• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

3.6. Responden

Agroindustri halal Indonesia memiliki beberapa stakeholders yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pengembangannya. Stakeholders

Agroindustri halal Indonesia antara lain yang berasal dari produsen adalah pemegang saham pada industri-industri besar yang merupakan pemain utama agroindustri halal nasional, pihak manajemen dan karyawan dari perusahaan-perusahan produsen produk halal, baik produk hewani, makanan olahan, obat-obatan, kosmetik dan lainnya, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat konsumen dan pemerhati halal serta, pembeli, pemasok (supplier), pesaing baik dari dalam dan luar negeri, asosiasi perusahaan, perusahaan ekspor impor, Majelis Ulama Indonesia (MUI), lembaga riset serta lembaga auditor halal nasional dan internasional dalam penelitian ini, para pemangku kepentingan yang dijadikan nara sumber berjumlah 34 orang yang mewakili lembaga masing-masing seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Responden Penelitia

No.

n

Responden (Lembaga/Profesi) Jumlah (Orang)

1 Pemerintah 4 2 MUI atau LSM 2 3 Asosiasi Industri 4 4 Industri 11 5 Konsumen Internasional 5 6 Asosiasi UKM 3

7 Perusahaan Importir dan Eksportir 2

8 Akademisi 3

IV. GAMBARAN BISNIS HALAL GLOBAL

4.1. Pasar Halal Dunia

Bisnis dan perdagangan halal mencakup kelompok produk dan jasa sebagai berikut (Dahlan, 2009):

1. Pangan Halal.

Pangan merupakan porsi terbesar dari perdagangan dan bisnis halal saat ini. 2. Produk Non-pangan Halal

Produk non-pangan, saat ini merupakan kategori dengan tingkat pertumbuhan cepat, yang meliputi kosmetik, produk konsumsi, farmasi, kimia, kulit, fashion dan lainnya.

3. Jasa Halal

Jasa halal merupakan bisnis halal yang sedang berkembangan dengan laju yang sangat cepat (booming) yang meliputi pariwisata, spa, hotel, jasa kebugaran dan kesehatan.

4. Sistem Keuangan Halal

Bisnis keuangan halal saat ini tengah menempati fase menantang, yang meliputi jasa perbankan, takaful dan sukuk.

Pasar produk pangan halal yang menjadi porsi bisnis utama di dunia terdapat di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Aljazair, Bahrain, Mesir, Indonesia, Iran, Irak, Yordania, Kuwait, Libanon, Yaman, Malaysia, Maroko, Oman, Qatar, Siria, Arab Saudi, Tunisia, Turki, dan Uni Emirat Arab. Pada negara-negara non-muslim, pasar utama pangan halal dunia terdapat di India (dengan populasi penduduk muslim sekitar 140 juta jiwa), Perancis (6 juta penduduk muslim), Republik Rakyat Cina (RRC) (40 juta penduduk muslim), Jerman (3 juta penduduk muslim), Amerika Serikat (8 juta penduduk muslim), Inggris (1,5 juta penduduk muslim), Filipina (6 juta penduduk

muslim), dan Kanada (0,8 juta penduduk muslim),

Di wilayah Asia, negara-negara Asia Tenggara (khususnya Indonesia, Thailand, Brunei Darusalam, dan Singapura), Asia Selatan (Pakistan, India, dan Bangladesh) serta RRC merupakan pasar berpotensi dan menjanjikan untuk produk dan jasa halal. Berdasarkan jumlah penduduk muslim yang besar dan nilai

pasar pangannya, Asia merupakan pasar pangan halal terbesar dunia. Pasar pangan halal yang cukup besar lainnya adalah Afrika dan Eropa. Perkiraan ukuran pasar pangan halal dunia diperlihatkan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Perkiraan Optimistik Ukuran Pasar Halal Tahunan (Hashim, 2008). Negara

Populasi

(Juta Jiwa) Pengeluaran Untuk Pangan (US$ per kapita)

Besar Pasar (Juta US$) Total Muslim Total 6475,4 1565,3 N.A1 547,409 Asia 8921 1043,7 350 365,299 Indonesia 221,9 195,3 347 67,769 Asia Barat 213.9 195,3 572 111,712 China 1311.1 39,2 156 6,115 Malaysia 26,1 15,4 381 5,867 Thailand 65 5,9 371 2,189

India 1103,6 154,5 n.a n.a

Pakistan 162,4 157,5 n.a n.a

Bangladesh 144,2 127,5 n.a n.a

Lain-lain 672,8 153,5 n.a n.a

Afrika 906 461,8 200 92,36

Eropa 727,4 51,2 1500 76,8

Amerika Utara 329 6,6 1750 11,55

Amerika Selatan 559 1,6 500 800

Oceania 33 0,4 1500 600

Wilayah Asia, Asia Barat atau Timur Tengah merupakan pasar terbesar bagi perdagangan global produk dan jasa halal. Lebih dari 90 persen penduduk Asia Barat merupakan penduduk muslim. Negara-negara Timur Tengah, terutama anggota TheCooperation Council for the ArabStates of the Gulf (GCC), memiliki pendapatan yang lebih tinggi dari negara-negara lainnya sehingga rata-rata konsumsi per kapita juga lebih tinggi. Impor bahan baku untuk industri pangan di negara-negara Timur Tengah dilakukan karena kurangnya volume hasil pertanian serta terbatasnya kinerja Badan Sertifikasi halal Domestik (ICO, 2009). Pada Gambar 21 berikut diperlihatkan wilayah-wilayah yang merupakan negara-negara Islam (Organization of Islamic Country (OIC) yang merupkan captive market

Keterangan : Warna hijau merupakan negara anggota OIC.

Gambar 21. Negara-negara Konferensi Islam (Hashim, 2008))

Selain di negara-negara Islam seperti yang digambarkan pada Gambar 22 di atas, pasar halal di Eropa juga berkembang dengan cukup signifikan. Jumlah penduduk muslim berjumlah sekitar 50 juta jiwa dengan kemampuan ekonomi yang cukup baik memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap daging halal. Ketertarikan terhadap produk halal juag telah meluas hingga kalangan non-muslim. Perkembangan produk halal di Eropa diindikasikan dengan kesediaan supermarket besar di Eropa mengambil peluang bisnis pada produk halal lain selain daging sapi, ayam, dan kambing.

Produk halal lain yang ditingkatkan penjualannya meliputi produk-produk pangan olahan kemasan, makanan siap saji, makanan ringan, minuman, produk

toileteries, kosmetik dan produk-produk kesehatan.

Kondisi agroindustri halal saat ini diindikasikan dengan membanjirnya hasil pertanian dan hasil pengolahan pertanian impor di pasar Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produksi nasional kemungkinan besar masih kurang dalam memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Pada dasarnya sektor agroindustri halal dan pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem industri yang kuat dan

43 53 52 33 31 32 34 35 30 28 29 38 39 45 37 36 40 41 42 25 26 27 11 48 18 44 47 49 50 51 46 12 10 21 22 23 24 4 9 13 17 14 15 19 20 3 5 6 7 1 2 8 56 54 16 55 57 1. Kazakhstan 2. Uzbekistan 3. Turkmenistan 4. Iran 5. Pakistan 6. Afghanistan 7. Tajikistan 8. Kyrghyzstan 9. Azerbaijan 10. Turkey 11. Albania 12. Iraq 13. Kuwait 14. Bahrain 15. Qatar 16. Maldives 17. Saudi Arabia 18. Yemen 19. UAE 20. Oman 21. Syria 22. Lebanon 23. Jordan 24. Palestine 25. Egypt 26. Libya 27. Tunisia 28. Algeria 29. Morocco 30. Mauritania 31. Senegal 32. Gambia 33. Guinea-Bissau 34. Guinea 35. Sierra Leone 36. Mali 37. Burkina Faso 38. Cote d'Ivoire 39. Togo 40. Benin LEGEND :

Map 2.1 : OIC Member Countries

41. Nigeria 42. Niger 43. Cameroon 44. Chad 45. Gabon 46. Sudan 47. Uganda 48. Somalia 49. Djibouti 50. Mozambique 51. Comoros 52. Suriname 53. Guyana 54. Bangladesh 55. Malaysia 56. Brunei Darussalam 57. Indonesia

kompleks. Hal ini yang menyebabkan timbulnya permasalahan dalam perancangan suatu kebijakan pengembangannya. Selain itu hal tersebut, yang juga menyebabkan permasalahan dalam perancangan suatu kebijakan adalah karena hubungan antar komponen penyusun suatu sistem industri seperti sektor pasar, sektor ekonomi, sektor tenaga kerja dan sektor produksi selalu berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, diperlukan adanya suatu strategi yang mampu diimplementasikan sebagai alat bantu untuk mencapai pengembangan agroindustri halal secara terintegrasi.

Dari tahun ke tahun nilai pasar halal menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Besarnya pangsa pasar produk halal telah mencapai 16 persen dari pasar produk makanan dunia. Tabel 9 berikut menggambarkan perkembangan nilai dari pasar produk halal global.

Tabel 9. Nilai Pasar Halal Global ( Nilai Pasar halal

World Halal Forum, 2010)

Global Per Tahun 2004 2005 2009 2010 (p) (USD ‘000,000) 587,2 596,1 634,6 641,5 1. Afrika 136,9 139,5 150,3 153,4 2. Asia 369,6 375,8 400,1 406,1 - Negara-negara Teluk 38,4 39,5 43,8 44,7 - Indonesia 72,9 73,9 77,6 78,5 - China 18,5 18,9 20,8 21,2 - India 21,8 22,1 23,6 24,0 - Malaysia 6,6 6,9 8,2 8,4 3. Eropa 64,3 64,4 66,6 67,0 - Perancis 16,4 16,5 17,4 17,6 - Rusia 20,7 20,8 21,7 21,9 - Inggris 3,4 3,5 4,1 4,2 4. Australasia 1,1 1,1 1,5 1,6 5. Amerika 15,3 15,5 16,1 16,2 - Amerika Serikat 12,3 12,5 12,9 13,1 - Kanada 1,4 1,5 1,8 1,9

Pada Tabel 9 di atas jika dihitung presentasenya, maka sebanyak 63 persen produk halal global dibelanjakan di pasar Asia, 23,8 persen di kawasan Afrika, 10,2 persen di kawasan Eropa dan sisanya di Amerika dan Oseania. Pasar halal dunia saat ini mencapai USD 634 Miliar (World Halal Forum, 2009). Pangsa pasar produk halal terbesar terdapat di Asia, diikuti oleh Afrika, Eropa dan Amerika seperti diperlihatkan pada Gambar 22. Selain itu, para pelaku bisnis global seperti Nestle, KFC, Mc Donald’s, Coca Cola, Pizza Hut dan lain-lain juga sudah terlibat dalam bisnis global seperti yang diperlihatkan pada Tabel 10 berikut:

Gambar 22. Tren Peningkatan Pasar Halal Dunia (World Halal Forum, 2010) Tabel 10. Perusahaan Besar Dunia yang Sudah Terlibat Dalam Bisnis Halal

Global (Kassim, 2010)

No. Perusahaan Keterangan

1 Nestle Perusahaan manufaktur makanan dan minuman terbesar dunia.

2 McDonalds Restoran cepat saji paling populer di dunia. 3 Kentucky Fried

Chicken

Perusaahaan dengan integrasi rantai pasok peternakan ayam terbesar di dunia.

4 Tesco & Carrefour Perusahaan ritel nomor satu dan dua dunia.

5 Port Rotterdam Pelabuhan terbesar di Eropa dan nomer tiga di dunia. 6 MISC Perusahaan perkapalan terbesar kedua di dunia. 7 CIMB Perusahaan keuangan terbesar di Asia Tenggara. 8 Allanasons Eksportir sapi terbesar India.

9 Al-Islami Produsen produk halal terbesar UAE.

Total 1, Afrika 2, Asia 3, Eropa 4, Australasia 5, Amerika

2004 587,2 136,9 369,6 64,3 1,1 15,3 2005 596,1 139,5 375,8 64,4 1,1 15,5 2009 634,6 150,3 400,1 66,6 1,5 16,1 2010 (p) 641,5 153,4 406,1 67 1,6 16,2 0 100 200 300 400 500 600 700 U S D 000, 000

Gejala perkembangan pasar halal secara global saat ini didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya mutu dan keamanan produk yang dikonsumsinya. Selain itu terdapat pula pergeseran persepsi konsumen atas konsepsi halal yang tidak lagi dipertimbangkan murni hanya karena masalah keagamaan, melainkan menjadi simbol global untuk jaminan mutu dan pilihan gaya hidup. Salah satu peristiwa penting yang menjadi tonggak penting bagi tumbuhnya pasar halal dunia salah satunya adalah pada saat terjadinya beberapa peristiwa internasional, terutama yang menyangku t isu penyakit global seperti flu burung dan penyakit sapi gila.

Dari rangkaian peristiwa di atas konsumen global disadarkan akan pentingnya jaminan keamanan produk yang dikonsumsinya. halal yang mengakomodasi kebutuhan konsumen mulai diakui sebagai tolok ukur baru untuk keamanan yang kemudian berkembang menjadi arena pasar yang paling menguntungkan dan berpengaruh. Isu-su dan peristiwa internasional yang terkait keamanan, kebersihan dan jaminan mutu produk telah membangkitkan kesadaran konsumen menjadikan hal tersebut tidak dapat ditoleransi lagi. Rangkaian peristiwa-peristiwa geopolitik, masalah kepentingan umum, makanan yang sehat dan aman serta permintaan konsumen secara keseluruhan telah mendorong isu halal sebagai isu utama mutu, harga produk dan preferensi konsumen dan produsen di seluruh dunia.

Negara-negara eksportir produk halal raksasa dunia didominasi oleh negara-negara non-muslim. Negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Kananda, Australia dan Selandia Baru adalah negara-negara pengekspor produk halal yang memiliki orientasi yang tinggi terhadap mutu, sedangkan Brazil, India, China dan Russia merupakan negara-negara eksportir produk halal raksasa dunia yang berorientasi pada harga yang rendah (Dahlan, 2009).

4.2. Kemajuan Agroindustri halal Global

Bercermin pada tuntutan masyarakat konsumen dan kondisi perdagangan internasional saat ini, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia perlu segera mengembangkan strategi untuk menyelamatkan pasar dalam negerinya, sekaligus memberikan kesempatan untuk membangun kemampuan

bersaing terhadap produk halal global seperti yang sedang dilakukan oleh negara-negara lain khususnya negara-negara-negara-negara anggota ASEAN.

Jika diamati kemajuan agroindustri halal saat ini, beberapa negara tengah menyiapkan berbagai strategi penguasaan pasar halal. Di Asia terdapat Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand dan Singapura. Di wilayah Eropa, pengembangan produk halal dilakukan sebagai strategi menghadapi tantangan globalisasi seiring dengan diberlakukannya sistem pasar bebas seperti yang berlaku dalam kerangka ASEAN Free Trade Area (AFTA), North American Free Trade Agreement (NAFTA), China-ASEAN Free Trade Area (C-AFTA), Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), dan Organisasi Perdagangan Internasional (WTO).

Bagi Indonesia, pengembangan bisnis halal berpeluang untuk dikembangkan sebagai strategi dalam menghadapi persaingan dalam kerangka China-ASEAN Free Trade Agreemet (C-AFTA) yang telah berlangsung mulai tahun 2010. Dalam kerangka perdagangan C-AFTA, halal dapat dijadikan penyeleksi bagi produk-produk yang masuk ke dalam pasar Indonesia sehingga dapat melindungi pasar domestik dari produk-produk impor sebagai non-tariff barier. Dalam penyususan strategi pengembangan produk halal, maka diuraikan perkembangan agroindustri halal di beberapa wilayah dunia.

4.2.1. Asia

Asia pada tahun 2010 berpenduduk Muslim terbesar dengan total 1.148.173.347 jiwa dan merupakan 69,38 persen dari total penduduk Muslim dunia. Asia merupakan pangsa pasar terbesar produk halal dunia. Jika dibandingkan dengan produk makanan secara umum Asia menghabiskan 35 persen pangsa pasar makanan dunia, disusul oleh kawasan Eropa sebanyak 29,7 persen dan Amerika 26,8 persen.Di wilayah Asia, penduduk Asia menghabiskan 63,3 persen pangsa produk halal dunia dengan nilai USD 410 juta pada tahun 2010 (Kettani, 2010). Negara-negara yang dengan potensi pasar halal terbesar diperlihatkan pada Gambar 23.

Gambar 23. Potensi Pasar Halal Terbesar Di Asia (World Halal Forum, 2010) Secara berturut-turut pasar halal terbesar di Asia adalah Indonesia (USD 78,5 juta), negara-negara Arab (USD 44,7 juta), India (USD 24 juta), China (USD 21,2 juta) dan Malaysia (USD 8,4 juta). Dengan data di atas diketahui bahwa Indonesia merupakan sasaran bagi negara-negara produsen produk halal yang ingin memasarkan produk halalnya (World Halal Forum, 2010).

Walaupun Asia adalah pangsa pasar produk halal yang besar, namun penduduknya memiliki rata-rata pendapatan per kapita yang tidak begitu tinggi. Kondisi di atas berimbas pada konsumsi pangan total-nya yang lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain. Sebagai contoh, negara-negara penduduk padat seperti India dan Pakistan memiliki pendapatan relatif rendah dan juga menunjukkan konsumsi protein per kapita yang jauh lebih rendah. Dengan berbagai permasalahannya negara-negara Asia mulai menyadari bahwa pangsa pasar produk halal adalah potensi ekonomi yang besar yang layak dikembangkan. Hal ini disadari terutama oleh negara-negara di Asia Tenggara, Timur Tengah bahkan oleh negara-negara di Kawasan Asia Selatan.

Di kawasan Asia Selatan, yakni di India meskipun Muslim adalah penduduk minoritas dengan presentasi sebanyak 13 persen dari 1,15 Miliar jiwa, pemerintahannya sedang berusaha mendapatkan pengakuan internasional melalui pencapaian HACCP, ISO dan sertifikasi halal bagi agroindustri yang dikembangkannya melalui berbagai insentif yang menarik dunia usaha. Beberapa eksportir India yang berkembang pesat diantaranya adalah Allanasons, Hind Agro, Al-Kabir, Arab Export, MK dan Amroon Foods (Karim, 2008).

Indonesia

Negara-Negara Arab

India China Malaysia

Potensi 78,5 44,7 24 21,2 8,4 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 N il ai P e n ju al an d al am J u ta US D

Dilain pihak, di China agroindustri halalnya juga memiliki keinginan untuk masuk pasar halal. Basis industri China ditopang dengan kekuatan ekonomi yang berkembang pesat, menjadikan China dapat dengan mudah memperluas perannya dalam pasar global. Pada saat ini, keuntungan kunci dari agroindustri halal China adalah berupa akses ke tenaga kerja murah. Selain itu China juga telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Komisi Eropa (EC) dan memiliki beberapa mitra perusahaan yang disetujui EC dan siap untuk mengekspor produk halal ke pasar Eropa (World Halal Forum, 2010).

4.2.2. Uni Eropa

Meskipun Muslim Eropa berjumlah hanya lima puluh juta jiwa atau tiga persen dari total penduduknya yang berjumlah 735 juta jiwa, namun pertumbuhan populasinya mencapai 140 persen dalam sepuluh tahun terakhir. Pertumbuhan yang pesat di atas menjadi potensi pasar halal yang semakin besar dimasa yang akan datang (Kettani, 2010).

Pasar Eropa diwarnai dengan karakteristik konsumen Muslimnya yang memiliki daya beli yang jauh lebih tinggi dari pada Timur Tengah dan Afrika Utara. Dibandingkan dengan kawasan lain pembelanjaan makanan secara umum dan makanan halal, Eropa adalah kawasan yang sangat potensial. Hasil kompilasi data statistik menjelaskan bahwa dari total belanja pangan dunia, konsumen Eropa membelanjakan 29.7 persennya pada tahun 2009. Eropa juga dianggap sebagai pasar yang besar bagi pangsa pasar halal dunia yang menyerap 10,2 persen dari total belanja makanan halal dunia. Khusus bagi pasar produk halal, keistimewaan Eropa adalah dikarenakan tingginya kesediaan konsumen non-Muslim untuk membeli produk halal. Kesediaan konsumen non-Muslim Eropa ini pada umumnya dilakukan atas dasar kepercayaan bahwa produk halal lebih aman dibandingkan dengan produk lain. Sebagai contoh, akibat besarnya permintaan konsumen ditingkat retail, pada dua supermarket terbesar di Inggris, Tesco dan Asda telah menjual daging dengan label halal pada lokasi khusus sejak 2001 (Bidin, 2009).

Perilaku konsumen Eropa yang baik dibuktikan dengan meningkatnya tren pasarnya. World Halal Forum mencatat ukuran pasar makanan halal Eropa telah

mencapai USSD 67 juta pada tahun 2010. Pangsa pasar produk halal yang terbesar adalah di Rusia (USD 21,9 juta), Perancis (USD 17,6 juta), dan Inggris (USD 4,2 Juta) (Bidin, 2009). Di Perancis yang merupakan negara Eropa berpenduduk Muslim terbesar dengan jumlah empat juta jiwa menjadi pasar terbesar setelah Rusia di antara negara-negara non-Muslim. Lebih menariknya bahwa 80 persen produk halal yang diserap oleh pasar Perancis didominasi konsumen muda di bawah usia 30 tahun. Besarnya serapan produk halal di Perancis juga mencapai dua kali ukuran besarnya pasar makanan organik. Hal-hal ini adalah bukti bahwa kepopuleran serta kesadaran akan penggunaan produk halal sudah semakin baik dan memasyarakat di Perancis.

Negara Eropa lain yang memiliki komitmen dalam mengembangkan pasar halal walaupun bukan pasar terbesar bagi Eropa adalah Belanda dan Rusia. Belanda menjadi negara Eropa yang penting bagi perkembangan pasar halal Eropa. Hal ini dikarenakan pelabuhan Rotterdam menjadi pintu masuk utama produk halal ke Eropa dan telah resmi ditunjuk sebagai pelabuhan internasional yang merupakan pelabuhan bersertifikat global pertama atau dikemal sebagai

halal port dalam Forum Ekonomi Islam Dunia. Di pelabuhan tersebut dipastikan bahwa produk yang ada tidak bersentuhan dengan produk non-halal. Rancangan rantai pasokan produk halal di Belanda pada dasarnya dibuat untuk menerima produk-produk dari Malaysia yang merupakan bentuk kerjasama Pelabuhan Klang dan Pelabuhan Rotterdam yang akan memasok produk halal untuk bagian utara-barat Eropa (Bidin, 2009).

Di Eropa Timur, halal-hub pertama di Rusia yang mengakomodasi standar sertifikasi halal bagi kebutuhan logistiknya telah dibuka pada tahun 2010 di Kazan Provinsi Tartarstan. Keunikan halal-hub Kazan ini adalah juga mengembankan sistem ekonomi Islam dan mengembangkan kerjasama dengan negara-negara Muslim. Dengan adanya perkembangan ini membuktikan bahwa pasar halal semakin cepat berkembang. Di lain pihak, Turki juga memiliki kemampuan untuk menjadi pemasok produk halal, khususnya untuk negara Uni Eropa terutama Perancis dan Jerman.

Walaupun berbagai sinyalemen perkembangan pasar halal di Eropa menunjukan tren yang positif, berbagai produsen harus berhati-hati dalam

memasuki pasar Eropa. Hal ini dikarenakan mayarakat Muslim Eropa merupakan masyarakat Muslim yang terdiri dari berbagai mazhab Islam yang ada. Contohnya adalah di Inggris yang juga memiliki pangsa pasar halal yang besar, mayoritas penduduk Muslimnya berasal dari Pakistan dan Bangladesh, sedangkan di Perancis, Spanyol, Italia dan Skandinavia pada umunya umat Muslim berasal dari Afrika Utara serta di wilayah Jerman sebagian besar berasal dari Turki. Implikasi dari perbedaan-perbedaan asal Muslim tersebut mengakibatkan perlunya berbagai pertimbangan serius dalam hal perencanaan perdagangan produk halal karena menyangkut mutu dan mazhab yang dianut (Gumbira Sa’id, 2008).

4.2.3. Timur Tengah

Komunitas Muslim internasional dan konsumen di negara-negara Arab dan Teluk sangat identik dengan Islam karena faktor sejarah dan mayoritas agama yang dianut penduduknya. Hal ini berdampak pada konsumen lokal dan internasional yang pada umumnya menyakini bahwa segala bisnis dan produk apapun yang diproduksi atau bererdar di kawasan ini sudah pasti halal.

Kekuatan citra Islam dan halal pada negara-negara Arab dan Teluk sebenarnya dapat menjadi sesuatu kekuatan dalam menjadikannya sebagai produsen produk halal yang unggul. Pencitraan sebagai negara Muslim yang sangat erat selama ini adalah modal utama yang tidak dimiliki negara-negara produsen halal lain. Selain pencitraan Islam yang kuat, kekuatan pasar negara-negara Timur Tengah, terutama anggota Dewan Kerjasama Negara Arab Teluk (GCC) adalah pada penduduknya yang memiliki pendapatan jauh lebih tinggi dari kawasan lainnya di dunia.

Pendapatan yang tinggi berakibat pada pola konsumsi penduduknya yang juga diatas rata-rata kawasan lain. Pemenuhan atas kebutuhan produk halal menjadi tidak terelakkan, namun sayangnya kekuatan pencitraan Islam dan tingginya potensi permintaan pasar atas produk halal tidak dikuti dengan kemampuannya menjadi produsen dan pelaku utama produk halal dunia. Sebanyak 80 persen kebutuhan produk halal negara-negara Arab dan Teluk adalah impor. Lebih irosnisnya, produsen halal khususnya daging halal yang memenuhi pasarnya dikuasi oleh negara-negara non-Muslim.

Negara-negara seperti Brazil dan Australia saat ini menjadi negara pengekspor daging utama ke negara-negara Arab. Uni Emirat Arab mengimpor USD 45.6 juta produk makanan olahan dan daging dari Brazil yang telah disertifikasi oleh Cibal Halal atau the Brazilian Islamic Centre for Halal Food Stuff Association (Brazil Association of Brazilian Beef Exporters, 2009). Negara-negara Arab mengkonsumsi daging senilai USD 43.8 Miliar pada tahun 2009 (The Halal Journal, 2009) yang disuplai sebanyak 54 persen pasarnya oleh Brazil dan sembilan persen oleh Australia (Hashim, 2008).

Salah satu penyebab negara-negara Arab dan Teluk tidak dapat memenuhi sendiri kebutuhan produk halal-nya adalah dikarenakan penduduknya yang relatif lebih sedikit dibandingkan kawasan lain, regulasi standar produk halal Islam yang berlaku di negara-negara Arab yang tidak sejalan dengan regulasi di wilayah lain seperti Eropa, keadaan alam yang mengakibatkan kesulitan pemenuhan bahan baku, ketidakmampuan menyediakan infrastruktur penyembelihan dan pengolahan daging secara masal yang menyebabkan pengembangan produk halal-nya menjadi tidak ekonomis.

Dalam menghadapi kondisi saat ini, pemerintahan negara-negara Arab belum memiliki kebijakan yang jelas atas peluangnya mengembangkan potensi kekuatan citra Islam-nya dan potensi pasarnya sebagai nilai tambah yang besar dalam mengembangkan produk halal atau bahkan hanya sebagai pelaku re-ekspor ke negara lainnya. Kesempatan yang dimiliki negara-negara Arab dan Teluk dalam mengembangkan potensi pasar produk halal global dapat berjalan, dengan syarat jika dapat menyelenggarakan aliasi strategis antara mitra lokal dan internasional untuk mencapai skala ekonomi yang baik. Kemitraan tersebut diperlukan dalam menyelenggarakan proses produksi masal, penyediaan bahan baku, pengetahuan teknis dan dalam meningkatkan kemampuan rantai pasok dan distribusinya secara efisien untuk memenuhi kebutuhan pasar lokalnya.

Beberapa perusahaan Arab Saudi dan UEA yang mulai memasuki pasar Internasioal adalah Al-Radwa Farms, Al-Watania, Nash, Sunbullah, Al-Islami Foods, Al-Babeer, Al-Areesh, Arctic Gold, Royal dan Emirates. Ketergantungan negara-negara Arab pada produk halal impor merupakan kelemahan yang perlu

Dokumen terkait