2001) yang disesuaikan asumsinya, maka jumlah timbulan sampah pada akhir tahun perencanaan (2032) adalah sebesar 103.227 m3/hari, maka dibutuhkan sarana penunjang antara lain 51.614 gerobak sampah, 8.602 bak sampah besar, 10.323 TPS kontainer besi, dan lain-lain seperti terlihat pada Tabel 3.8.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 44

Tabel 3.8

Produksi Sampah dan Kebutuhan Sarana Penunjang di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012-2032

No Keterangan Satuan 2012 2016 2021 2026 2032 1 Jmlh Penduduk jiwa 633.899 693.006 766.891 840.775 914.660 2 Jmlh Rumah tangga kk 126.780 138.601 153.378 168.155 182.932 3 Standar produksi sampah m 3/orang/hari 0,003m3/org/hari

4 Produksi sampah m3/hari 1.902 2.079 2.301 94.810 103.227

5 Kebutuhan gerobak

Sampah 2m

3 951 1.040 1.150 47.405 51.614

6 Kebutuhan bak sampah kecil 6m

3 317 347 383 15.802 17.205

7 Kebutuhan Bak sampah

Besar 12m 3 158 173 192 7901 8.602 8 TPS kontainer besi 10m3 190 208 230 9481 10.323 9 Truk terbuka 7m3 272 297 329 13.544 14.747 10 Dump-truck 8m3 238 260 288 11.851 12.903 11 Arm-roll truck 10m3 190 208 230 9.481 10.323

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 45

Gambar 3.5

Pengolahan Sampah dengan Sanitarry Landfiill

Sistem sanitary landfill yang merupakan teknik pembuangan sampah terkontrol, dimana dilakukan penutupan dan pemadatan setiap hari. Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunya permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalamlandfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada proses anaerobiknya).

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 46

Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi. Sanitary landfill ini ditujukan untuk penangkapan dan pembakaran gas TPA atau dijadikan pembangkit tenaga listrik.

Gambar 3.6

Pengolahan Sampah dengan Konsep 4 R

Penjelasan :

1. Pemilahan dilakukan sejak dari rumah tangga, yaitu dengan 3 kantong tempat sampah. Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah plastik, kertas dan kaca logam. Plastik sachet minuman, snack dan refill bisa didaur ulang menjadi kerajinan seperti tas, dompet, topi, tempat koran, dll.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 47

2. Sedangkan sampah organik rumah tangga dimasukkan dalam gentong/drum komposter. Nantinya, sampah yang sudah menjadi kompos ini dapat dijual. 3. Setelah sampah pemilahan di rumah penuh kemudian dibawa ke drum/ tong

sampah sesuai jenisnya. Kemudian dari drum/ tong sampah tersebut nanti diangkut petugas dibawa ke TPS.

4. Di TPS, sampah yang sudah terkumpul disortir, packing dan dijual. Hasil penjualan untuk biaya operasional dan sisanya masuk kas kampung.

Rencana Sistem Persampahan di Kabupaten Lampung Utara dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Optimasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Talang Bojong di Kecamatan Kotabumi dengan menggunakan sistem sanitary landfill;

2. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Ulak Durian seluas kurang lebih 6 (enam) hektar dengan menggunakan sistem sanitary landfill. 3. Penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan komposer pada

diseluruh Kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah tangga.

4. Khusus untuk Area Komersial rencana prasarana persampahannya dapat diarahkan agar dibuat tersendiri dengan penyediaan komposer di setiap TPS unit lingkungan yang dapat dikelola oleh masyarakat atau badan usaha tertentu.

5. Penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep 4R (reuse, reduce, recycle dan replace) untuk mengurangi volume sampah pada masing-masing TPS.

Untuk sistem pengolahan sampah kabupaten, maka diperlukan pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah adalah sanitarry landfil dengan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara

III. 48

mengedepankan prinsip Zero Waste dan perlahan-lahan hingga akhir tahun perencanaan menjadi Waste to Energy.

Gambar 3.7

Pola Operasional Pengelolaan Persampahan Kabupaten Lampung Utara

Dokumen terkait