• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAMAB AHAN KONSEP 1. Konsep Kesehatan dan Perilaku

7. Researcher Role

Perawat juga sebagai peneliti yang terlibat dalam investigasi sistematis, pengumpulan data, analisa data, pemecahan masalah, dan menerapkan solusi/intervensi. Harapannya hasil penelitian dapat diterapkan dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Allender, Rector and Warner, 2010)

Fungsi Perawat Komunitas

Fungsi perawat komunitas dalam menjalankan perannya : a. Independen adalah mandiri, tidak tergantung pada orang lain b. Dependen adalah melaksanakan instruksi dari tenaga kesehatan lain c. Interdependen adalah kerja tim dengan tenaga kesehatan lain c. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas dalam Promosi Kesehatan

Perawat di puskesmas sebagai perawat kesehatan minimal dapat berperan sebagai : − Pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan

− Pendidik atau penyuluh kesehatan − Penemu kasus

− Penghubung dan coordinator − Pelaksana konseling keperawatan − Model peran (role model)

Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan dan pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran tsb, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyrakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi kesehatan.

Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah :

o Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang diperlukan klien dan apa yang ingin diketahui dari klien.

o Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau pendkes

o Melaksanakan penyuluhan atau pendkes untuk pemulihan kesehatan klien antara lain tentang pengobatan, hygiene, perawatan, serta gejala dan tanda-tamda bahaya.

o Menyusun program penyuluhan atau pendkes baik untuk topic sehat maupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelola penyakit.

o Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahapan perkembangan

o Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku, Koran, TV, teman dan lainnya

Sebagai pelaksana konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara lain :

o Memberikan informasi, mendengarkan secara objektif, memberikan dukungan dan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien.

o Membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta factor-faktor yang mempengaruhi

o Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan pemecahan masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat

o Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan. d. Langkah-Langkah Promosi Kesehatan oleh Perawat Kesehatan Komunitas Setelah melalui proses pengkajian awal, apabila ditetapkan pendidikan kesehatan sebagai salah satu intervensi keperawatan, maka proses pendidikan kesehatan oleh perawat kesehatan komunitas harus kembali menerapkan prinsip-prinsip asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Hal ini berarti bahwa untuk melakukan pendidikan kesehatan yang bermutu dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi klien, perawat kesehatan komunitas harus melakukan suatu proses pengkajian dan tidak serta merta melakukan pendidikan kesehatan terhadap klien.

Pengkajian

 Tujuan Pengkajian

Tujuan pengkajian adalah diperolehnya informasi dari individu, keluarga, atau kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan. Informasi tersebut diperlukan karena akan memengaruhi pemeliharaan materi, metode, dan media pendidikan kesehatan.

 Metode

Pengamatan langsung dan wawancara serta mempelajari data yang telah ada (medical record atau kartu rawat jalan)

 Aspek yang dikaji

• Riwayat Keperawatan. Informasi yang diperlukan melalui pengkajian riwayat keperawatan merupakan hal-hal yang dapat memengaruhi kebutuhan belajar, meliputi:

 usia, misalnya cara penyampaian informasi pada lansia secara lambat dan berulang;

pemahaman dan persepsi klien tentang masalah kesehatan, misalnya tuberkulosis bukan merupakan penyakit keturunan;

 keyakinan dan praktik tentang kesehatan, misalnya lebih memilih dukun daripada dokter.

• Faktor Budaya. Misalnya, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi pada suku tertentu.

• Faktor ekonomi. Pemberian contoh dalam penyusunan menu makanan disesuaikan dengan keadaan ekonomi klien.

• Gaya belajar. Misalnya, beberapa klien hanya dapat menerima informasi dengan baik jika menggunakan alat bantu atau demnostrasi.

• Faktor pendukung pada klien. Contohnya, adanya keterlibatan, keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) pada keluarga dengan klien tuberkulosis dalam keatuhan pengobatan.

• Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapt juga digunakan untuk mengkaji kebutuhan belajar klien antara lain:

- status mental, contohnya klien yang sedang tegang atau bersedih akan sulit menerima informasi yang akan diberikan;

- tingkat energi dan status gizi, contohnya pada keadaan kurang asupan makanan (malnutrisi), klien akan sulit untuk menerima informasi; - kapasitas fisik klien untuk belajar dan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari;

- kemampuan penglihatan, pendengarab, dan koordiansi otot.  Hasil Pengkajian

• Ketidaksiapan untuk belajar. Beberapa klien sering tidak siap untuk belajar. Untuk itu, perawat perlu mengkaji penyebab ketidaksiapan belajar tersebut yang meliputi:

- ketidaksiapan fisik, seperti adanya kelelahan, nyeri, dan keterbatasan pergerakan;

- ketidaksiapan emosi, seperti adanya kecemasan bersedih, dan marah; - ketidaksiapan kognitif, seperti adanya pengaruh dari obat-obatan

yang diminum.

• Motivasi. Motivasi yang ada pada diri klien sangat berpengaruh dalam kebutuhan klien untuk belajar dan mendapatkan informasi. Perawat dapat meningkatkan motivasi klien untuk belajar dengan cara:

- melakuakan pendekatan persuasif kepada klien;

- memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat pengetahuan klien. • Tingkat kemampuan membaca. Tingkat kemapuan membaca klien sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk menerima informasi selama ini. Untuk itu, perawat perlu mengkaji tingkat kemampuan membaca klien untuk menetapkan strategi pembelajaran yang tepat.

Diagnosis Keperawatan

• Tujuan: dirumuskannya masalah yang dihadapi klien dengan pendidikan kesehatan yang diberikan.

• Metode: analisis data (informasi) berdasarakan hasil pengkajian.

• Rumusan diagnosis ke[erawatan: berkaitan dengan kebutuhan belajar klien secara umum, dapat dikelompokan dalam kategori diagnosis yang berdasarkan pada respon klien dan etiologi.

• tujuan perencanaan: menetapkan apa yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah.

• Aspek dalam perencanaan meliputi tujuan, sasaran, metode dan media, materi, tempat, dan lamngkah-langkah.

• Tahapan dalam menyusun rencana pengajaran adalah sebgai berikut.  Menetapkan prioritas pengajaran.

 Menyusun kriteria yang diharapakan  Memilih materi

 Menentukan strategi mengajar. Implementasi

• Tujuan implementasi: melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

• Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perawat tidak perlu terpaku pada rencana yang telah disusun.

• Rencana dapat direvisi segera bila dalam pelaksanaan ada perubahan dalam kondisi klien atau faktor eksternal klien.

• Yang perlu diperhatikan dalam mengajar adalah kesesuaian dan waktu yang tepat sehingga memungkinkan klien untuk belajar pada setiap pertemuan. • Lingkungan dapat menghambat atau membantu dalam proses belajar. • Alat bantu dapat membantu memfokuskan perhatian klien dalam belajar. • Belajar akan lebih efektif bila klien memnemukan materi yang mereka

butuhkan. Sasaran

Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatn dapat lebih tepat

sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas melalui pengelompokan promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).

• sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku baru.

• sasaran sekunder adalah mereka yang dapat memengaruhi sasaran primer. • sasaran penunjang adalah merek yang berpengaruh terhadap keberhasilan

kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana.

e. Strategi Promosi Kesehatan

Strategi dapat dipromosikan sebagai rencana umum tindakan yang dapat mencakup beberapa aktivitas dan mempertimbangkan karakteristik populasi target. Pilihan strategi membantu membentuk seleksi metode. Strategi promosi kesehatan yang efektif dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Strategi komunikasi kesehatan menginformasikan dan mempengaruhi keputusan individu dan masyarakat yang meningkatkan kesehatan.

2. Strategi kebijakan oleh penegakan menghasilkan kebijakan yang dapat dilaksanakan melalui pengaturan legislative, lembaga peraturan, ataupun pengaturan organisasi kebijakan itu dirancang untuk mendukung perbaikan lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan kerja.

3. Strategi mobilisasi komunitas melibatkan pemberian bantuan kepada masyarakat untuk mengidentifikasi dan mengambil tindakan terhadap permasalahan kesehatan bersama dengan memanfaatkan pengambilan keputusan bersama dan mengikut sertakan metodesemacam pemberdayaan.

4. Strategi layanan kesehatan meliputi pengujian, skrining dan layanan atau pengobatan khusus yang disediakan melalui komunitas atau lembaga kesehatan untuk meningkatkan memperbaiki hasil akhir kesehatan.

5. Strategi teknologi melibatkan pembentukan modifikasi alat, struktur, sistem perawatan atau tipe layanan atau lingkungan

f. Media Promosi Kesehatan

Media adalah suatu hal yang penting dalam melakukan promosi kesehatan. Secara harfiah media merupakan saluran atau alat yang menjadi sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan yang dalam hal ini merupakan pesan kesehatan. Selain itu, media juga berguna untuk mempermudah pemahaman materi yang akan disampaikan.

Pemilihan media promosi kesehatan biasanya dipengaruhi oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis daerah, karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung.

Jenis Media Promosi Kesehatan :

Media elektronik seperti : televisi, radio, internet, telepon, handphone, dan teleconference.

Media cetak seperti : koran, majalah, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, dan bulletin board.

Alat bantu lihat (visual aids) seperti : slide, OHP, film strip, gambar, peta, bagan.

Alat bantu dengar (audio aids) seperti : radio, tape, dan CD. Leaflet dan Pamflet

Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata, berukuran 20x30 cm, kadang diselingi oleh gambar, dan biasanya disajikan dalam bentuk terlipat.

Booklet

Media ini berbentuk buku kecil yang berisi gambar atau tulisan, ataupun keduanya. Sasarannya adalah masyarakat yang dapat membaca.

Flyer

Selebaran berbentuk seperti leaflet tetapi tidak berlipat. Biasanya disebarkan melalui udara (pesawat udara).

Billboard

Berbentuk papan besar berukuran 2x2 m yang biasanya dipasang di pinggir jalan besar. Tulisan maupun gambar yang digunakan biasanya cukup besar sehingga dapat dilihat oleh pengguna jalan tanpa mengganggu konsentrasi.

Bulletin Board

Merupakan papan berukuran 90x120 cm yang dipasang di tempat umum seperti puskesmas, rumah sakit, dan balai desa. Pada media ini ditempelkan gambar-gambar, leaflet, postre, atau media lain yang berisi informasi penting dan secara berkala diganti dengan topik lain.

Manfaat Media Promosi Kesehatan :

• Menimbulkan minat sasaran

• Mencapai sasaran yang lebih banyak

• Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman • Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan kepada orang lain • Memudahkan menyampaikan informasi

• Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran • Evaluasi Promosi Kesehatan

g. Evaluasi Promosi Kesehatan

Evaluasi promosi kesehatan adalah suatu yang harus dilakukan dari setiap upaya promosi kesehatan, karena di samping upaya itu sendiri juga perlu untuk kesinambungan upaya tersebut. Berbeda dengan berbagai indikator yang bersifat non perilaku yang dapat dibuat standarnya, maka untuk promosi kesehatan indikator dan parameternya dapat berubah tergantung pada kegiatan yang dievaluasinya (apa, dimana, oleh siapa, bilamana) dan tahapan evaluasinya juga tergantung pada pengaruh lingkungan (budaya) oleh karena itu , penentuan apa yang akan dievaluasi serta kemampuan mengembangkan indikator serta desain

evaluasinya sangat penting. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah untuk siapa evaluasi itu dilaksanakan, dalam rangka membuat sajian pelaporannya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005)

SIMPULAN

Promosi kesehatan diberikan agar masyarakat/ kelompok/ individu mampu menerapkan perilaku sehat sehingga status kesehatan di suatu masyarakat tersebut lebih baik. Untuk menunjang hal ini beberapa metode dapat dilakukan supaya proses dalam melakukan promosi kesehatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan, metode tersebut diantaranya : untuk individu adalah Conceling, sedangkan untuk kelompok lebih besar yaitu dengan jumlah sasaran 15-50 orang metode yang sesuai adalah ceramah, seminar/ loka karya, dan untuk sasaran dengan jumlah sasaran 6-15 orang

metodenya ialah diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, bola salju, permainan simulasi. Promosi kesehatan bisa diberikan melalui media tertentu, seperti media elektronik ataupun media cetak. Setelah melakukan promosi kesehatan, petugas kesehatan perlu melakukan evaluasi yaitu mengkaji pengetahuan masyarakat mengenai suatu penyakit, sikap dalam menghadapi masalah kesehatan dan kebiasaan sehat masyarakat.

Dalam dokumen 127766279 MAKALAH Promosi Kesehatan Tutor 8 (Halaman 34-44)

Dokumen terkait