• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENJA SKPD

Dalam dokumen LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR (Halaman 28-60)

Pasal 27

(1) Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada renstra SKPD dan mengacu kepada RKPD, memuat kebijakan, program dan kegiatan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(2) Tujuan penyusunan Renja–SKPD adalah sebagai acuan SKPD dalam mengoperasionalisasikan RKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka mencapai visi jangka menengah daerah. (3) Kepala SKPD menyiapkan rancangan awal Renja–SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada renstra-SKPD dan Rancangan awal RKPD.

(4) Renja–SKPD ditetapkan dengan peraturan Kepala SKPD setelah disesuaikan dengan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (9) paling lambat 1 (satu) bulan setelah RKPD ditetapkan. (5) Kepala SKPD bertanggung jawab dalam penyusunan Renja-SKPD

dan berkoordinasi dengan Kepala Bappeda.

(6) Renja-SKPD disusun dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut:

a.

persiapan penyusunan Renja- SKPD, langkah-langkah:

1) SKPD menerima rancangan awal RKPD secara resmi dari Kepala Bappeda;

2) Kepala SKPD membentuk tim fasilitasi penyempurnaan renja SKPD;

3) Tim fasilitasi menyiapkan daftar isi renja SKPD;

4) memperhatikan program dan kegiatan dalam RPJMD dan Renstra SKPD pada tahun rencana;

5) memperhatikan rancangan awal RKPD;

6) memperhatikan dan memanfaatkan Renja SKPD provinsi.

b.

langkah-langkah penyusunan rancangan Renja-SKPD:

1) memperhatikan hasil evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan periode sebelumnya;

41

2) merumuskan rancangan Renja SKPD berisikan program dan kegiatan SKPD yang akan dilaksanakan pada tahun rencana, berdasarkan rancangan awal RKPD, Renstra SKPD serta memperhatikan tupoksi SKPD dan lokasi

anggaran indikatif, dengan memperhatikan hasil

musrenbang Kecamatan;

3) menyiapkan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD;

4) menyampaikan rancangan Renja SKPD kepada Bappeda sebagai bahan informasi pelaksanaan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD.

c.

penyelenggaraan forum SKPD dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait dilanjutkan dengan Musrenbang.

d.

penyusunan rancangan akhir Renja-SKPD, langkah-langkah:

1) menyusun rancangan akhir Renja SKPD dengan

berpedoman pada Peraturan Walikota tentang RKPD atau rancangan akhir RKPD;

2) menyusun naskah akademis rancangan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD;

3) melakukan konsultasi naskah rancangan akhir Renja SKPD kepada Bappeda.

e.

penetapan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD, langkah-langkah:

1) menyempurnakan rancangan akhir Renja SKPD sesuai hasil konsultasi dengan Bappeda;

2) menetapkan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja SKPD; 3) menyampaikan Peraturan Kepala SKPD tentang Renja

SKPD kepada Walikota. BAB VIII

MUSRENBANG TAHUNAN Pasal 28

Musyawarah Perencanaan Pembangunan tahunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang RKPD merupakan forum antar pelaku sebagai pemangku kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun rencana Daerah melalui tahapan:

a.

Musrenbang Tingkat Kelurahan;

b.

Musrenbang Tingkat Kecamatan;

Bagian Pertama

Musrenbang Tingkat Kelurahan Pasal 29

(1) Musrenbang tingkat kelurahan dilaksanakan melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan tahunan kelurahan yang melibatkan para pemangku kepentingan tingkat kelurahan.

(2) Musrenbang tingkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tujuan :

a. menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat dibawahnya;

b. menetapkan prioritas kegiatan kelurahan yang akan dibiayai melalui alokasi dana kelurahan yang berasal dari APBD Kota Bogor, maupun sumber dana lainnya;

c. menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada Musrenbang Kecamatan.

(3) Masukan dan/atau bahan Musrenbang tingkat kelurahan meliputi : a. dokumen rencana pembangunan jangka menengah kelurahan; b. hasil evaluasi pembangunan kelurahan pada tahun sebelumnya; c. daftar prioritas masalah kelurahan dan kelompok masyarakat; d. hasil evaluasi kecamatan dan atau masyarakat terhadap

pemanfaatan dana alokasi kelurahan;

e. informasi dari Pemerintah Daerah tentang indikasi jumlah alokasi dana kelurahan yang akan diberikan kepada kelurahan untuk tahun anggaran berikutnya;

f. prioritas kegiatan pembangunan daerah untuk tahun mendatang yang dirinci berdasarkan SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya tempat kelurahan berada.

(4) Pelaksanaan Musrenbang Tahunan Tingkat Kelurahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. tahap persiapan dengan kegiatan sebagai berikut :

1). masyarakat di tingkat RT/RW dan kelompok masyarakat melaksanakan musyawarah;

2). Lurah menetapkan tim penyelenggara;

3). Tim penyelenggara menyusun jadual, mengumumkan jadual, agenda dan tempat pelaksanaan secara terbuka paling lambat 7 ( tujuh ) hari sebelum pelaksanaan;

43

4). Tim penyelenggara membuka pendaftaran peserta atau mengundang peserta;

5). Tim penyelenggara mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang termasuk materi yang akan dibahas.

b. tahap pelaksanaan dengan kegiatan sebagai berikut :

1). pemaparan Camat mengenai evaluasi pembangunan tahun sebelumnya serta prioritas kegiatan tahun yang akan datang;

2). pemaparan Lurah mengenai prioritas kegiatan tahun yang akan datang serta informasi tentang perkiraan jumlah alokasi dana kelurahan;

3). pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat kelurahan oleh perwakilan dari masyarakat;

4). pembahasan oleh peserta; 5). perumusan prioritas kegiatan;

6). penetapan daftar nama delegasi yang akan dikirim pada Musrenbang kecamatan (3-5 orang) diluar perangkat kelurahan dengan memperhatikan keterwakilan unsur perempuan dan pemangku kepentingan tingkat kelurahan. (5) Musrenbang tingkat kelurahan merumuskan :

a. daftar prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan dengan sumber dana, swadaya, serta kegiatan yang akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai dari APBD Kota, APBD Provinsi, APBN/BLN, dan sumber dana lainnya;

b. daftar nama delegasi yang akan membahas hasil Musrenbang kelurahan pada Musrenbang kecamatan dengan memperhatikan unsur keterwakilan perempuan dan pemangku kepentingan tingkat kelurahan;

c. Berita Acara.

(6) Peserta Musrenbang tingkat kelurahan meliputi komponen

masyarakat (individu maupun kelompok) yang berada di wilayah kelurahan dan para pemangku kepentingan tingkat kelurahan.

(7) Nara sumber Musrenbang tingkat kelurahan meliputi Lurah, ketua dan para anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Camat, dan aparat kecamatan, Kepala Sekolah, Kepala Puskesmas, pejabat/petugas yang ada di kelurahan, dan LSM yang bekerja di wilayah kelurahan. (8) Musrenbang tingkat kelurahan dilaksanakan pada bulan Januari.

Bagian Kedua

Musrenbang Tingkat Kecamatan Pasal 30

(1) Musrenbang tingkat kecamatan dilaksanakan melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan tahunan kecamatan yang melibatkan para pemangku kepentingan tingkat kecamatan. (2) Tujuan Musrenbang Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diselenggarakan untuk :

a. membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang kelurahan serta kegiatan lintas kelurahan yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan;

b. membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan kelurahan;

c. melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi SKPD.

(3) Masukan dan/atau bahan Musrenbang tingkat kecamatan meliputi : a. dokumen prioritas program dan kegiatan pembangunan tahunan

hasil Musrenbang kelurahan;

b. daftar nama anggota delegasi dari kelurahan untuk mengikuti Musrenbang kecamatan;

c. Berita Acara Musrenbang kelurahan;

d. hasil evaluasi pembangunan kecamatan pada tahun

sebelumnya;

e. rancangan awal rencana kerja kecamatan;

f. hasil evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan daerah pada tahun sebelumnya;

g. rancangan awal RKPD Kota.

(4) Pelaksanaan Musrenbang Tahunan tingkat kecamatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. tahap persiapan, dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Camat menetapkan tim penyelenggara;

2) Tim penyelenggara melakukan hal- hal sebagai berikut : a) menyusun jadual dan agenda Musrenbang kecamatan;

45

b) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempat Musrenbang kecamatan minimal 7 (tujuh) hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang;

c) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang kecamatan baik wakil dari kelurahan maupun dari masyarakat;

d) menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang kecamatan;

e) mengkompilasi prioritas program dan kegiatan

pembangunan dari Musrenbang kelurahan berdasarkan masing masing fungsi SKPD.

b. tahap pelaksanaan, dengan agenda sebagai berikut :

1) Verifikasi oleh delegasi kelurahan untuk memastikan semua prioritas program dan kegiatan yang diusulkan oleh kelurahannya sudah tercantum menurut masing masing SKPD;

2) pemaparan Rancangan Awal RKPD Kota oleh Bappeda Kota;

3) pemaparan oleh Camat mengenai Rancangan Renja

kecamatan;

4) pemaparan mengenai Rancangan Renja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta strategi, besaran alokasi anggaran indikatif oleh UPT SKPD atau pejabat SKPD;

5) pemaparan masalah dan prioritas program dan kegiatan pembangunan dari masing masing kelurahan;

6) pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok

pembahasan berdasarkan jumlah SKPD atau gabungan SKPD;

7) kesepakatan kriteria untuk menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan kecamatan untuk masing masing SKPD atau gabungan SKPD;

8) kesepakatan prioritas program dan kegiatan pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta Musrenbang namun belum diusulkan oleh kelurahan seperti program dan kegiatan pembangunan lintas kelurahan yang belum diusulkan oleh kelurahan;

9) kesepakatan prioritas program dan kegiatan pembangunan kecamatan berdasarkan masing masing SKPD atau gabungan SKPD;

10) penetapan daftar nama delegasi kecamatan (3 – 5 orang ) untuk mengikuti forum SKPD dan Musrenbang tingkat Kota dengan memperhatikan unsur keterwakilan perempuan dan pemangku kepentingan tingkat kecamatan.

(5) Musrenbang tahunan tingkat kecamatan merumuskan :

a. daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan menurut SKPD atau lintas SKPD yang akan disampaikan pada Musrenbang tingkat Kota

b. daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti forum SKPD dan forum Lintas SKPD sesuai dengan Tugas Pokok dan fungsi SKPD dengan memperhatikan unsur keterwakilan perempuan dan pemangku kepentingan tingkat kecamatan;

c. daftar nama delegasi dari kecamatan untuk mengikuti Musrenbang tingkat Kota dengan memperhatikan unsur keterwakilan perempuan dan Pemangku Kepentingan Tingkat Kecamatan ;

d. Berita Acara.

(6) Peserta Musrenbang tahunan tingkat kecamatan adalah para pemangku kepentingan tingkat kecamatan.

(7) Nara sumber Musrenbang tahunan tingkat kecamatan meliputi : a. Bappeda;

b. Perwakilan SKPD;

c. Kepala UPTD/UPT SKPD;

d. Anggota DPRD dari wilayah pemilihan kecamatan yang bersangkutan;

e. Camat;

f. LSM yang bekerja di wilayah kecamatan dimaksud; g. para ahli/profesional yang dibutuhkan.

(8) Musrenbang Tahunan tingkat Kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari.

47

Bagian Ketiga

Musrenbang Tahunan Tingkat Kota Pasal 31

(1) Musrenbang Tahunan Tingkat Kota dilaksanakan melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan tahunan daerah yang melibatkan para pemangku kepentingan tingkat kota.

(2) Tujuan Musrenbang Tahunan Tingkat Kota diselenggarakan untuk:

a. penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas

pembangunan daerah, alokasi anggaran indikatif berdasarkan program dan fungsi SKPD, rancangan alokasi dana kelurahan, serta usulan kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD Kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya; b. mendapatkan rincian rancangan awal kerangka anggaran yang

merupakan rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang perlu dibiayai oleh APBD Kota, APBD Provinsi, APBN untuk mencapai tujuan pembangunan;

c. mendapatkan rincian rancangan awal kerangka regulasi yang merupakan rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan pembangunan.

(3) Masukan dan/atau bahan Musrenbang Tahunan tingkat Kota meliputi :

a. Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang berasal dari kecamatan;

b. Daftar nama delegasi kecamatan dan para pemangku kepentingan yang terpilih untuk mengikuti forum SKPD/Lintas SKPD dan Musrenbang tingkat Kota;

c. Berita Acara Musrenbang kecamatan;

d. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan daerah tahun sebelumnya;

e. Rancangan awal RKPD;

f. Rancangan Renja SKPD hasil Forum SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang kegiatannya sudah dipilah berdasarkan sumber pendanaan dari APBD Kota Bogor, APBD Provinsi, APBN maupun sumber pendanaan lainnya;

g. Alokasi anggaran indikatif yang disampaikan oleh Walikota yang terdiri dari alokasi untuk setiap SKPD dan alokasi dana kelurahan;

h. Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang tingkat Kota;

i. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan daerah tahun sebelumnya;

j. Rancangan awal RKPD.

(4) Pelaksanaan Musrenbang Tahunan tingkat Kota dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan, dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Walikota menetapkan tim penyelenggara;

2) Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut : a) menyusun jadual dan agenda Musrenbang;

b) mengumumkan secara terbuka jadual, agenda, dan tempat Musrenbang tingkat Kota minimal 7 (tujuh) hari sebelum acara Musrenbang dilakukan, agar peserta bisa segera melakukan pendaftaran dan atau diundang; c) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang tingkat Kota, baik delegasi dari kecamatan maupun dari forum SKPD dan lainnya yang mencerminkan pelaku Kepentingan Pembangunan Tingkat Kota ;

d) menyiapkan peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang tingkat Kota;

e) mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan dari forum SKPD dan Musrenbang kecamatan.

b. Tahap Pelaksanaan, dengan agenda sebagai berikut :

1) verifikasi hasil kompilasi oleh kepala SKPD, delegasi kecamatan, dan delegasi forum SKPD, serta delegasi DPRD;

2) pemaparan rancangan awal RKPD Provinsi beserta alokasi anggaran indikatif APBD Provinsi oleh Bappeda Provinsi; 3) pemaparan rancangan awal RKPD Kota dan prioritas

kegiatan pembangunan serta alokasi anggaran indikatif oleh Walikota;

4) pemaparan kepala SKPD tentang Rancangan Renja SKPD

yang meliputi :

a) isu-isu strategis SKPD yang berasal dari Renstra/RPJM Daerah dan Renstra SKPD;

49

b) tujuan, indikator pencapaian dan prioritas kegiatan pembangunan yang akan dimuat dalam Renja SKPD; c) penyampaian perkiraan kemampuan pendanaan yang

berasal dari APBD Kota, APBD Provinsi, APBN/HPLN dan sumber dana lainnya.

5) menentukan kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan tahun berikutnya;

6) membagi peserta ke dalam beberapa kelompok;

7) menetapkan prioritas kegiatan sesuai dengan besaran alokasi anggaran indikatif APBD Kota Bogor serta yang akan diusulkan untuk dibiayai dari sumber APBD provinsi, APBN/BLN maupun sumber dana lainnya;

8) membahas pemutakhiran Rancangan RKPD.

(5) Musrenbang Tahunan tingkat Kota merumuskan :

a. Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan dan alokasi anggaran indikatif yang berdasarkan progam dan SKPD serta alokasi dana kelurahan;

b. Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kota Bogor, APBD Provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya;

c. Daftar usulan kebijakan/regulasi yang diperlukan pada tingkat Kota, Provinsi dan Pusat;

d. Daftar delegasi dari tingkat Kota yang akan mengikuti forum SKPD Provinsi/Lintas SKPD dan Musrenbang Provinsi dengan memperhatikan unsur keterwakilan perempuan dan Para Pemangku Kepentingan Pembangunan Tingkat Kota; e. Berita Acara.

(6) Peserta Musrenbang Tahunan tingkat kota meliputi delegasi dari Musrenbang kecamatan dan delegasi dari Forum SKPD serta wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang berkegiatan dalam skala Daerah.

(7) Nara Sumber Musrenbang Tahunan tingkat kota meliputi Kepala SKPD, anggota DPRD, anggota DPRD Provinsi yang berasal dari daerah pemilihan Daerah, LSM yang bekerja dalam skala kota , perguruan tinggi, Perwakilan Bappeda Provinsi, Tim Penyusun RKPD, Tim Penyusun Renja SKPD, dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah

(8) Musrenbang Tahunan tingkat Kota dilaksanakan pada bulan Maret.

BAB IX

PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA Bagian Pertama

Pengendalian Paragraf 1

Umum Pasal 32

(1)

Walikota melakukan pengendalian pelaksanaan rencana

pembangunan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan termasuk tugas pembantuan serta jenis belanja.

(2)

Kepala SKPD melakukan pengendalian pelaksanaan rencana

pembangunan, program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangan yang melekat pada masing-masing SKPD

(3)

Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pengendalian dan pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

(4)

Tata cara pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dalam bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 33

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan.

51

Paragraf 2

Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Pasal 34

(1) Kepala SKPD melakukan pemantauan pelaksanaan Renja-SKPD yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

(2) Walikota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

(3) Kepala SKPD melakukan pemantauan pelaksanaan tugas

pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

(4) Pemantauan pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana, realisasi pencapaian target keluaran (output), dan kendala yang dihadapi.

(5) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (3) disusun dalam bentuk laporan triwulanan.

Pasal 35

(1) Kepala SKPD menyusun laporan triwulanan dalam rangka

pelaksanaan tugas dan kewenanganannya dan atau tugas pembantuan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah triwulan yang bersangkutan berakhir kepada Walikota melalui Kepala Bappeda.

Pasal 36

(1) Kepala Bappeda menyusun laporan triwulanan dengan

menggunakan laporan triwulanan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Gubernur melalui Kepala Bappeda Provinsi paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.

Paragraf 3

Pengawasan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Pasal 37

Tata cara pengawasan pelaksanaan rencana pembangunan yang dilakukan oleh Kepala SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Paragraf 1

Umum Pasal 38

(1) Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan RKPD dan Renja-SKPD untuk menilai keberhasilan pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasar indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam RPJMD dan Renstra-SKPD.

(2) Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan RPJMD dan Renstra-SKPD untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari suatu program.

(3) Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dan dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode rencana.

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan berdasarkan:

a. sumberdaya yang digunakan:

b. indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan pokok; dan/atau

c. indikator dan sasaran kinerja hasil untuk program.

(5) Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan

berdasarkan hasil evaluasi SKPD untuk selanjutnya disampaikan kepada Walikota.

53

(6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan Daerah untuk periode berikutnya.

(7) Evaluasi dilaksanakan secara sistematis, obyektif, transparan dan akuntabel.

Paragraf 2

Evaluasi Pelaksanaan Renja-SKPD Pasal 39

(1) Kepala SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan Renja-SKPD periode sebelumnya.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap pencapaian sasaran sumberdaya yang digunakan, indikator dan sasaran kinerja keluaran (output) untuk masing-masing kegiatan. (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan

untuk menilai pencapaian indikator dan sasaran hasil (outcome). (4) Kepala SKPD menyampaikan laporan hasil evaluasi pelaksanaan

Renja-SKPD kepada Walikota paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Paragraf 3

Evaluasi Pelaksanaan RKPD Pasal 40

(1) Kepala Bappeda melakukan evaluasi pelaksanaan RKPD periode sebelumnya berdasarkan laporan hasil evaluasi pelaksanaan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1).

(2) Kepala Bappeda menggunakan hasil evaluasi RKPD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) guna penyusunan rancangan RKPD untuk periode 2 (dua) tahun berikutnya.

Paragraf 4

Evaluasi Pelaksanaan Renstra-SKPD Pasal 41

(1) Kepala SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan Renstra-SKPD.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap pelaksanaan program-program dalam Renstra-SKPD

(3) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana di maksud pada ayat (1) Kepala SKPD dapat menyampaikan usulan perubahan program rentra SKPD kepada Walikota melalui Kepala Bappeda

(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke Walikota paling lambat 4 (empat) bulan sebelum RPJM berakhir.

Paragraf 5

Evaluasi Pelaksanaan RPJM Pasal 42

(1) Kepala Bappeda melakukan evaluasi RPJM mengunakan hasil evaluasi Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (1) dan hasil evaluasi pelaksanaan RKPD pada periode RPJM yang berjalan.

(2) Evaluasi pelaksanaan RPJM dilakukan untuk menilai pencapaian pelaksanaan strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program dan kegiatan pokok, Pelaksanaan Program Prioritas, pelaksana arah kebijakan daerah serta kerangka ekonomi makro sebagaimana ditetapkan dalam dokumen RPJM periode berjalan. (3) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana di maksud pada ayat (1)

Kepala Bappeda dapat menyampaikan usulan perubahan program kepada Walikota

(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke Walikota paling lambat 4 (empat) bulan sebelum RPJM berakhir.

55

BAB X

DATA DAN INFORMASI Pasal 43

(1) Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat diakses oleh masyarakat sebagai pemangku kepentingan.

(2) Dalam rangka perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) Kepala SKPD menyerahkan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Kepala Bappeda.

(3) Bappeda menyediakan informasi pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana yang diperlukan oleh pelaku pembangunan mengenai perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XI KELEMBAGAAN

Pasal 44

(1) Walikota menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas

perencanaan pembangunan Daerah .

(2) Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah Walikota dibantu oleh Kepala Bappeda.

(3) Kepala SKPD menyelenggarakan perencanaan pembangunan

Daerah sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 45

Dokumen perencanaan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, masih tetap berlaku sampai ditetapkannya dokumen perencanaan yang baru.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 46

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur oleh Walikota.

Pasal 47

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bogor.

Ditetapkan di Bogor

pada tanggal 25 Pebruari 2008 WALIKOTA BOGOR,

ttd

DIANI BUDIARTO Diundangkan di Bogor

pada tanggal 25 Pebruari 2008

SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, ttd

DODY ROSADI

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI E

57

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2008

TENTANG

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

I UMUM

A. Dasar Pemikiran

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah. Pemberian kewenangan yang luas kepada daerah memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan nasional, pembangunan daerah maupun pembangunan antar daerah.

Pelaksanaan Pembangunan daerah diawali dengan proses perencanaan yang melibatkan berbagai stakeholders di lingkungan Pemerintah Kota Bogor sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, untuk itu perlu adanya pengaturan tentang tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah.

B. Ruang Lingkup

Peraturan Daerah ini merupakan landasan hukum di bidang

perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana

pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan daerah

Dalam dokumen LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR (Halaman 28-60)

Dokumen terkait