• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencek/rumpuk (s tacking ). Memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun hasil tebangan kayu ke

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis

3. Rencek/rumpuk (s tacking ). Memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun hasil tebangan kayu ke

dalam jalur gawangan mati atau jalur antara dua baris tanaman. mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan sebagai proses memerun mekanis oleh excavator .

15

Tabel 4. Jumlah ketersediaan peralatan mekanis pekerjaan pembukaan lahan

No. Nama Alat Spesifikasi Alat Jumlah (unit)

1. Excavator Hitachi EX 200 5 Htachi EX 250 5 Komatsu PC 100 2 Komatsu PC 200 5 Kobelco SK 200 6 Sub Total 23 2. Buldozer D3C Series II 1 3. Compactor Sakai SV512D 1

4. Dam Truck Mitsubishi Fuso 12

Total 37

Sumber : Hasil Pengamatan (2011 dan 2012)

Komponen kapasitas kerja alat pembersihan lahan dihitung dari prestasi kerja di lapangan pada setiap blok kerja, kemampuan rata-rata mengacu pada kegiatan pembukaan lahan selama satu hari kerja atau satuan kerja alat 8 BU/hari (Lampiran 10). Kapasitas dan prestasi kerja operasional alat mekanis (excavator) dalam permbersihan lahan sangat dipengaruhi oleh spesifikasi alat mekanis yang berpengaruh terhadap kondisi teknis operasional alat, keadaan lahan yang berpengaruh terhadap capaian luas dalam pengerjaan pembersihan lahan, serta jam kerja alat yang berpengaruh terhadap jumlah pemakaian bahan bakar minyak dalam operasionalisasi alat (Tabel 5).

Tabel 5. Perhitungan kapasitas dan prestasi kerja alat dalam pengerjaan kegiatan pembersihan lahan

Jam Kerja Alat

Blok Kerja Luas Pembersihan Lahan (ha) Norma Kerja Alat Bahan Bakar Minyak (liter)

Awal Akhir Total

Spesifikasi alat PC 200 6 626 6 635 8 A16 0.80 13 BU/ha 220 6 635 6 641 8 A16/A17 0.90 250 6 641 6 647 8 A17 0.80 250 6 691 6 701 7 A17 0.80 225 Rata-rata 7.8 0.83 236 Spesifikasi alat EX 250 549 555 9 B18, B19 0.80 310 555 564 9 B18, B19 0.80 280 564 572 8 B18 0.80 210 572 579 7 B19 0.80 225 579 588 8 B18 0.80 240 588 596 9 B19 0.90 250 Rata-rata 8.1 0.81 259 Spesifikasi alat SK 200 472 479 7 C16, C17 0.60 13 BU/ha 310 479 485 8 C16 0.80 280 511 520 9 C17 1.00 300 520 527 7 C17 0.80 280 542 550 8 C17 0.90 300 560 569 9 C16, C17 0.80 275 569 578 9 C17 1.00 300 Rata-rata 8.1 0.84 256 ∑Rata-rata 8.01 0.83 250

16

Berdasarkan data rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan lahan (Tabel 6), menunjukkan capaian rencana dan realisasi mengimas dan menumbang mencapai bobot rataan 96.86%, sedangkan tahapan rencek/rumpuk (stacking) dan pembersihan jalur tanam masih harus mengejar target defisit 7.31%. Tahapan proses pembersihan lahan untuk penanaman kelapa sawit pada lahan gambut memerlukan ketepatan tahapan pengerjaan yang terperinci tahap demi tahap, membutuhkan peralatan mekanisasi yang intensif dengan waktu yang realtif lama.

Tabel 6. Rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan lahan

Pembersihan Lahan

Satuan Rencana Realisasi Bobot (%)

s/d Februari 2012 = 1.324,81 ha

Mengimas ha 1 306.31 1 275.83 97.67

Menumbang ha 1 306.31 1 254.55 96.04

Rencek/rumpuk (stacking) ha 1 306.31 1 210.83 92.69 Sumber : Kantor PTPN III (Persero) Kebun Batang Toru (Februari 2012)

Persiapan Tanam dan Penanaman

Kegiatan persiapan tanam dan penanaman kelapa sawit merupa tahapan kerja lanjutan dari sub-bagian terpisah yang diberlakukan oleh pihak manajerial di areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III. Hal ini dilakukan setelah proses pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing) telah selesai dikerjakan.

Pemancangan titik tanam. Kegiatan pemancangan titik tanam dilakukan pertama sekali setelah proses pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing) telah selesai dikerjakan. Jarak dan arah barisan tanaman di dalam blok areal tanam adalah utara ke selatan (U-T), pada keadaan tertentu arah barisan dapat disesuaikan dengan topografi areal seperti pada areal terasan kontur. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.09 m x 9.09 m x 9.09 m , rata-rata populasi tanaman per hektar 143 pohon/ha dengan pola tanam segitiga sama sisi. Proses pemancangan harus lurus membentuk pola mata lima, sedangkan pemancangan pada lahan miring (>5 %) dilakukan menurut garis kontur. Pemancangan di lahan dilakukan dengan cara merentangkan kawat yang telah diberi tanda sesuai jarak yang telah ditentukan. Tinggi pancang minimal 1 m dari atas permukaan tanah, oleh karena itu diperlukan pancang yang lurus, kokoh dan mudah terlihat. Pemancangan titik tanam pada pelaksanaan magang dilakukan dengan teknik manual, prestasi kerja penulis 0.5 ha/HK sedangkan norma kerja 2 ha/HK. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara pembagian kerja secara kelompok.

Penanaman kelapa sawit. Penanaman bibit kelapa sawit dilakukan dengan sistem borongan, dimulai dari pengangkutan bibit (langsir bibit) ke lokasi penanaman, pembuatan lubang tanam, pengeceran bibit hingga penanaman. Upah borongan untuk penanaman Rp 2 000 - Rp 2 500 /pohon bergantung pada kondisi areal penanaman. Pengangkutan bibit dari pembibitan utama (main nursery) ke lokasi penanaman dilakukan secara kontinyu pada musim tanam sesuai dengan kebutuhan bibit. Target penanaman selama magang seluas 600 ha disesuaikan dengan luas areal yang telah selesai proses pembukaan dan pembersihan lahan,

17

tetapi penanaman yang terealisasi hanya seluas ± 450 ha atau sekitar 64 350 bibit yang ditanam di Lokasi I dan II. Alat angkut bibit yang digunakan adalah truk, dengan kapasitas 200 - 300 bibit. Posisi bibit diletakkan di dekat lokasi penanaman. Kegiatan penanaman pada pelaksanaan magang dilakukan dengan teknik manual, prestasi kerja penulis 15 pokok/HK dengan norma kerja 30 pokok/HK. Pekerjaan penanaman bibit kelapa sawit dilakukan dengan cara pembagian kerja secara kelompok.

Penanaman tanaman penutup tanah. Perlu tidaknya dilakukan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) bergantung pada kondisi lahan, Lahan yang sudah selesai dibersihkan selayaknya ditanami tanaman penutup tanah dan segera ditanami kelapa sawit. Tujuannya adalah untuk menekan pertumbuhan gulma terutama ilalang. Sedangkan untuk areal yang telah diberakan lebih dari 1 tahun dan ditumbuhi gulma pakis, maka sebelum ditanami tanaman penutup tanah perlu dilakukan pemberantasan terhadap gulma tersebut secara khemis. Di Kebun Batang Toru kegiatan penanaman tanaman penutup tanah selama kegiatan magang tidak pernah dilakukan. Hal ini disebabkan bibit tanaman penutup tanah masih dalam tahap penyemaian, akan tetapi di beberapa lokasi terlihat telah ditanami tanaman penutup tanah terutama di areal terasan kontur dan beberapa blok areal kebun.

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan sub-bagian terpisah yang diberlakukan oleh pihak manajerial di areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Hal ini dilakukan setelah tahap persiapan tanam dan penanaman telah selesai dikerjakan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian gulma, konsolidasi tanaman, dan inventarisasi pohon (raystaat).

Pemupukan tanaman. Salah satu ciri khas pemupukan di lahan gambut adalah pemupukan dolomit pada lubang tanam, hal ini dilakukan untuk menetralisir keasaman tanah. Areal pengembangan Kebun Batang Toru 30% dari luas areal kebun berada di lahan gambut. Pemupukan dilaksanakan dengan rotasi tiga bulan sekali, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk Dolomit 500 g/pokok, Rock Phosphat 250 g/pokok dan Urea 100 g/pokok. Pengaplikasian pupuk dengan cara menebar pupuk pada piringan dengan jarak 0.5 - 1 m dari batang. Penebaran pupuk tidak boleh menumpuk, diusahakan setipis mungkin dan merata. Akan tetapi pada pelaksanaannya masih banyak yang menumpuk. Pemupukan tanaman dilakukan dengan teknik manual, prestasi kerja penulis 100 pokok/HK atau sekitar 0.7ha/HK. Sedangkan norma kerja 300 pokok/HK atau sekitar 2.1ha/HK.

Pengendalian gulma. Kegiatan pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma, dan menjaga kebersihan lahan. pengendalian gulma dilakukan secara khemis dan manual, bergantung pada jenis gulma pada blok areal kebun. Pengendalian gulma secara manual, yaitu : perawatan gawangan, rawat piringan serta dongkel anak kayu. Sedangkan, pengendalian gulma secara khemis antara lain penyemprotan alang-alang yang berupa sheet/ blanket spraying, penyemprotan secara spot dan

wiping. Selain itu juga dialakukan perawatan piringan secara kimia. Pengedalian gulma secara wiping diberikan terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica).

18

Jenis gulma yang dominan adalah pakis kawat (Gleichemia linearis), krinyuh (Cromolaena odorata) dan Clidemia hirta. Penyemprotan herbisida berbahan aktif glifosat konsentrasi 60 - 70 ml/15 liter air dan paraquat konsentrasi 80 - 90 ml/15 liter air. Nozzle yang digunakan adalah nozzle V. Pengendalian gulma khemis untuk luas lahan satu hektar membutuhkan 30 tanki (15 liter/tanki). Pengendalian gulma pada pelaksanaan magang dilakukan dengan teknik manual dan khemis, prestasi kerja penulis untuk pengendalian gulma secara manual 100 pokok/HK atau setara dengan 0.7 ha/HK, sedangkan norma kerja 300 pokok/HK atau sekitar 2.1 ha/HK. Prestasi kerja penulis untuk pengendalian gulma secara khemis 8 tangki/HK atau 0.26 ha/HK, sedangkan norma kerja 14 tangki/HK atau sekitar 0.5 ha/HK.

Konsolidasi tanaman. Kegiatan konsolidasi tanaman bertujuan sebagai pemeriksaan kondisi blok areal yang sudah selesai ditanam, dengan cara melihat kembali (re-check) kekurangan pada bibit yang sudah ditanam di blok areal. Kekurangan yang ditemukan selanjutnya diperbaiki, antara lain menegakkan tanaman yang doyong/miring, menimbun dan memadatkan lubang tanam. Kegitan konsolidasi tanaman bermanfaat juga untuk menginventarisasi kebutuhan bibit untuk penyulaman bibit. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan konsolidsasi tanaman adalah 1 ha/HK, sedangkan norma kerja 2 ha/HK.

Inventarisasi pohon/ raystaat. Kegiatan inventarisasi pohon dilakukan enam bulan setelah penanaman di lapangan. Kegiatan inventarisasi pohon dikerjakan oleh mandor atau karyawan harian lepas yang telah berpengalaman. Hal ini disebabkan kegiatan inventarisasi pohon memerlukan ketelitian dalam menghitung populasi (sensus) tanaman di setiap blok areal. Sensus dilakukan dengan memberi kode untuk setiap titik tanaman pada lembar kerja (form) sensus. Kode huruf yang melambangkan tanaman mati (M), titik yang belum ditanam/kosong (O), tanam hidup (X). Kegiatan sensus ini akan diperoleh informasi mengenai populasi tanaman faktual di lapangan. Berdasarkan hasil sensus tersebut dapat diketahui kebutuhan bibit yang diperlukan untuk penyulaman. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan inventarisasi pohon adalah 3 ha/HK, sedangkan norma kerja 2 ha/HK, sedangkan norma kerja 5 ha/HK.

Aspek Manajerial Asisten Kepala Kebun

Asisten kepala (askep) kebun berperan membantu manajer kebun dalam pengelolaan fungsi manejemen kebun serta memberdayakan pengalokasian seluruh sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran unit. Askep bertanggung jawab langsung kepada manajer kebun. Wewenang jabatan askep meliputi : pembuatan keputusan yang bersifat rutin dan tidak prinsip serta tidak bertentangan dengan aturan dan kebijaksanaan perusahaan, mengajukan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) dan rencana kerja operasional (RKO), serta mengambil keputusan dan menentukan kebijakan dalam pengelolaan areal pengembangan sesuai ketentuan yang ditetapkan.

Manajerial kebun areal pengembangan Kebun Batang Toru PTPN III (Persero) yang merupakan lokasi magang penulis, memiliki peran manajemen

19

khusus daripada unit kebun lainnya di lingkup PTPN III (Persero). Hal ini disebabkan status kebun sebagai areal pengembangan dan perluasan dari kebun induk unit Kebun Batang Toru Distrik Tapanuli Selatan, dan pertanggung jawaban serta pelaksanaan teknis lapangan langsung berada di bawah kendali penuh langsung asisten kepala kebun.

Asisten Kebun

Asisten kebun berperan membantu manajer dan asisten kepala dalam melaksanakan pengelolaan areal pengembangan dengan melaksanakan fungsi manejemen serta memberdayakan pengalokasian seluruh sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran unit kebun. bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala. Jabatan asisten di areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri atas dua orang asisten kebun, yaitu : Asisten 1 membawahi bidang pembibitan, kerja lanjutan dan pemeliharaan, dan Asisten 2 membawahi bidang tanaman, infrastruktur dan pembersihan lahan (land clearing). Setiap asisten bertanggung jawab atas keadaan pengerjaan di kebun areal pengembangan. Setiap asisten dibantu oleh seorang mandor I dan beberapa orang mandor lapangan yang bertugas mengawasi kegiatan tenaga kerja di lapangan. Setiap mandor lapangan mengawasi 2-20 tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan.

Kepala Tata Usaha (Krani I)

Krani I berperan membantu asisten kepala mengelola bidang administrasi, keuangan dan pergudangan, serta seluruh sarana-prasarana kebun areal pengembangan. Fungsi manajerial krani I memberdayakan pengalokasian seluruh sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran unit kebun. KBeberapa peranan penting krani I, yaitu : mengajukan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) dan rencana kerja operasional (RKO), kewenangan untuk melaksanakan tugas-tugas dan kebijakan yang telah ditetapkan kebun, melakukan pengadaan barang dan jasa sesuai kewenangannya, mengajukan dan melakukan pembayaran kepada Pihak ketiga sesuai kewenangannya, dan mengevaluasi sistem penilaian karya karyawan. Seluruh administrasi karyawan dan inventarisasi sarana dan prasarana kebutuhan areal pengembangan kebun dipimpin oleh seorang kepala tata usaha (KTU) atau krani I, yaitu : progres pekerjaan, ketersediaan bibit, administrasi kendaraan operasional kebun dan alat berat mekanis beserta operator- operatornya, serta administrasi kapasitas ketersediaan penyimpanan gudang kebun.

Mandor I

Mandor I merupakan mandor yang membawahi seluruh mandor di setiap lokasi (divisi) areal pengembangan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Setiap hari mandor I harus mendampingi asisten dalam apel pagi pada pukul 05.30 WIB. Selain itu mandor I juga harus meminta, menerima dan mencatat instruksi dari asisten terhadap rencana kerja setiap harinya. Peranan mandor I sebagai kepala dari mandor-mandor sub-divisi mengharuskan untuk mengontrol dan mengawasi pekerjaan pembukaan lahan, kerja lanjutan persiapan

20

tanam dan pemeliharaan, melaksanakan kap speksi sesuai jadwal, memeriksa hasil pekerjaan mandor divisi, menyusun rencana kerja, perekerutan dan pembagian tenaga kerja, mengatur cuti karyawan, serta melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan atasan yang bersifat insidentil.

Jabatan mandor I di areal pengembangan Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri atas dua orang mandor I. Hal ini disebabkan areal kebun terdiri atas dua lokasi (divisi) dan dua asisten kebun. Mandor I juga membawahi setiap mandor sub-devisi (mandor persiapan tanam dan penanaman, mandor pemeliharaan, mandor penyemprotan dan pemupukan). Setiap mandor I divisi dibantu oleh paling sedikit dua orang mandor devisi. Mandor sub-divisi bertugas mengawasi kegiatan tenaga kerja di lapangan bergantung pada bidang pekerjaan mandor sub-divisi tersebut. Setiap mandor sub-divisi mengawasi 5-20 tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan.

PEMBAHASAN

Kegiatan pembukaan lahan di areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Distrik Tapanuli Selatan dimulai sejak tahun 2010. Luas areal tanaman pada saat penulis menyelesaikan kegiatan magang telah mencapai ±1 150 ha dari total target keseluruhan luas areal tanaman 1 324.81 ha. Tahapan paling awal dalam pembukaan lahan (land clearing) adalah survei dan pemetaan lahan (Gambar 2a). Tahapan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan inventarisasi dan identifikasi (pemetaan lahan), pendesainan kebun, serta penyusunan rencana kerja tahunan. Gambar 2b menunjukkan pemetaan batas areal/lahan dan penomoran blok kebun utamanya pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk penyusunan rencana kerja, yaitu meliputi sistem kerja (perencanaan dan pengorganisasian), menentukan kebutuhan alat/tenaga kerja, dan menentukan kebutuhan biaya. Kondisi lahan yang terdiri atas 67% lahan bergambut dengan 33% kombinasi jenis tanah Entisol dan Inceptisol yang berada di sekitar sungai maupun rawa, berpengaruh terhadap proses pembukaan lahan untuk memaksimalkan fungsi lahan agar layak ditanami kelapa sawit (Tabel 2). Pertimbangan dasar dalam kebun kelapa sawit adalah keadaan sistem lahan (Gambar 3), selain itu topografi dan fisiografi hasil survei berpengaruh terhadap alokasi efektif areal per hektar. Persentase keadaan nilai dominasi jenis vegetasi di lahan (Tabel 3), dapat ditunjukkan berdasarkan hasil interpretasi digitasi pemetaan tutupan vegetasi lahan (Gambar 4).

Areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan dalam pengusahaan lahan sebagian besar bergambut. Teknik pembukaan lahan diperlukan menggunakan prosedur standar operasi untuk lahan gambut yang telah dituangkan dalam Permentan No. 14 Tahun 2009. Operasionalisasi pembukaan lahan menggunakan teknik mekanis penuh dan tanpa bakar (zero burning). Dalam Permentan No.14 Tahun 2009 tentang pengelolaan lahan gambut untuk perkebunan sawit tersebut dipersyaratkan bahwa lahan gambut tersebut tidak boleh dengan kedalaman lebih

21

dari 3 m dengan komposisi lahan yang kurang dari 3 m sebesar 70% dari total luas areal konsesi. Analisis risiko terkait aspek teknis operasional pengelolaan lahan kelapa sawit di lahan basah areal perluasan yang sebagian besar bergambut membutuhkan teknik pembukaan lahan yang khusus sehingga akan mengurangi risiko seperti kebakaran dan kerusakan lingkungan secara luas. Teknik pembukaan dan pengelolaan lahan gambut yang benar mempengaruhi keberhasilan pembangunan perkebunan kelapa sawit, mengingat lahan basah merupakan lahan yang memerlukan biaya investasi besar dan penanganan khusus dalam keberlangsungan pengelolaannya.

Tahapan pembangunan infrastuktur kebun belum dapat dilaksanakan sebelum pekerjaan survei lahan (blocking area) diselesaikan, kegiatan blocking

setelah survei berguna bagi masyarakat pemilik lahan inclave dalam menentukan kepemilikan masing-masing lahan sebelum diserahkan ke perusahaan, maupun menentukan batas areal kebun yang berbatasan dengan areal lahan konsesi perusahaan. Kegiatan pembangunan infrastruktur di areal pengembangan kebun Batang Toru PTPN III (Persero) dilakukan secara kemitraan oleh pihak ketiga selaku perusahaan pemborong. Seluruh pembangunan infrastruktur kebun harus mengacu pada paket pengerjaan yang telah direncanakan setiap tahun oleh pihak perusahaan (Gambar 5). Pembangunan infrastruktur saluran parit/drainase (Gambar 6) merupakan aspek penting pada pembangunan kebun di lahan basah (gambut). Hal ini bertujuan untuk mengatur dan mempertahankan tinggi permukaan air tanah di areal blok tanam kelapa sawit. Pengaturan air pada saluran parit drainase disesuaikan dengan kedalaman permukaan air tanah di lapangan yang dipertahankan pada kedalaman 50 – 80 cm, untuk menjaga ketersediaan air dan menghindari lahan mudah terbakar pada saat musim kering. Drainase batas areal idealnya dibangun satu tahun sebelum pembukaan lahan.

Pembuatan desain dan pembangunan Infrastruktur jaringan jalan merupakan sarana vital dalam perkebunan kelapa sawit. Jaringan jalan sebagai akses penghubung untuk menunjang kebutuhan utama dari faktor produksi, pengangkutan bahan bakar minyak, bibit, pupuk, dan tenaga kerja (Gambar 7). Kendala utama pembangunan jalan pada lahan gambut adalah kondisi tanah yang terlalu gembur, sehingga daya untuk menahan beban (bearing capacity) yang cukup berat perlu dilakukan penyusunan gambangan kayu diameter 10 -15 cm untuk meningkatkan daya tahan badan jalan. Lapisan permukaan badan jalan dijaga tetap rata dan tidak boleh ada air menggenang di atas badan jalan. Ketebalan badan jalan di timbun sebanyak 3 lapisan, yaitu tanah galian parit, pasir dan tanah timbun (krokos) setebal 20–30 cm. Tanah yang baik untuk menimbun adalah tanah yang mengandung liat cukup tinggi (40%) karena liat dapat meningkatkan daya ikat antar agregat tanah. Bentuk dan kemiringan jalan diupayakan dalam kondisi rata. Permukaan badan jalan harus terpelihara dengan baik untuk menjamin pengeringan air di permukaan jalan dapat mengalirkan kelebihan air menuju saluran parit/drainase.

Kesulitan dalam melakukan pembersihan lahan selain disebabkan biayanya yang cukup mahal juga penggunaan alat berat (excavator) yang intensif dan waktunya cukup lama. Pembersihan lahan pada kondisi areal lahan basah/gambut harus dilakukan secara bertahap mengingat kondisi areal yang rentan terhadap aktivitas excavator untuk beroperasi dalam melakukan tahapan proses pembersihan lahan (Gambar 8). Alur proses pekerjaan pembersihan vegetasi pada

22

blok areal tanam yang ada di permukaan tanah dengan cara mengimas menumbang, dan rencek/rumpuk (stacking). Pembersihan lahan secara mekanis menggunakan alat-alat berat seperti excavator, buldozer. Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat secara mekanisasi penuh dibandingkan secara manual.

Satuan penggunaan alat berat dalam jam kerja buldozer (BU) atau hari kerja traktor (HKT). Operasi pembersihan lahan menggunakan excavator hidrolik dengan track yang lebar dengan bantuan tatakan kayu. Penggunaan 2 (dua) mesin yang beroperasi pada blok yang sama akan sangat menguntungkan karena dapat saling membantu dan lebih efisien. Untuk bekerja pada blok tanam besar dibutuhkan beberapa excavator, karena perencekan dan perumpukan dalam pembersihan lahan di areal gambut merupakan proses yang lambat, prestasi kerja alat berat (excavator) rata-rata hanya 0.83 - 1.00 ha/hari. Faktor yang mempengaruhi dalam pembukaan lahan (land clearing) adalah kebutuhan jumlah alat dan kapasitas kerja dari operasional alat di lapangan. Berdasarkan (Tabel 4), alat mekanis excavator merupakan jenis alat berat mekanis yang memiliki ketersediaan paling banyak (23 unit). Hal tersebut menunjukkan kebutuhan operasional excavator sangat dibutuhkan dalam pembukaan lahan di areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Tapanuli Selatan. Komponen kapasitas kerja alat dalam pembukaan lahan dihitung berdasarkan prestasi kerja di lapangan pada setiap blok kerja. Kemampuan prestasi rata-rata kerja alat pada kegiatan pembersihan lahan selama satu hari kerja adalah 8 jam/hari. Pekerjaaan pembersihan lahan berdasarkan (Tabel 5), menunjukkan seluruh sampel alat mekanis excavator

diperoleh prestasi rata-rata 1 HKT = 0.83 ha/hari (8 BU/hari) dengan norma kerja 13 BU/ha. Penyelesaian pekerjaan seluas 1 (satu) blok area tanam (30 ha) rata-rata membutuhkan 37 hari kerja traktor (HKT) kondisi normal tanpa hambatan (cuaca, perbaikan alat, serta faktor teknis penghambat lainnya).

Areal pengembangan dan perluasan Kebun Batang Toru 70% dari total luas kebun merupakan lahan basah, rawa hingga gambut. Pembukaan lahan secara mekanis, sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang berbanding lurus dengan kondisi lahan yang akan dibersihkan rentan tergenang (anaerob). Lokasi areal kebun yang berada di daerah hilir dan muara Sungai Batang Toru yang melewati areal kebun berdampak pada realisasi kinerja pembersihan lahan. Data rekapitulasi rencana dan realisasi pekerjaan pembersihan lahan (Tabel 6), menunjukkan capaian rencana dan realisasi mengimas dan menumbang mencapai bobot rataan 96.86%, sedangkan tahapan rencek/rumpuk (stacking) dan pembersihan jalur tanam masih harus mengejar target defisit 7.31%. Tahapan proses pembersihan lahan untuk penanaman kelapa sawit pada lahan gambut memerlukan investasi besar dibandingkan pada lahan kering, sehingga ketepatan tahapan pengerjaan yang terperinci (step by step) serta membutuhkan peralatan mekanisasi yang intensif dengan waktu realtif lama.

23

Dokumen terkait