• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

2. Respon Pertumbuhan dan Serapan Hara Jagung setelah masa akhir generatif

Pengaruh dari pengaplikasian kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum terhadap Respon Pertumbuhan dan Serapan Hara Jagung setelah masa akhir generatif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Respon Pertumbuhan dan Serapan Hara jagung setelah masa akhir generatif

Perlakuan Berat Kering Tongkol (g) Berat Kering Akar (g) Berat Kering Tajuk (g) Serapan-P (mg/tanaman) TdW0 7.50 3.10 17.93 141.67 TdW1 8.39 6.40 39.27 195.33 TdW2 34.53 14.60 49.88 195.00 CoW0 6.47 3.13 15.87 156.67 CoW1 11.47 8.47 26.53 176.67 CoW2 14.07 11.47 44.13 249.00 TdCoW0 21.10 9.40 31.73 138.67 TdCoW1 21.87 13.80 33.73 139.33 TdCoW2 29.40 15.00 50.67 188.00

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata berdasarkan nilai Berat kering tajuk dan berbeda nyata pada parameter Serapan-P, Berat kering akar dan Berat kering tongkol.

Setelah didapatkan hasil dari analisis sidik ragam, kemudian dilakukan uji kontras (linier ortogonal) untuk membandingkan setiap perlakuan dan mengetahui pengaruh nya terhadap respon pertumbuhan dan serapan-P. Dan hasil pembandingan signifikansi sifat kimia pada setiap perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pembandingan Signifikansi Respon Pertumbuhan dan Serapan Hara Pembandingan Signifikansi BK-Tongkol BK-Akar BK-Tajuk Serapan-P

kontrol vs semua perlakuan tn tn tn tn

T vs C tn tn * ** T,C vs T+C tn * tn tn TdW0 vs TdW1-TdW2 ** tn tn tn TdW1 vs TdW2 tn tn ** ** CoW0 vs CoW1-CoW2 tn ** ** tn CoW1 vs CoW2 tn tn tn ** TdCoW0 vs TdCoW1-TdCoW2 tn tn tn ** TdCoW1 vs TdCoW2 tn tn * tn

Keterangan: * = berbeda nyata, ** = berbeda sangat nyata, tn = tidak berbeda nyata

Dilihat dari Tabel 7 dan 8 pada pembandingan kontrol vs semua perlakuan, diketahui bahwa berat kering tongkol, berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan hara pada kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan semua perlakuan jagung pada akhir masa vegetatif. pada perbandingan T vs C, diketahui bahwa serapan hara T sangat berbeda nyata dibandingkan C, dan juga berbeda nyata untuk nilai berat kering tajuk, namun

pada berat kering tongkol dan berat kering akar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pembandingan T,C vs T+C, diketahui bahwa berat kering akar T, berbeda nyata dibandingkan T+C, namun pada berat kering tongkol, berat kering tajuk dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pembandingan TdW0 vs TdW1-TdW2, diketahui bahwa berat berat kering tongkol TdW0 (Kompos T. diversifolia (20 ton/Ha) (0 hr Pengomposan) sangat berbeda nyata dibandingkan TdW1-TdW2, namun pada berat kering akar dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pembandingan TdW1 vs TdW2, diketahui bahwa berat kering tajuk dan serapan hara TdW1 (Kompos T. diversifolia ( 20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) sangat berbeda nyata dibandingkan TdW2 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan), namun pada berat kering tongkol dan berat kering akar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Dilihat pembandingan CoW0 vs CoW1-CoW2, diketahui bahwa berat kering akar dan berat kering tajuk CoW0 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (0 hr Pengomposan) sangat berbeda nyata dibandingkan CoW1-CoW2, namun pada berat kering tongkol dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pembandingan CoW1 vs CoW2, diketahui bahwa berat serapan hara CoW1 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) sangat berbeda nyata dibandingkan CoW2 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan), namun pada berat kering tongkol, berat kering tajuk dan berat kering akar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pembandingan TdCoW0 vs TdCoW1-TdCoW2, diketahui bahwa berat berat kering tajuk TdCoW0 (Kompos T. diversifolia dicampur C. odorata (20 ton/Ha) (0 hr Pengomposan) berbeda nyata dibandingkan TdCoW1-TdCoW2, namun pada berat kering

tongkol, berat kering akar dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Pembahasan 1. Sifat Kimia dan Biologi Tanah

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma

harzianum dapat memperbaiki beberapa sifat kimia dan biologi tanah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai beberapa sifat kimia dan biologi tanah yang diaplikasikan kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum lebih baik dibandingkan dengan tanpa kompos T. diversifolia dan C. odorata (kontrol).

Pengaplikasian kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum dapat meningkatkan nilai pH tanah, C-organik tanah, P-tersedia tanah, serta jumlah mikroorganisme (MPN), hal itu dikarenakan kompos T. diversifolia dan C. odorata merupakan pupuk organik yang mengandung banyak potensial hara. Proses pengomposan dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum sehingga proses pengomposan lebih cepat dan lebih berpotensi bagi ketersesediaan hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubandono (2000) yang menyatakan Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Hartatik (2007) menambahkan Pupuk organik berupa kompos Tithonia diversifolia

merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di tanah-tanah terlantar, namun mengandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K : 3.5%, 0.38% dan 4.1% yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P tanah. Menurut literatur Wikimedia Fondation (2006), pemberian Trichoderma harzianum pada pengomposan Chromolaena odorata menghasilkan ketersediaan N lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan bioaktivator yang diberikan oleh kompos lainnya. Dan pengaruh jenis bioaktivator dan bahan pengaya nyata terhadap pH. Ditambahkan Pratama (2009) aplikasi kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata terhadap pH, C-organik, P-tersedia tanaman jagung serta berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan serapan-p jagung pada masa akhir vegetatif, hal ini dikarenakan kompos Tithonia diversifolia dapat mencukupi hara esensial untuk ketersediaan hara dan pertumbuhan tanaman jagung.

a. pH Tanah

Interaksi Aplikasi pH tanah pada perlakuan kompos T. diversifolia (Td) memiliki nilai tertinggi, pada perlakuan kompos T. diversifolia (Td), C. odorata (Co) dapat dilihat semakin lama proses pengomposan (waktu) semakin meningkatkan P-tersedia Tanah, tetapi pada perlakuan dan kombinasi kompos T. diversifolia dan C. odorata (TdCo) pada minggu ke 4 mengalami penurunan (6.78 dan 6.21). Hal ini disebabkan kombinasi kompos T. diversifolia dan C. odorata (TdCo) menghasilkan asam-asam organik yang dapat mengikat sumber kemasaman seperti Al, Fe sehingga mengurangi kemasaman tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan

asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman.

b. P-tersedia

Interaksi Aplikasi kompos P-tersedia pada kombinasi kompos T. diversifolia dan C. odorata (TdCo) memiliki nilai tertinggi, pada perlakuan kompos C. odorata (Co) dan kombinasi kompos T. diversifolia dan C. odorata (TdCo) dapat dilihat semakin lama proses pengomposan (waktu) semakin meningkatkan P-tersedia Tanah, tetapi pada perlakuan kompos T. diversifolia (Td) pada minggu ke 4 mengalami penurunan 24.31 ppm dan (Rendah) 9.07 ppm (Rendah). Hal ini disebabkan kompos menghasilkan asam-asam organik yang dapat mengikat Al sehingga P menjadi tersedia. Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga pengikatan P dikurangi dan P akan lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P diikat oleh hidroksida-hidroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan bereaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks.

Pada pembandingan T vs C, diketahui bahwa nilai pH, C-organik, P-tersedia, N-total, C/N dan MPN, kompos T. diversifolia tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan ini menunjukkan aplikasi kompos T. diversifolia dibandingkan kompos C. odorata menunjukkan pengaruh yang sama apabila diaplikasikan pada tanah. Hal ini disebabkan kompos T. diversifolia mempunyai kandungan hara P-tersedia yang cukup untuk tanaman dan kompos C. odorata mempunyai kandungan N dan K untuk tanaman. Menurut pernyataan

Wanjau, dkk (2002) daun T. diversifolia berkonsentrasi fosfor luar biasa besar (0.27-0.38% P). kosentrasi tersebut lebih tinggi daripada tingkat yang ditemukan

pada tumbuhan polong kira-kira sebesar 0.15-0.20% fosfor dan pernyataan Suntoro et al, (2001) biomassa gulma ini mempunyai kandungan hara cukup

tinggi (2.65% N, 0.53% P dan 1.9% K).

Pada pembandingan T, C vs T+C, diketahui bahwa nilai C-organik dan MPN yang diaplikasikan dengan perlakuan kompos T. diversifolia, kompos C. odorata menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan perlakuan T+C dari hasil ini dapat disimpulkan aplikasi kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum secara terpisah lebih baik daripada pengaplikasian secara bersamaan.

Pada pembandingan TdW0 vs TdW1-TdW2, diketahui bahwa nilai pH, C-organik, P-tersedia, N-total dan C/N TdW0 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap TdW1-TdW2, tetapi menunjukkan nilai yang lebih baik pada MPN sama seperti Pada pembandingan TdCoW0 vs TdCoW1-TdCoW2 dan CoW0 vs CoW1-CoW2 dikarenakan 0 hari pengomposan masih banyak terdapat mikoorganisme yang aktif dalam menguraikan kompos dibandingkan dengan yang sudah 14 dan 28 hari hal ini sesuai dengan pernyataan Saraswati (2006) yang menyatakan mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan didekomposisikan oleh organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri.

Pada pembandingan TdW1 vs TdW2, diketahui bahwa nilai pH dan C-organik pada TdW1 (Kompos T. diversifolia (20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan TdW2 (Kompos T.

diversifolia (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan). Hal ini disebabkan kandungan Bahan organik yang masih tinggi pada awal pengomposan serta aktifitas mikoorganisme yang masih berlangsung sehingga berpotensi menyediakan hara hal ini sesuai dengan pernyataan anonimous (2008) Pengaplikasian kompos dengan perbedaan umur kompos dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme tanah hal ini dikarenakan pemberian Trichoderma harzianum dan aktifitas mikroorganisme tersebut masih berlangsung untuk mendekomposisi bahan organik karena didalamnya terus terjadi penambahan sumber makanan untuk mikroorganisme.

Pada pembandingan CoW1 vs CoW2, diketahui bahwa nilai N-total pada C0W1 (kompos C. odorata (20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan (lebih rendah) di bandingkan dengan CoW2. Sedangkan untuk nilai MPN, C0W1 menunjukkan nilai (lebih tinggi) di bandingkan dengan CoW2 (kompos C. odorata (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan). Hal ini di karenakan pada aktivitas mikroorganisme dengan waktu pengomposan yang berbeda dan penyediaan hara juga berbeda sesuai dengan tingkat dekomposisi, sesuai dengan pernyataan Wikimedia Fondation (2006). Pemberian Trichoderma harzianum pada pengomposan Chromolaena odorata dengan diberikan kronotriko menghasilkan ketersediaan N lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan bioaktivator yang diberikan oleh kompos lainnya yang sesuai dengan lama waktu pengomposan.

Pada pembandingan TdCoW1 vs TdCoW2, diketahui bahwa nilai P-tersedia dan N-total pada TdCoW1 (Kompos T. diversifolia dicampur C. odorata (20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan

dibandingkan TdC0W2 (Kompos T. diversifolia dicampur C. odorata (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan). Sedangkan pada nilai pH, C-organik, C/N dan MPN tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan kompos T. diversifolia yang dicampur dengan C. ordorata telah mengalami proses dekomposisi dengan bantuan mikroorganisme sehingga potensi hara seperti P akan tersedia bagi tanah hal ini sesuai dengan literatur Pratama (2009) aplikasi kompos T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap pH, C-organik, P-tersedia tanaman jagung serta berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan serapan-p jagung pada masa akhir vegetatif, hal ini dikarenakan kompos T. diversifolia dapat mencukupi hara esensial untuk ketersediaan hara dan pertumbuhan tanaman jagung.

2. Respon Pertumbuhan dan Serapan Hara Jagung setelah masa akhir generatif

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum tidak menunjukkan peningkatan pertumbuhan serta serapan hara setelah akhir masa vegetatif dibandingkan tanpa pengaplikasian kompos T. diversifolia dan C. odorata (kontrol).

Pengaplikasian kompos T. diversifolia dan C. odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum pada Andisol untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung tidak meningkatkan berat kering tongkol, berat kering akar, berat kering tajuk serta serapan-P hal ini dikarenakan unsur hara yang tersedia bagi tanaman kurang mencukupi untuk tanaman mencapai pertumbuhan optimum dengan karakteristik tanah andisol yang sering

mengalami kekahatan P walaupun kadar P-totalnya tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Soil Survei Staff (1998) yang menyatakan kandungan bahan amorf yang tinggi menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat tinggi. Jerapan maksimum lapisan atas tanah Andisol paling tinggi dibandingkan tanah lainnya, seperti: Inceptisol, Ultisol, dan Oxisol. Akibatnya tanaman sering mengalami kekahatan P walaupun kadar P total di tanah ini tinggi sehingga tanaman memerlukan P dalam jumlah banyak untuk mencapai pertumbuhan optimum.

Pada pembandingan T vs C, diketahui bahwa serapan-P dan berat kering tajuk T menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap C. Aplikasi kompos T lebih baik dari kompos C untuk parameter serapan-P dan berat kering tajuk. Dan pembandingan T,C vs T+C, diketahui bahwa berat kering akar T,C menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan T+C, hal ini menunjukkan aplikasi kompos T.diversifolia dan C. ordorata lebih baik diaplikasi secara bersama-sama dari pada secara terpisah, juga pada pembandingan TdW0 vs TdW1-TdW2, diketahui bahwa berat berat kering tongkol TdW0 (Kompos T. diversifolia (20 ton/Ha) (0 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan TdW1-TdW2, namun pada berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini menunjukkan lama pengomposan mempengaruhi ketersediaan hara yang berimbas ke pertumbuhan dan produksi tanaman hal ini sesuai dengan literatur Saraswati (2006) yang menyatakan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif lama (3-4 bulan), bahan akhir yang terbentuk berupa hara-hara yang tersedia bagi tanah dan tanaman.

Pembandingan TdW1 vs TdW2, diketahui bahwa berat kering tajuk dan serapan hara TdW1 (Kompos T. diversifolia (20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap TdW2 (Kompos T. diversifolia (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan), namun pada berat kering tongkol dan berat kering akar tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini menunjukkan potensi hara yang dibutuhkan tanaman dipengaruhi oleh lamanya proses pengomposan kompos T. diversifolia dan juga kandungan kompos itu sendiri dalam hal ini kompos T. diversifolia mengandung hara yang cukup untuk tanaman, sesuai dengan pernyataan Pratama (2009) yang menyatakan kompos Tithonia diversifolia dapat mencukupi hara esensial untuk ketersediaan hara dan pertumbuhan tanaman jagung dan pembandingan CoW0 vs CoW1-CoW2, diketahui bahwa berat kering akar dan berat kering tajuk CoW0 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (0 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan CoW1 dan CoW2, namun pada berat kering tongkol dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini disebabkan waktu pengomposan yang masih belum selesai sehingga pelepasan hara yang menunjang kehidupan tanaman tidak tersedia hal ini sesuai dengan pernyataan Saraswati (2006) yang menyatakan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif lama (3-4 bulan), bahan akhir yang terbentuk berupa hara-hara yang tersedia bagi tanah dan tanaman.

Selain itu pembandingan CoW1 vs CoW2, diketahui bahwa berat serapan hara CoW1 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (14 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan CoW2 (Kompos C. odorata (20 ton/Ha) (28 hr Pengomposan), namun pada berat kering tongkol, berat kering tajuk dan

berat kering akar tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini disebabkan waktu pengomposan yang masih belum selesai sehingga pelepasan hara yang menunjang kehidupan tanaman tidak tersedia hal ini sesuai dengan pernyataan Saraswati (2006) yang menyatakan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif lama (3-4 bulan), bahan akhir yang terbentuk berupa hara-hara yang tersedia bagi tanah dan tanaman. Pembandingan TdCoW0 vs TdCoW1-TdCoW2, diketahui bahwa berat berat kering tajuk TdCoW0 (Kompos T. diversifolia dicampur C. odorata (20 ton/Ha) (0 hr Pengomposan) menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan TdCoW1-TdCoW2, namun pada berat kering tongkol, berat kering akar dan serapan hara tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini menunjukkan aplikasi kompos secara bersamaan lebih baik dari pada secara terpisah.

Dokumen terkait