BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.2 DASAR TEORI
2.2.3 Respon Struktur pada Gelombang Reguler
B. Momen Gelombang Orde-2
Momen gelombang orde-2 dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
πΜ = β β¬ π. (πβ²π Μ Γ πΜ ).ππ (2-52)
Penurunan persamaan untuk mendapatkan momen dilakukan dengan metode yang sama untuk mendapatkan persamaan gaya gelombang orde-2 sehingga persamaan akhir momen gelombang orde-2 dapat dituliskan sebagai
πΜ (2) = β β«ππΏ12ππππ(1)2. (π₯Μ Γ πΜ ) . ππ + πΌ(1)Γ (πΌ. πΌΜ Μ(1)) +
β β¬ {βπ0 12πββΜ π(1)β2β πππ‘(2)β π (πΜ (1). βΜ ππ‘(1))} . (π₯Μ Γ πΜ ) . ππ +
β β¬ βππππ0 3(2). (π₯Μ Γ πΜ ) . ππ (2-53)
2.2.3 Respon Struktur pada Gelombang Reguler
Struktur apung pada gelombang reguler jika ditinjau dari permasalahan hidrodinamisnya terdiri dari dua bagian : gaya dan momen yang berosilasi pada kondisi air tenang dan gaya dan momen struktur yang berosilasi akibat eksitasi gelombang, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-3.
Gambar 2-3 Permasalahan hidrodinamika : gaya dan momen struktur yang berosilasi akibat eksitasi gelombang (kiri), gaya dan momen yang berosilasi pada air tenang (tengah) dan gabungan
dari-2nya (kanan). (Faltinsen, 1990)
2.2.3.1 Gaya dan Momen Struktur yang Berosilasi pada Kondisi Still Water Struktur bangunan apung yang berosilasi terhadap dirinya sendiri akan mempengaruhi fluida di sekelilingnya dan interaksi fluida yang terpengaruh akan menghasilkan gaya dan momen yang bekerja pada struktur. Total gaya pada
22
struktur didapatkan dari hasil integrasi tekanan yang mengenai luasan permukaan struktur yang dikenainya. Berdasarkan persamaan gerak, koefisien massa tambah dan redaman (damping) pada gerakan harmonik dapat ditentukan. Gaya pengembali dan momen dapat dihitung berdasarkan perhitungan hidrostatis dan massa.
Struktur apung yang berosilasi pada kondisi air tenang akan menghasilkan gaya inersia yang berkorelasi dengan percepatan gerakan, gaya redaman berkorelasi dengan kecepatan gerakan dan gaya pengembali berkorelasi dengan perpindahan gerakan. Gaya-gaya tersebut jika diformulasikan ke dalam persamaan gerak akan menjadi :
(π + π΄)πΜ + π΅πΜ + πΆπ = 0 (2-54)
dengan,
M = massa struktur (generalized mass) A = massa tambah (added mass) B = koefisien redaman (redaman) C = koefisien pengembali (restoring)
2.2.3.2 Gaya dan Momen Struktur yang Berosilasi akibat Eksitasi Gelombang
Pada kondisi ini dijelaskan behwa struktur apung berosilasi akibat eksitasi gelombang. Gaya dan momen yang bekerja dikenal dengan gaya dan momen Froude-Kriloff dan difraksi. Gaya Froude-Kriloff dihasilkan dari area yang dikenai tekanan yang tidak terganggu pola alirannya (undisturbed). Sedangkan gaya difraksi diperoleh dari perubahan area yang dikenai tekanan yang terganggu pola alirannya akibat difraksi. Gaya eksitasi gelombang secara umum diformulasikan sebagai :
πΉπβππ€ππ‘ = πππ ππ‘ππ π πππ¦π πππ ππ‘ππ π πππππππππ (2-55)
2.2.3.3 Periode Natural Struktur Tertambat (Tanker Tertambat)
Periode natural struktur tertambat, berupa kapal tanker yang tertambat menurut standar DNV RP F205 (2010) ditunjukkan pada Tabel 2-1.
23
Tabel 2-1 Periode natural tanker tertambat (DNV, 2010)
Gerakan Surge Sway Heave Roll Pitch Yaw
Periode
natural >100 s >100 s 5 β 12 s 5 β 30 s 5 β 12 s >100 s Berdasarkan tabel 2-1 ditunjukkan bahwa gerakan vertikal yang terdiri dari
heave, roll dan pitch memiliki periode natural sekitar 5 β 30 detik yang bersesuaian dengan frekuensi gelombang orde-1(3 β 20 detik). Sedangkan gerakan horizontal :
surge, sway dan yaw memiliki periode cenderung panjang yang bersesuaian dengan frekuensi gelombang orde-2, low frequency wave. Meninjau tabel tersebut dapat disimpulkan juga bahwa gerakan dalam rentang frekuensi tinggi tidak cukup signifikan dalam kasus tanker tertambat karena periode natural gerakannya tidak ada yang menyerupai periode gelombang frekuensi tinggi (high-frequency wave), yang berkisar antara 2 β 4 detik.
2.2.3.4 Response Amplitude Operator (RAO)
Persamaan gerak gabungan dari-2 kondisi permasalahan hidrodinamika yang telah dijelaskan sebelumnya menghasilkan total persamaan gerak sebagai berikut :
(π + π΄)πΜ + π΅πΜ + πΆπ = πΉπβππ€ππ‘ (2-56)
dengan mendefinisikan :
π = π0sin (ππ‘ β π) (2-57)
Sehingga didapatkan :
β(π + π΄)π2π0sin (ππ‘ β π) + π΅ππ0cos (ππ‘ β π) + πΆπ0sin (ππ‘ β π) =
πΉπβππ€ππ‘ (2-58)
Karena persamaan tersebut harus berlaku untuk semua harga t, dengan pertimbangan bahwa-2nya saling berkorelasi ortoginal, maka suku sin ππ‘ dan cos ππ‘ dapat diambil sama dengan nol (Djatmiko,2012 ), sehingga persamaan 2-58 menjadi :
24 dan
(π + π΄)π2π0sin π + π΅ππ0cos π + πΆπ0sin π = 0 (2-60)
Penyelesaian-2 persamaan ini untuk π0 memberikan :
π0 = β[{πΆβ(π+π΄)ππΉπβππ€ππ‘2}2+(π΅π)2] (2-61)
Dalam hal ini amplitudo gaya eksitasi πΉπβππ€ππ‘, kekakuan πΆ dan massa (π + π΄) memiliki harga tetap, sehingga intensitas amplitudo respon gerakan π0 bervariasi bergantung pada nilai redaman π΅ dan frekuensinya π. Jika dalam hal ini nilai redaman π΅ diasumsikan tetap, maka amplitudo respon gerakan hanya dipengaruhi oleh frekuensinya.
Jika sistem tersebut dikenai gaya statis searah dengan sumbu vertikal, maka sistem tersebut akan terdefleksi searah sumbu vertikal ππ yang memiliki harga :
ππ = πΉπβππ€ππ‘πΆ (2-62) Dengan memperhatikan hubungan persamaan 2-62 dan juga persamaan frekuensi alami ππ = βπΆ/(π + π΄), faktor redaman π΅π= π΅/π΅π dengan π΅π = 2(π + π΄)ππ persamaan 2-61 dapat dituliskan kembali menjadi :
π0 ππ = πΉπβππ€ππ‘/πΆ β{1β((πππ)) 2 } 2 +{2π΅π(π πβ )}π 2 (2-63)
Persamaan 2-63 dikenal dengan transfer function atau Response Amplitude Operator (RAO). RAO merupakan fungsi respon gerakan dinamis struktur yang disebabkan oleh gelombang dengan rentang frekuensi tertentu. RAO merupakan alat untuk mentransfer gaya gelombang menjadi respon gerakan dinamis struktur. RAO dapat diilustrasikan sebagai grafik perbandingan amplitudo respon dengan amplitudo gelombang terhadap frekuensi gelombang, seperti terlihat pada Gambar 2-4. Berdasarkan gambar tersebut ditunjukkan kurva RAO heave pada sebuah silinder tercelup. Kurva RAO memiliki bagian-bagian yang dipengaruhi oleh komponen kekakuan, redaman dan massa. Meninjau pada Gambar 2-4 bagian-bagian RAO terdiri dari tiga daerah, yaitu :
25 1. Daerah frekuensi rendah, π2 βͺ π/(π + π), dengan gerakan heave yang didominasi oleh komponen kekauan. Pada daerah ini gerakan silinder mengikuti pergerakan gelombang dengan semakin rendahnya frekuensi, sehingga rasio amplitudo gerakan heave dengan amplitudo gelombang bernilai 1,00 dan sudut fasenya cenderung bernilai 0. Pada daerah frekuensi rendah, panjang gelombang terlalu panjang jika dibandingkan dengan panjang struktur (diameter silinder), sehingga silinder akan mengikuti pergerakan gelombang.
2. Daerah frekuensi alami, π2 β π/(π + π), dengan gerakan heave yang didominasi oleh komponen redaman. Pada daerah ini terjadi resonansi gerakan sehingga gerakan mengalami magnifikasi karena kecilnya redaman. Sudut fase sebesar β π terjadi pada daerah ini dan pergantiannya cukup curam.
3. Daerah frekuensi tinggi, π2 β« π/(π + π), dengan gerakan heave
didominasi oleh komponen massa. Pada daerah ini pergerakan gelombang kehilangan pengaruhnya terhadap struktur (silinder). Semakin tinggi frekuensinya maka semakin rapat antara puncak gelombang yang bersebelahan, sehingga seolah-olah struktur bergerak pada air yang relatif datar.
26
2.2.3.5 Quadratic Transfer Function (QTF)
Dalam pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa persamaan gaya dan momen akibat gelombang orde-2 low frequency didapatkan dari metode pengintegralan langsung dari komponeb tekanan orde-2 yang bekerja pada elemen permukaan struktur tercelup. Tetapi penyelesaian tersebut relatif sulit untuk diaplikasikan pada penyelesaian numerik. Dalam bab ini akan dijelaskan penyelesaian gaya dan momen akibat gelombang orde-2 low frequency yang relatif lebih mudah untuk diaplikasikan pada perhitungan numerik, yaitu sebagai
Quadratic Transfer Function (QTF). QTF ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan dinamis dalam ranah frekuensi (frequency domain) maupun dalam ranah waktu (time domain).
Komponen QTF, transfer function pada orde-2 yang bergantung pada komponen-komponen orde-1 didapatkan dengan metode komputasi berdasarkan konsep teori potensial 3 dimensi linier. Pengaruh dari potensial orde-2 dihitung berdasarkan metode yang sama dengan potensial orde-1.
Dalam pembahasan ini, QTF total dibagi berdasarkan komponen pembentuk yang menyusunnya (Pinkster,1980), yaitu :
1. Elevasi gelombang relatif orde-1
β12ππ β« πππΏ π(1)2. πΜ . ππ (2.64)
2. Penurunan tekanan akibat kecepatan orde-1
β β¬ βπ0 12π|βΜ π(1)|2. πΜ . ππ (2-65)
3. Tekanan akibat produk kemiringan tekanan orde-1 dan gerakan orde-1
β β¬ βπ (πΜ π0 (1). βΜ ππ‘(1)) . πΜ . ππ (2-66)
4. Pengaruh akibat produk gerakan rotasional orde-1 dan gaya inersia
πΌΜ (1)Γ (π. πΜ Μπ(1)) (2-67)
5. Pengaruh akibat potensial orde-2
27 Metode yang digunakan untuk mendapatkan QTF gaya yang bergantung pada komponen orde-1 (1, 2, 3 dan 4) yaitu dengan mempertimbangkan bagian gaya
low frequency dari komponen longitudinal struktur terhadap elevasi gelombang relatif :
πΉ1(2)= πΉ1(2)(π‘) = β β«ππΏ12ππππ(1)2(π‘, π). π1(π).ππ (2-69) dengan,
ππ(1)(π‘, π) = elevasi gelombang relatif pada titik βlβ sepanjang garis air dalam fungsi waktu
π1(π) = jarak panjang elemen dl pada arah longitudinal
Elevasi gelombang reguler dengan komponen orde-1 dapat dituliskan sebagai berikut :
π(1)(π‘) = β ππ π(1). cos(πππ‘ + ππ)
π=1 (2-70)
Elevasi gelombang orde-1 reguler pada kelompok gelombang yang terdiri dari dua gelombang reguler dengan frekuensi dan dapat dituliskan sebagai berikut :
π(1)(π‘) = β π2 π(1). cos(πππ‘ + ππ)
π=1 (2-71)
= π1(1). cos(π1π‘ + π1) + π2(1). cos(π2π‘ + π2) (2-72) Sehingga gaya gelombang orde-2 pada kelompok gelombang tersebut dapat dituliskan sebagai : πΉ(2)= β β2 ππ(1)ππ(1) π=1 2 π=1 πππ. πππ {(ππβ ππ)π‘ + (ππβ ππ)} + β β2 ππ(1)ππ(1)πππ. π ππ{(ππ β ππ)π‘ + (ππ β ππ)} π=1 2 π=1 (2-73) = π1(1)2π11 + π2(1)2π22 + π1(1)π2(1)(π12+ π21) . πππ {(ππ β ππ)π‘ + (ππβ ππ)} + π1(1)π2(1)(π12+ π21) . π ππ{(ππ β ππ)π‘ + (ππ β ππ)} (2-74)
dengan P dan Q merupakan komponen in-phase dan out-phase dari transfer function dalam fungsi waktu :
πππ = π(ππ,ππ) = β« 14πππβ² ππ(π).
ππΏ πβ²
ππ(π).cos (πππ(π) β πππ(π)) ππ(π).ππΏ (2-75)