• Tidak ada hasil yang ditemukan

waktu tiba tsunami ke panta

ZONA SUBDUKS

2.5. RING OF FIRE

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi sepe

samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti yang paling aktif dan dikenal luas. Indonesia secara keseluruhan termasuk dalam wilayah zona cincin api ini. Hal ini berakibat seringnya daerah – daerah di Indonesia di landa Gempa, dari Sabang sampai Merauke, kecuali Kalimanta yang jarang dilanda bencana gempa bumi.

Gambar 2.6. Peta Ring Of Fire / Cincin Api (sumber : USGS)

Cincin api adalah suatu zona gempa bumi dan letusan gunung api. Tempat ini mengelilingi cekungan samudra pasifik. Cincin ini berbentuk seperti tapal kuda dengan panjang 40.000 km. 81 % kejadian gempa bumi terjadi di sepanjang cincin api tersebut. Terbentuknya cincin api ini adalah akibat langsung dari pergerakan dan tabrakan lempeng tektonik.

2.6. TSUNAMI

Adapun Kata tsunami berasal dari kata/bahasa Jepang, terdiri dari dua kata, yaitu tsu ( pelabuhan ) dan nami ( gelombang ), pertama kali muncul di kalangan para nelayan Jepang. Pada saat itu, para nelayan Jepang akan kembali ke

pelabuhan setelah mereka selesai melaut. Mereka menemukan bahwa daerah pantai sudah hancur karena hantaman gelombang yang tinggi dan yang besar. Padahal ketika mereka berada di tengah lautan, mereka tidak merasakan adanya gelombang tersebut. Hal ini disebabkan karena panjang gelombang tsunami sangat panjang. Setelah itu mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di sekitar pantai saja. Jadi pengertian tsunami adalah rangkaian gelombang yang terjadi secara tiba-tiba dimana sejumlah massa air naik secara vertikal dari laut menuju pantai dalam waktu yang singkat.

Tsunami merupakan gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh berbagai macam gangguan di di dasar laut. Adapun gangguan yang dapat menyebabkan gelombang tsunami adalah gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus di dasar laut. Tsunami dapat juga terjadi jika ada meteorit yang jatuh ke atas permukaan lautan. Namun hal ini masih perkiraan para ahli, belum pernah terjadi peristiwa dimana meteor besar jatuh ke atas permukaan laut.

Pada dasarnya tsunami dapat terjadi akibat adanya rekahan dan rekahan itu menimbulkan perubahan ketinggian permukaan air laut secara tiba- tiba. Rekahan itu dapat dikarenakan lempeng bumi di dasar laut bergerak dan saling bertabrakan dengan lempeng bumi yang lain atau karena runtuhan dataran dasar laut yang kemudian meninggalkan cerukan besar di dasar laut (seperti meteor yang jatuh ke laut). Syaratnya untuk dapat menimbulkan tsunami, rekahan itu harus panjang dan sangat lebar. Ketika rekahan itu terbentuk, secara tiba-tiba sejumlah besar volume air tersedot mengisi rekahan yang baru saja terbentuk itu. Tetapi karena air akan segera menuju ke ketinggian semula, air di sekitarnya dalam volume besar akan mengisi penurunan permukaan air tersebut. Proses pengisian secara tiba-tiba itulah yang kemudian menciptakan gelombang besar yang dapat menuju pantai dan menjadi gelombang tsunami. Apabila rekahan yang terbentuk itu dekat dengan daratan, tsunami dapat mudah sekali terbentuk dan dengan mudahnya juga dapat menerjang pantai. Kekuatan gelomang itu sangatlah besar, bahkan rumah batubata pun bisa hancur

Gambar 2.7. Zona Ancaman Bencana Tsunami Di Indonesia (sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB)

Pada Gambar 2.7 di atas, hampir semua pantai di wilayah pantai Barat pulau Sumatera, pantai Selatan pulau Jawa, pantai Kepulauan Nusa Tenggara, pantai Barat Papua, pantai pulau Sulawesi dan Kepulaun Maluku merupakan daerah yang rawan terhadap tsunami. Hal ini terbukti dengan banyaknya gempa dan tsunami yang telah terjadi di Indonesia. Selama kurun waktu tahun 1600 sampai dengan 1999 telah terjadi 105 tempat kejadian tsunami yang mana 90% di antaranya disebabkan gempa tektonik, 9% oleh gunung meletus dan 1% oleh longsoran dasar laut (Latief et al. 2000). Data lain menunjukkan bahwa dari tahun 1600 sampai 2005 telah terjadi 107 kejadian tsunami, 98 kali tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi, 9 kali tsunami disebabkan oleh letusan gunung berapi dan 1 kali oleh longsoran dasar laut (Diposaptono 2005). Menyimak kejadian tsunami Aceh dan Sumatera Utara, yang mana gempa terjadi di Samudra Indonesia pada kedalaman 30 km dari dasar laut dan berkekuatan 9,0 SR yang telah menghasilkan tsunami dan korban yang dahsyat. Lebih dari 150.000 orang

meninggal dunia. Sebanyak 400.000 orang kehilangan tempat tinggal dan tinggal di barak pengungsian. Setelah gempa Aceh, giliran Pulau Nias pada 2005 gempa dengan magnitude 8,7 SR merupakan gempa dangkal berjarak 30 km dari dasar laut yang menyebabkan sekitar 1000 orang menjadi korban meninggal dunia dan lebih dari 3000 orang kehilangan tempat tinggal. Daerah-daerah di Indonesia yang rawan dan menjadi titik gempa adalah titik lempeng Indo-Australia yang berada sejak dari pantai barat Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, selatan Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur terus ke Bali, Nusa Tenggara bagian selatan terus naik ke atas, merupakan satu blok atau satu lempeng Indo-Australia.

Lempeng lain yaitu lempeng Eurasia, dimulai dari Sulawesi Utara, terus ke bawah sebelah timur Sulawesi, Nusa Tenggara di samping lempeng selatan juga kena dengan lempeng utara. Ada pula istilah Pacific Plate yang meliputi daerah utara dari Papua, terus ke Halmahera dan sekitarnya. Jadi ketiga lempeng ini bertemu di Indonesia dan pulau Buru sebagai pusatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat gempa yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali tingkat gempa di Amerika Serikat.

Gempa-gempa tersebut sebagian besar berpusat di dasar Samudera Hindia dan dapat menimbulkan tsunami. Secara umum daerah pesisir Barat Sumatera, selatan Jawa, utara dan selatan Nusa Tenggara, Maluku, utara Papua, dan hampir seluruh wilayah pesisir Sulawesi merupakan daerah yang rawan bencana tsunami dan sepanjang palung barat Sumatera sampai selatan Jawa merupakan daerah gempa karena merupakan daerah yang berpotensi terjadinya pergesaran lempeng benua.

Dokumen terkait