• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reviu Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Tujuan utama dari pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi dan juga mengurangi agency problems (Healy 2001).

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dalam kaitannya dengan kualitas laba yang diinformasikan, maka Penman (2001) mengemukakan bahwa kualitas laba merupakan pusat perhatian bagi para investor serta pihak-pihak terkait lainnya. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa yang akan datang, yang ditentukan oleh komponen akrual dan arus kasnya. Nasser dan Herlina (2003) menyatakan bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau

xlvii

pertanggungjawaban manajemen selain itu informasi laba juga membantu pihak manajemen perusahaan atau pihak lain dalam menaksir earnings power.

Rochayani dan Setiawan (2004) yang meneliti mengenai pengaruh informasi akuntansi terhadap abnormal return dan ketepatan ramalan laba, menemukan bukti empiris bahwa informasi prospectus seperti interval waktu peramalan laba, reputasi auditor dan penjamin emisi, tingkat leverage, proporsi saham yang ditahan pemegang saham lama, dan jenis industri secara serentak berpengaruh terhadap ketepatan ramalan laba dalam prospectus IPO.

Mengingat betapa pentingnya informasi laba bagi para investor, maka hal ini mendorong manajemen untuk mengelola laba dengan tindakan income smoothing. Gordon (1964) mengemukakan bahwa manajemen melakukan tindakan income smoothing karena kepercayaan para investor terhadap penanaman investasinya akan naik seiring stabilitas laba suatu perusahaan. Hal ini juga diperkuat dalam penelitian yang dilakukan oleh Ashari et al. (1994) yang mengemukakan bahwa laba operasi perusahaan merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan praktik income smoothing, serta tindakan ini cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan perusahaan dalam industri yang lebih berisiko.

Penelitian-penelitian mengenai adanya hubungan tindakan income smoothing dengan harga saham telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam serta penggunaan komponen pengukuran yang juga berbeda-beda. Penelitian di Indonesia mengenai tindakan income smoothing dalam hubungannya dengan nilai perusahaan yang akan berpengaruh terhadap harga saham, seperti

xlviii

juga telah disebutkan di atas, antara lain dilakukan oleh Ilmainir (1993) yang menemukan bukti empiris bahwa tindakan income smoothing dilakukan karena adanya dorongan terhadap kenaikan nilai perusahaan, perbedaan laba aktual dengan laba normal, dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap laba. Assih dan Gudono (2000) dan Khafid (2004), menyatakan bahwa terdapat perdaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan income smoothing

dengan yang tidak melakukan, dan penelitian ini tidak konsisten yang dilakukan Subekti (2005). Sementara itu Syafri (2004) menyatakan bahwa income smoothing merupakan upaya manajemen untuk menstabilkan laba, seperti yang disebutkan dalam teori Efficiency Market Hypothesis dimana informasi dapat mempengaruhi pasar modal. Salah satu informasi yang disampaikan perusahaan kepada investor diantaranya adalah laporan keuangan, sehingga hal ini mendorong manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadi, seperti mempertahankan jabatan.

Penelitian-penelitian yang dilakukan lainnya mengenai income smoothing

yang berkaitan dengan reaksi pasar, antara lain dilakukan oleh Ronen dan Sadan (1981 dalam Grant et al. 2008) yang mengemukakan bahwa tindakan income smoothing dilakukan untuk memfasilitasi kenaikan harga saham perusahaan, sementara itu Michelson et al. (1999) mengemukakan bahwa perusahaan yang meratakan laba memiliki rata-rata return tahunan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukan perataan laba. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan yang meratakan laba memiliki beta yang lebih

xlix

rendah dan nilai pasar ekuitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak meratakan laba.

Penelitian mengenai income smoothing dalam kaitannya dengan keinformatifan laba, dilakukan oleh Wang dan William (1994) yang menjelaskan terdapatnya pertentangan mengenai meningkatnya nilai informasi yang disebabkan praktik income smoothing. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa besaran income smoothing akan mempengaruhi pasar dan juga bagi perusahaan serta perataan yang dilakukan secara berseri dirasa sebagai hal yang cukup beresiko.

Penelitian yang dilakukan Subramanyam (1996) menunjukkan bahwa

discretionary accruals direspon oleh pasar saham. Selain itu penelitian ini dapat membuktikan bahwa terdapat penilaian manipulasi laba secara oportunistik pada pasar yang tidak efisien. Penelitian ini menyatakan bahwa tindakan income smoothing dapat memperbaiki persistensi dan prediktabilitas laba, serta memberikan informasi mengenai nilai profitabilitas perusahaan.

Hunt et al. (2000) yang menguji hubungan antara earnings volatility, earnings management dan equity value, mengindikasikan bahwa tingkat laba yang lebih diratakan diasosiasikan dengan nilai pasar saham yang lebih tinggi. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Subramanyam (1996), dengan menggunakan design berbeda yang mendukung sinyal informasi terhadap

manajemen discretionary accruals. Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa discretionary smoothing meningkatkan keinformatifan, jika dikorelasikan dengan harga pada periode yang sama.

l

Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya, yang dilakukan Subramanyam (1996) dan Hunt et al. (2000), maka penelitian dengan fokus hubungan current periode stock return dengan future information, dilakukan oleh Zarowin (2002) yang mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat income smoothing yang lebih tinggi akan mempunyai koefisien yang lebih tinggi juga pada laba dan cash flow. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat smoothing

diasosiasikan lebih untuk informasi harga saham. Penelitian tersebut kemudian diperkuat lagi oleh Tucker dan Zarowin (2006), yang memberikan bukti bahwa perusahaan yang lebih banyak melakukan income smoothing maka future earnings tercermin dari current stock return daripada perusahaan yang sedikit melakukan income smoothing, sehingga harga saham mengandung informasi yang lebih mengenai future earnings ketika suatu perusahaan melakukan income smoothing. Penelitian yang dilakukan Tucker dan Zarowin (2006) ini berfokus pada hubungan antara return dan sisi informasi akuntansi di masa depan, yang menghasilkan bahwa perusahaan yang lebih banyak melakukan income smoothing

maka laba di masa depan tercermin dari harga saham saat ini daripada perusahaan yang sedikit melakukan income smoothing.

Informasi yang berkaitan dengan segala hal yang dapat memprediksi masa mendatang dari suatu perusahaan, akan relevan digunakan dalam pengambilan keputusan bagi para investor, jika proyeksi tersebut dapat menunjukkan tingkat ketepatannya. Dengan tingkat ketepatan peramalan laba tersebut, maka hal itu dapat menimbulkan sisi informatif laba suatu perusahaan. Atas dasar bukti-bukti

li

empiris tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.

H1: terdapat pengaruh income smoothing terhadap keinformatifan laba

Dokumen terkait