• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

2.11 Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).

2.11.1 Jenis - Jenis Resistor A. Resistor tetap

Tipe resistor tetap yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan.Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 [12].

Tabel 2.3 Kode Warna resistor

Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut.Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.

Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang

pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor pengalinya.

Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari Tabel 2.1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5%

(yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 = 4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5%.

Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Gambar 2.6 merupakan salah satu bentuk fisik dari resistor tetap.

Gambar 2.6 Resistor

Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt.

Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 100W5W.

B. Resistor Variabel

Resistor tidak tetap (Variable Resistor) merupakan jenis resistor yang memiliki nilai resistansi yang berubah-ubah secara langsung yaitu dengan cara menggeser atau memutar tuas yang ada. Resistor jenis Trimpot merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat berubah, dalam dunia elektronika akrab disebut Trimpotensiometer. Karakter dan sifat resistor trimpot hampir sama dengan potensiometer, yang membedakan adalah bentuknya, kalau trimpot relatif kecil sedangkan potensiometer lebih besar.

Perubahan nilai dalam resistor trimpot juga sama denga potensiometer yaitu linier dan logaritmatik. Adapun cara mengubah nilai resistro trimpot adalah dengan cara memutar libang tengah yang terdapat di tengah trimpot dengan

menggunakan obeng. Trimpot merupakan suatu komponen elektronik yang berfungsi sebagai hambatan yang memiliki nilai hambatan yang dapat diubah sesuai dengan keinginan. Gambar 2.7 merupakan salah satu bentuk fisik dari resistor variabel.

Gambar 2.7 Trimpot

Salah satu jenis resistor variabel yang banyak digunakan adalah trimpot.

Trimpot bekerja sebagai pembagi tegangan. Pada gambar 2.8 diasumsikan bahwa B merupakan kaki tengah dari trimpot, kemudian pada kaki selanjutnya diberikan suplai tegangan pada A dan Gnd pada C. Ketika trimpot diputar maka dilai dari R1 (titik AB) dan R2 (titik BC) akan berubah - ubah sesuai pergeseran dari trimpot. sehingga tegangan di B akan berubah.

Gambar 2.8 Trimpot Sebagai pembagi tegangan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2018 hingga Januari 2019 di Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara. Pengukuran dilakukan di stadion mini USU pada bulan Januari 2019 dengan mengambil data daya pancar dan daya terima sinyal WIFI dalam keadaan tanpa penghalang.

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian mencakup aspek urutan penelitian yang dilakukan mulai dari awal hingga akhir penelitian. Tahapan penelitian merupakan gambaran penelitian yang dilakukan, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1.

Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah : 1. Menentukan Topik

Penentuan topik ditentukan sebagai alasan mendasar kenapa penelitian dilakukan . Topik akan menjadi gambaran umum alasan mengapa alat dibuat .Dalam penelitian ini yang menjadi topik adalah alat ukur daya pancar dan daya terima sinyal WIFI.

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menjadi tujuan mengapa alat ukur perlu dibuat. Hal ini menjadi penting karena alat yang dibuat harus menjadi jawaban dari setiap masalah masalah yang teridentifikasi.

25

Pembatasan masalah diperlukan untuk menajamkan topik, sehingga penelitian memiliki fokus utama. Hal ini juga berguna untuk memudahkan peneliti mencapai suatu pemecahan masalah yang khusus. Dalam penelitian ini Pengukuran dilakukan dengan menggunakan model propagasi LOS. Dengan rumus friis sebagai pembanding.

26

4. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi melalui berbagai media yang berguna untuk mengetahui bagaimana pengambilan data pada model propagasi LOS dan rumus friis.

5. Perancangan dan Desain Alat

Tahapan selanjutnya adalah melakukan perancangan dan desain alat.

Dalam tahap ini terdapat prose penentuan komponen yang digunakan dan berbagai software pendukung untuk pembuatan alat. Dalam penelitian ini digunakan sofware desain proteus dan arduino IDE.

6. Pembuatan Alat

Pembuatan Alat terbagi dua bagian, yaitu : a. Hardware

Pada hardware dilakukan perangkaian alat dan penyusunan modul alat ukur daya pancar dan daya terima WIFi kedalam suatu kotak perangkat.

b. Software

Berisi gambar rangkaian dan program yang akan di isi kedalam modul NodeMCU 1.

7. Pengujian Alat

27

Tahap pengujian alat berisi proses pengambilan data, dan penyesuaian output data dengan keadaan teoritis sehingga didapatkan akurasi pengukuran yang dapat diterima.

8. Analisis Data

Tahap analisa dilakukan untuk menganalisa hasil pengujian alat, apakah alat yang dibuat tersebut telah sesuai dengan apa yang diharapkan.

9. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berisikan hal-hal yang dianggap pokok didalam proses perancangan alat, dan saran yang berisi merupakan masukan guna kesempurnaan alat ini.

3.3 Penentuan Variabel pembanding

Ada dua perhitungan yang digunakan sebagai variabel pembanding, yaitu:

1. Penghitungan Rugi Rugi Lintasan

Penelitian ini dilakukan dengan model propagasi LOS dengan perhitungan rugi rugi atau pelemahan daya pancar menggunakan Persamaan 3.1[6]:

( ) = 92.45 + 20 + 20 ……….(3.1)

Keterangan :

f : Frekuensi kerja (GHz)

d : Panjang lintasan propagasi (Km)

2. Rumus Pembanding Pengujian Alat

28

Rumus friis dapat digunakan untuk menghubungkan antara daya pancar dan daya terima . sehingga didapatkan penyesuaian terhadap kebenaran nilai daya terima.Rumus yang digunakan merupakan Persamaan 3.2 [7].

= ( . ) ………(3.2)

Keterangan :

Pt : Daya pancar (dB) Pr : Daya terima (dB) Gt : Gain Pemancar (dB) Gr : Gain Penerima (dB) d : Jarak (Km)

: Panjang gelombang

3.4 Perancangan Alat

Alat ukur yang dirancang dibangun menggunakan modul NODE MCU 01 sebagai pengukur kuat daya gelombang radio (RF Power) perangkat WIFI 2.4GHZ dan modul radio TxRx 433MHz yang berfungsi sebagai link data pengukuran.

3.4.1 Diagram Blok Keseluruhan

Adapun bagian-bagian dari alat yang akan dirancang secara keseluruhan diperlihatkan blok diagram pada Gambar 3.2. Peralatan yang dirancang ini terdiri atas 3 bagian utama yaitu bagian perangkat WIFI, bagian pemancar dan bagian penerima. Pada bagian pemancar terdiri dari modul Node MCU yang berguna sebagai pengukur kuat daya sinyal dari perangkat wifi di sisi pemancar dan modul

29

Tx 433 MHz sebagai pengirim data daya pancar ke sisi penerima. Pada bagian Penerima terdapat modul node MCU sebagai pengukur kuat daya sinyal dari perangkat wifi pada sisi penerima, kemudian modul Rx 433 MHz sebagai penerima data daya pancar dan LCD display sebagai penampil hasil pengukuran.

Gambar 3.2 Diagram Blok Alat

30

3.4.2 Perancangan Alat Ukur Pada Sisi Pemancar

Berikut ini adalah perancangan alat ukur pada sisi pemancar : 1. Alat dan Bahan

 Modul Node MCU 0.1

 Modul TX 433 Mhz

2. Rangkaian Alat Ukur Pada Sisi Pemancar

Pada sisi pengirim alat ukur terdiri atas komponen modul NodeMCU dengan modul TX 433 Mhz sebagai pengirim data ke bagian penerima.

Pada Gambar 3.3 diperlihatkan rangkaian dari sisi pemancar alat ukur power transmiter yang dimana pin Vcc modul Tx terhubung dengan Vcc pin NodeMCU kemudian pin D0 pada NodeMCU terhubung dengan pin Tx dan pin GND NodeMCU terhubung dengan pin GND dari modul Tx 433 Mhz. Penggunaan pin D0 sebagai output data didasar atas fungsi dari pin D0 dari modul NodeMCU sebagai pin I/O data digital.

Gambar 3.3 Rangkaian Modul ESP 8266 NodeMCu 1 dan modul pemancar 433 MHz

31

3.4.3 Perancangan Alat Ukur Pada Sisi Penerima

Berikut ini adalah perancangan alat ukur pada sisi pemancar : 1. Alat dan Bahan

 Modul Node MCU 0.1

 Modul RX 433 Mhz

 LCD 20*4

2. Rangkaian Alat Ukur Pada Sisi Penerima

Pada sisi pemancar ada tiga tahapan perancangan yaitu perancangan NodeMCU dengan modul Rx 433 Mhz, NodeMCU dengan LCD display 20*4 kemudian perancangan keseluruhan alat. Dalam perancangan sisi penerima tiap pin VCC akan di hubungkan ke VCC, kemudian pin GND ke pin GND, pin Rx pada penerima ke pin D0 NodeMCU, dan pin D2 sampai D7 dihubungkan ke pin LCD dan seterusnya sesuai dengan rangkaian Gambar 3.4 sampai Gambar 3.6.

Gambar 3.4 Rangkaian Modul ESP 8266 NodeMCu 1 dan modul penerima

32

Gambar 3.5 Rangkaian Modul ESP 8266 NodeMCu 1 dan LCD display 4x20.

Gambar 3.6 Rangkaian keseluruhan alat ukur pada sisi penerima

33

3.4.4 Perancangan Program (Perangkat Lunak)

Perancangan program merupakan tahapan yang terakhir dalam pembuatan alat yang berbasis mikrokontroler. Pemrograman merupakan tahapan penyusunan perintah perintah tertentu agar alat yang dirancang bekerja sesuai dengan fungsi dan tujuan alat tersebut. Dalam perancangan software digunakan arduino IDE yang sudah terinstal liblary board NodeMCU. Arduino IDE dapat di download secara bebas di Website Arduino : www.arduino.cc. Adapun tahapan pada perancangan sofware yang dilakukan dapat dijelaskan pada diagram alir Gambar 3.7. Pada alat ini terdapat source code program yang di perlihatkan pada bagian lampiran.

Mulai

Set jenis board dan Port yang digunakan Pembuatan Source code Sensor dan tampilan LCD

Editing Program

Selesai Compiling program

34

Gambar 3.7 Flowchart Pembuatan Program

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 Umum

Pengujian dan analisa merupakan tahapan melakukan pengambilan sampel data yang kemudian dilakukan analisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir penelitian. Dalam penelitian yang telah dilakukan , dihasilkan alat ukur RF Power Transceiver untuk WIFI 2.4GHz yang terdiri dari dua bagian yaitu pemancar dan penerima seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Alat Ukur RF Power Transceiver untuk WIFI 2.4GHz Bagian Pemancar. (a) Dalam Susunan Komponen (b) Dalam Kemasan

Gambar 4.2 Alat Ukur RF Power Transceiver untuk WIFI 2.4GHz Bagian Penerima. (a) Dalam Susunan Komponen (b) Dalam Kemasan

36

4.2 Sistem Kerja Alat

Sitem kerja alat pada Alat Ukur RF Power Transceiver untuk WIFI 2.4GHz ini tediri atas 2 bagian, yaitu :

4.2.1 Sistem Kerja Alat Pada Sisi Pemancar

Pada sisi pemancar terdapat modul Node MCU yang berfungsi untuk mengukur nilai RSSI perangkat WIFI dan mengirimkan data kuat sinyal RSSI kepada perangkat penerima melalui modul TX 433 MHz. Perangkat pemancar ini berfungsi sebagai pengukur besarnya daya pancar dari WIFI. Besar daya pancar WIFI pada penelitian ini diasumsikan sebagai nilai RSSI tertinggi yang di ukur oleh perangkat pemancar. Pengukuran nilai RSSI tertinggi dilakukan dengan menempatkan Alat ukur daya sinyal pada sisi pemancar di jarak terdekat dengan perangkat WIFI.

4.2.2 Sistem Kerja Alat Pada Sisi Penerima

Pada sisi penerima, ketika alat di-switch on akan terdapat tampilan pembuka seperti Gambar 4.3. Kemudian alat akan melakukan pengukuran terhadap SSID yang telah di input didalam program. Pada penelitian ini SSID yang digunakan adalah dlink. Ketika SSID telah terindentifikasi alat akan melakukan pengukuran RSSI. Nilai RSSI yang terukur pada penerima akan digunakan sebagai daya terima. Nilai daya pancar diterima dari hasil pengukuran oleh perangkat pada sisi pengirim melalui modul rx 433 MHz. Kemudian alat akan melakukan perhitungan loss dengan mengurangkan nilai daya pancar dengan daya terima. Kemudian besar daya pancar, daya terima dan loss akan ditampilkan pada LCD sepeti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.

37

Gambar 4.3 Tampilan Awal LCD RF Power Transceiver WIFI 2.4

Gambar 4.4 Tampilan Pengukuran RF Power Transceiver untuk WIFI 2.4GHz

Mulai

Ukur daya Pancar INISIALISASI SSID dan

Tampilan Awal LCD

Terdeteksi ? Kirim data melalui modul 433MHz

Data diterima?

Ukur daya terima Hitung LOSS

Tampilkan data daya pancar , daya terima dan LOSS

SELESAI

TIDAK YA

YA TIDAK

Gambar 4.5 Flowchart Sistem Kerja Alat Pada Sisi Pemancar dan Penerima

39

4.3 Pengambilan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran data dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pengukuran data dilakukan di area luas tanpa penghalang dalam jarak 100 meter. Lokasi pengukuran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.6 (titik A ke titik B).

2. Posisi Antena pemancar dengan alat ukur adalah LOS (Line of Sight).

3. Peletakan Alat ukur pada sisi pemancar dilakukan dengan mengambil posisi daya pancar tertinggi.

4. Pengambilan data berdasarkan fungsi jarak dengan kelipatan 10 meter.

Gambar 4.6 Lokasi Pengukuran RF Power WIFI

40

Data di peroleh dengan menggunakan sofware teraterm pada Laptop melalui kabel USB ke perangkat penerima. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran

NO Jarak Daya Pancar (dB) Daya Terima (dB)

1 10 m 12 -33 perbandingan dengan nilai perhitungan pada rugi rugi free space loss. Kemudian untuk membandingkan hasil pengukuran antara daya pancar dan daya terima dilakukan perhitungan dengan persamaan friis. Pengolahan data hasil pengukuran dilakukan dengan mengunakan MS EXCEL. Kemudian dalam hasil data akan didapat persamaan hasil pengukuran rugi rugi free space loss berdasarkan fungsi

41

jarak. Berdasarkan rumus free space loss, didapatkan data rugi – rugi / redaman dari ruang bebas sebagai berikut :

Jika : sehingga didapat data hasil perhitungan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Perhitungan Rugi Rugi Lintasan

NO Jarak Free space Loss (dB)

1 10 m 60.5

42

Perbandingan rugi-rugi lintasan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Loss

NO Jarak Free space Loss (dB) Loss Pengukuran (dB)

1 10 m 60.5 45

Hasil perbandingan perhitungan loss dan pengukuran Loss pada Tabel 4.3 dapat di tampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Loss Pengukuran dan Loss Perhitungan

60,5 66,07 70,5 72,09 74,02 75,61 76,95 78,11 79,13 80,05

45 50 53 56 61 64 65 67 69 71

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Loss (dB)

Jarak (KM)

Hasil Perhitungan Hasil Pengukuran

43

Perbandingan rugi-rugi lintasan hasil pengukuran dengan jarak Pengukuran ditampilkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Loss Tehadap jarak

Dari Tabel dapat dicari persamaan fungsi dengan memanfaatkan metode trend polynomial pada fungsi excel, sehingga Perkiraan besar loss terhadap perubahan jarak berdasarkan data hasil pengukuran menggunakan alat ukur yg telah dirancang bangun menggunakan rumus pada Persamaan 4.1.

y = -0.1856x2+ 4.872x + 40.45 – k ..………...………(4.1) y = Loss (dB)

x = Jarak (m) k = Faktor Koreksi

Faktor koreksi (k) dari hasil pengukuran dan hasil perhitungan dapat dilakukan dengan mencari persamaan selisih nilai dari hasil pengukuran dengan hasil perhitungan. Selisih pada tiap titik pengukuran diperlihatkan pada Tabel 4.4.

45 50 53 56 61 64 65 67 69 71

y = -0,1856x2+ 4,872x + 40,45

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Loss (dB)

Jarak (KM)

Hasil Pengukuran Poly. (Hasil Pengukuran)

44

Kemudian persamaan faktor koreksi akan di analisa menggunakan sofware excel sehingga didapat grafik persamaan faktor koreksi seperti Gambar 4.7.

Tabel 4.4 Faktor Koreksi

NO Jarak Free space Loss (dB) Loss Pengukuran (dB) Faktor Koreksi

1 10 m 60.5 45 15.5

Gambar 4.9 Grafik Persamaan Faktor koreksi Sehingga didapat faktor koreksi :

k = 0.003x6- 0.1x5+ 1.2989x4- 8.1125x3+ 24.653x2- 33.1x + 30.843

15,5 16,07 17,5

16,09 13,02

11,61 11,95 11,11 10,13 9,05

k = 0.003x6 - 0.1x5 + 1.2989x4 - 8.1125x3 + 24.653x2 - 33.1x + 30.843

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Alat berfungsi dengan baik dalam mengukur daya pancar dan daya terima pada perangkat WIFI dan mampu menampilkan data pada sisi penerima.

2. Daya sinyal RF yang diterima pada propagasi LOS dipengaruhi oleh jarak router ke Node MCU.

3. Berdasarkan hasil pengukuran pada jarak 10 sampai 100 meter, nilai loss terkecil adalah 45 dB pada jarak 10 meter dan nilai loss terbesar adalah 71 dB pada jarak 100 meter.

4. Semakin jauh jarak pengukuran maka nilai daya terima semakin kecil.

5.2 Saran

Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan beberapa pengembangan sebagai berikut :

1. Model propagasi dapat diperluas selain model propagasi line of sight.

2. Pada modul pengukur daya pancar dapat dikembangkan dengan menggunakan perangkat lain selain modul Rx/Tx 433 MHz, misalnya seperti modul gsm.

46

DAFTAR PUSTAKA

[1] Santosa, Iwan (2015). KARAKTERISTIK PROPAGASI DI OUTDOOR BERDASARKAN ANALISIS RSSI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL.Madura :Jurnal Ilmiah NERO.

[2] Handasah,Ummu(2016). ANALISIS PATH LOSS MODEL PROPAGASI DALAM RUANGAN. Medan : Universitas Sumatera Utara.

[3] Goldsmith, A. (2005). WIRELESS COMMUNICATIONS. Cambridge : Cambridge University Press.

[4] Enterprise, J. (2010). Rahasia Menjadi Jago Download. Jakarta: PT Elex Media Computindo.

[5] Taryana, Suryana (2013). Propagasi Gelombang Radio. Bandung : repository UNIKOM.

https://repository.unikom.ac.id/32993/1/ANTENA%20PROPAGASI.pdf.

Diakses :22 januari 2019, 1.41 AM.

[6] Collin. E Robert .(1985). Antennas and Radiowaves Propagation. NewYork:

McGraw-Hill Book Company.

[7] Freeman,Roger.(1998). Telecommunications Transmission Handbook, 4th Edition. NewYork: Wiley.

[8] Nikolova. Friis Transmission Equation and Radar Range Equation.2018.

http://www.ece.mcmaster.ca/faculty/nikolova/antenna_dload/current_lectu res/L06_Friis.pdf. Diakses :22 januari 2019, 1.44 AM.

[9] Handson Tecnology. User Manual V1.2 ESP8266 NodeMCU WiFi Devkit.

Handson Tecnology. Sumber : http://www.handsontec.com/pdf-learn/esp8266-V10.pdf. Diakses :22 januari 2019, 1.53 AM.

47

[10] Mikro Elektron. RF WIRELESS TX & RX MODULE 433MHz.

Https://mikroelectron.com/Product/RF-Wireless-Tx-Rx-Module-433Mhz/.

diakses : selasa, 22 januari 2019, 1.41 AM.

[11] Vishay (2017). LCD-020N004L : VISHAY INTERTECHNOLOGY, INC.

[12] Esistorlectronic Industries Association (2016). Intenational Standard IEC60266 edition 06.Geneva : Intenational Electrotechnical Commision.

48

LAMPIRAN

49

LAMPIRAN 1 SOURCE CODE PROGRAM

#include <LiquidCrystal.h>

#include "ESP8266WiFi.h"

const char* ssid = "HALL 1";

const char* password = "hall1mdn";

const int rs = D7, en = D6, d4 = D5, d5 = D4, d6 = D3, d7 = D2;

LiquidCrystal lcd(rs, en, d4, d5, d6, d7);

int Pemancar = A0;

lcd.print(" TRANSCEIVER POWER ");

lcd.setCursor (0,2);

lcd.print(" 2.4 GHz ");

lcd.setCursor (0,3);

lcd.print(" by ; Francius ");

while (WiFi.status() != WL_CONNECTED) { delay(500);

Serial.print(".");

}

delay (3000);

50

}

void loop() {

dBPemancar = analogRead (Pemancar) ; dBPenerima = WiFi.RSSI();

lcd.print("Daya Pancar : dBm");

lcd.setCursor (13,1);

lcd.print(dBPemancar);

lcd.setCursor (0,2);

lcd.print("Daya Terima : dBm");

lcd.setCursor (13,2);

Dokumen terkait