• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV UPAYA PENGEMBANGAN DANAU AIR PANAS LINTING

4.5 Respon Masyarakat Terhadap Dampak Pariwisata

Menurut Pitana, I Gde (2009:209) seiring meningkatnya aktivitas pariwisata di suatu kawasan maka penduduk di kawasan tersebut akan bereaksi terhadap wisatawan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Euporia

Masyarakat lokal mendukung pembangunan pariwisata, dan umumnya masyarakat mengharapkan dan memperkirakan akan mendapatkan pekerjaan baru, peningkatan pendapatan. Pada tahap ini hanya sedikit warga yang menentang pariwisata. Tahapan ini cenderung terjadi ketika kondisi ekonomi lokal mengalami stagnasi dan pariwisata dipandang sebagai sektor yang menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi. Atau adanya pengangguran akibat penurunan aktivitas ekonomi lokal sehingga pariwisata di pandang dapat mengatasi masalah ini. Dukungan pada tahapan ini lebih terfokus pada sisi ekonomi dan kurang memperhitungkan dampak sosial budayanya.

2. Aphaty

Pertumbuhan pariwisata mulai mengalami penurunan. Pariwisata yang telah diterima sebagai sektor yang telah memacu pertumbuhan ekonomi kawasan tidak lagi dianggap sebagai yang paling utama. Struktur sosial kawasan mulai mengalami perubahan oleh kedatangan orang baru yang mencari pekerjaan, peranan keluarga mengalami perubahan karena anggota keluarganya bekerja di sektor pariwisata. Keajaiban pariwisata untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat mulai tidak dapat dirasakan masyarakat secara keseluruhan tetapi hanya menguntungkan sebagian warga saja. Mulai tumbuh rasa apatis akan keberadaan pariwisata.

3. Irritation

Jika tahapan pengembangan pariwisata terus berlanjut, tahapan iritasi sosial mungki terjadi. Saat ini perkembangan pariwisata mulai lagi tidak sesuai perencanaan awal dan mulai meluas ke area yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Masyarakat lokal mulai berbagi tempat rekreasi yang mereka miliki. Harga makanan naik lebih cepat dari kenaikan pendapatan. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan obyek wisata tidak lagi menarik sehingga kunjungan wisatawan menurun. Hal ini selanjutnya berakibat kelebihan fasilitas yang tersedia tetapi kekurangan wisatawan. Akibatnya penurunan aktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam tahap iritasi ini dampak sosial dan lingkungan mulai mendapat perhatian.

4. Antagonism

Masyarakat lokal mulai menyalahkan wisatawan atas perubahan yeng terjadi di tempat mereka. Ada kecenderungan wisatawan yang datang selama masa euphoria telah tergantikan oleh wisatawan baru yang kurang menghargai kearifan lokal tetapi terfokus pada ketertarikan faktor fisik alam. Masyarakat lokal menunjukkkan sikap antaginisme. Misalnya melalui media massa mengenai perilaku wisatawan. Jika tidak ada solusi mungkin saja masyarakat akan bertindak lebih agresif jika masyarakat menganggap pariwisata sama sekali tidak memberi manfaat seperti penyerapan tenaga kerja lokal.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pariwisata di suatu daerah tidak akan berkembang secara optimal apabila tidak adanya kesinambungan antar pengembangan suatu obyek wisata dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Obyek wisata Danau Air Panas Linting adalah suatu obyek wisata yang sungguh menarik dan memiliki potensi yang baik sebagai obyek wisata. Namun di satu sisi belum adanya perhatian khusus dari pemeritah maupun dari masyarakat setempat untuk membangun, mengembangkan, melestarikan, dan memperkenalkan Danau Air Panas Linting sebagai Obyek Wisata yang memiliki daya tarik. Oleh sebab itu perlu adanya usaha dan kerja keras untuk mengupayakan Danau Air Panas Linting sebagai salah satu obyek wisata yang berpotensi.

Selain itu perlu diketahui bahwa berhasil atau tidaknya upaya pengembangan suatu daerah atau obyek wisata diukur dengan banyak atau tidaknya jumlah wisatawan yang datang ke daerah atau obyek wisata tersebut. Untuk menarik minat wisatawan agar mau berkunjung ke suatu obyek wisata maka kebutuhan dan selera wisatawan harus dipenuhi. Oleh sebab itu persiapan atas jasa dan produk harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan wisatawan.

5.2 Saran

Sesuai dengan analisis dan simpulan yang tersebut diatas sebelumnya, ada beberapa saran yang sebaiknya dilakukan untuk mengembangkan Danau Air Panas Linting sebagai salah satu obyek wisata yang menarik meliputi:

1. Pembangunan jalan serta perbaikan jalan menuju Danau Air Panas Linting.

2. Penyediaan akomodasi, selain dibangunnya jalan sebagai sarana penghubung, sarana akomodasi juga harus tersedia di kawasan obyek wisata. Penyediaan akomodasi dapat berupa fasilitas untuk beristirahat apabila wisatawan lelah, toilet yang bersih, adanya fasilitas makan dan minum, serta harus diusahakan petugas keamanan yang berjaga-jaga di sekitar obyek wisata.

3. Pelatihan dan sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat setempat. Dengan adanya sosialisasi sadar wisata pada masyarakat maka masyarakat setempat akan lebih tahu akan pentingnya menjaga dan melestarikan obyek wisata khususnya Danau Air Panas Linting, sehingga mereka dapat mengelola obyek wisata tersebut secara optimal. Selain itu pelatihan kepada masyarakat setempat juga sebaiknya dilakukan, misalnya dengan mengadakan pelatihan berbahasa asing, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memahami wisatawan khususnya wisatawan asing.

4. Promosi pariwisata dapat dilakukan untuk memperkenalkan suatu obyek wisata. Misalnya membuat brosur, billboard, atau sebagainya guna memperkenalkan obyek wisata kepada orang lain. Semakin gencarnya promosi yang dilakukan maka semakin mudah wistawan mengetahui obyek wisata tersebut. Promosi melalui media internet juga bisa dilakukan.

5. Dibentuknya lembaga kepariwisataan di kawasan obyek wisata. Misalnya di desa Sibunga-Bunga dibentuk agen perjalanan, atau biro perjalanan wisata yang dalam pelaksanaannya menjual paket wisata untuk mengunjungi Danau Air Panas Linting. Dengan demikian secara tidak langsung Danau Air Panas Linting diperkenalkan kepada wisatawan. Sumber daya manusia yang bergerak di lembaga kepariwisataan ini haruslah yang profesional, sehingga mengetahui secara pasti bagaimana keadaan Danau Air Panas Linting.

DAFTAR PUSTAKA

Djoeli, Hazed, 2001. Guiding Technique, Medan.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan, Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: Universitas indonesia (UI-Press).

Pitana, I Gde 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Sun Printing

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Yoety, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa. www.hariansib.com

Dokumen terkait