• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan hasil penelitian subyektif

 

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis kompresi pada dokumen bitmap ……….. 6

2. Level distorsi pengukuran mean opinion survey ……….. 14

3. Berbagai macam tabel jangkauan ………. 18

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Model warna RGB dalam bentuk koordinat Cartesius ……… 4

2. Struktur dokumen bitmap .bmp ……… 5

3. Ilustrasi perbedaan antara Kriptografi dengan Steganografi ……… 8

4. Proses Penyisipan Pesan (Zolner, 1998) ……….. 8

5. Proses penyisipan file cover secara zigzag dalam satu blok yang tidak saling

beririsan ……… 9

6. Proses mendapatkan pesan ………... 9

7. Proses penyisipan pesan algoritma PVDM ………. 21

8. Proses ekstraksi pesan algoritma PVDM ………. 22

9. Posisi piksel tepat habis dibagi empat ………. 26

10. Berbagai posisi piksel yang tidak tepat habis dibagi empat ………. 26 11. Daya tampung algoritma PVD untuk tabel jangkauan I,II,III dan IV ……… 29 12. Daya tampung PVDM untuk tabel jangkauan I,II,III dan IV ……… 31 13. Persentase kenaikan daya tampung pesan dari algoritma PVD ke algoritma

PVDM ………. 32

14. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan I data berbeda ……….. 33

15. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan II data berbeda ………... 34

16. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan III data berbeda………. 35

17. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan IV data berbeda………. 35

18. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan I data sama ……… 36

19. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan II data sama ……….. 37

20. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan III data sama ………. 38

21. Nilai PSNR pada Tabel jangkauan IV data sama ………. 39

   

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Informasi media pembawa pesan ………. 45

2. Prosentase penyebaran selisih pixel red ……….... 46

3. Prosentase penyebaran selisih pixel green ……… 47

4. Prosentase penyebaran selisih pixel blue ……….. 48

5. Waktu proses algoritma PVD dan PVDM ……… 49

6. Waktu proses algoritma PVD dan PVDM Tabel jangkauan I ……….. 50 7. Waktu proses algoritma PVD dan PVDM Tabel jangkauan II ………. 50 8. Waktu proses algoritma PVD dan PVDM Tabel jangkauan III ……… 51 9. Waktu proses algoritma PVD dan PVDM Tabel jangkauan IV ……… 51 10. Hasil kuisioner algoritma PVD untuk responden yang bekerja tidak di bidang

komputer ……….. 52

11. Hasil kuisioner algoritma PVD untuk responden yang bekerja di bidang

komputer ……… 53

12. Hasil kuisioner algoritma PVDM untuk responden yang bekerja tidak di

bidang komputer ……… 54

13. Hasil kuisioner algoritma PVDM untuk responden yang bekerja di bidang

komputer ……… 55

14 Pertanyaan kuisioner ……….. 56

15 Gambar hasil penyisipan algoritma PVD ... 59 16 Gambar hasil penyisipan algoritma PVDM ... 60 17 Histogram komponen green (a) gambar sebelum disisipkan pesan (b) gambar

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi sekarang ini membuat komunikasi menjadi semakin mudah dan luas. Penyampaian pesan melalui internet merupakan sarana komunikasi yang sangat mudah dan efisien. Sejalan dengan hal itu kemunculan dari file-file multimedia yang beraneka ragam memberi pengaruh yang cukup besar dalam kemajuan teknologi informasi ini sehingga memungkinkan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan menggunakan file-file multimedia tersebut.

Faktor keamanan menjadi penting dalam proses pengiriman data melalui saluran internet. Apabila hal ini diabaikan, maka orang yang tidak berhak akan dengan mudah memanfaatkan data tersebut untuk tujuan tertentu. Jika hal ini terjadi ada dua pihak yang dirugikan yaitu pengirim data dan penerima data.

Steganografi merupakan suatu mekanisme untuk melindungi data (Kesler, 2001). Data yang akan dikirimkan dapat disisipkan melalui media pembawa berupa image , audio files, video files, atau text (Davidson et al, 2002).

Metode penyisipan Least Significant Bits (LSB) umum dilakukan, pendekatan yang sederhana untuk menempelkan informasi di dalam suatu file cover dengan mengganti nilai-nilai LSB dengan data yang ingin disisipkan. Penelitian (Gerson et al, 2005) melakukan penyisipan file gambar atau file dokumen ke dalam gambar bertipe bmp menggunakan teknik LSB.

Penelitian awal algoritma PVD (Pixel Value Differencing) dilakukan oleh (Wu dan Tsai, 2003) dengan mencari selisih nilai dua piksel terdekat. Selisih digunakan untuk menentukan jumlah data yang dapat disisipkan berdasarkan jangkauan tabel yang dipilih. Penelitian ini menggunakan dua jangkauan tabel dengan gambar yang pilih gray scale.

Pada tahun 2006 Yang dan Weng mengembangkan algoritma PVD dengan mencari selisih piksel yang terdekat menjadi empat titik. Tabel jangkauan yang dipilih satu serta format gambar gray scale.

2

Algoritma PVD dikembangkan juga oleh (Al-Asmari dan Al-Ghamdi, 2006) menjadi semi hexagonal PVD pada penelitian ini setiap daerah dibagi menjadi 16 piksel. Pada setiap proses iterasi nilai terbaik dari iterasi digunakan untuk proses berikutnya dan seterusnya media yang digunakan format gambar gray scale.

Pada daerah cover yang halus (selisih nilai piksel terdekat kecil) jumlah data yang dapat disisipkan sedikit, sebaliknya pada daerah yang kontras (selisih nilai piksel terdekat besar) data yang disisipkan akan besar merupakan hasil penelitian dilakukan (Wang, et al 2006) dengan mengambungkan algoritma PVD dan fungsi modulus.

Untuk daerah cover yang kontras algoritma PVD tepat digunakan sedangkan untuk daerah yang halus kurang begitu tepat, karena kapasitas data yang disisipkan sedikit. Studi pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penyebaran piksel dalam sebuah image secara berkelompok. Pengelompokan terjadi karena umumnya dalam sebuah image nilai piksel yang tidak jauh berbeda akan saling berdekatan. Fenomena ini yang akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan file berdasarkan algoritma PVD yang dimodifikasi.

1.2 Tujuan

1. Perbaikan algoritma Pixel Value Differencing (PVD) 2. Mengimplementasikan algoritma PVDM

1.3 Ruang Lingkup

Untuk membatasi ruang lingkup pengkajian, penulis melakukan pembatasan sebagai berikut :

1. Media pembawa (cover image) yang digunakan untuk menyembunyian data file bertipe BMP 24 bit.

3

Pembatasan dilakukan untuk keperluan memudahkan penelitian. Aplikasi dari hasil penelitian ini sendiri berlaku untuk jenis file lainnya dan data yang akan disembunyikan dapat berupa file lainnya, misalnya image, audio files dan video files.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Citra

Menurut Gonzalez (2002), citra diartikan sebagai bentuk representasi dua dimensi (2-D) dari intensitas cahaya yang ditulis sebagai fungsi f(x,y), dimana x dan y menunjukkan letak koordinat dan titik (x,y) tersebut ditunjuk oleh fungsi nilai f. Citra digital adalah sebuah image f(x,y) yang telah dibuat pada koordinat dengan tingkat intensitas cahaya tertentu. Citra digital dapat ditampilkan sebagai matriks dua dimensi dengan baris dan kolomnya berisi posisi (x,y) citra, sedangkan elemennya menyatakan nilai warna pada posisi tersebut. Elemen pada citra digital disebut sebagai piksel. Setiap piksel terdiri dari 3 komponen warna yaitu R(Red), G(Green), dan B(Blue). Pada model warna RGB setiap warna yang dihasilkan merupakan hasil perpaduan antara ketiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Model ini disusun berbasiskan koordinat cartesius, dimana warna hitam berfungsi sebagai titik pusat koordinat(R=0, G=0, B=0), dan warna putih berada pada titik terjauh (R=255, G=255, B=255), sedangkan warna abu-abu berada pada suatu titik dimana ketiga warna merah, hijau dan biru memiliki nilai yang sama ( contoh : R=50, G =50 , B=50). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Model warna RGB dalam bentuk koordinat Cartesius Sumber :

5

Jadi dengan representasi 256 x 256 x 256 warna sistem RGB dapat menghasilkan 16,8 juta jenis warna. Tentu sangat banyak kombinasi dibandingkan dengan representasi warna yang diwakilkan kurang dari 24 bit atau true color . Dengan perkembangan teknologi hardware, sekarang graphic card sudah dapat memberikan efek warna 32 bit, di mana 8 bit selebihnya diperuntukkan besarnya intensitas terang dari warna, dilambangkan dengan α. Dengan besar intensitas warna 8 bit atau 256 maka model warna juga dapat direpresentasikan dalam heksa-desimal 2 digit, mulai dari level terkecil 00 sampai dengan yang tertinggi FF (255).

2.2Dokumen Bitmap (.bmp)

Dokumen bitmap .bmp merupakan salah satu format gambar/citra. Pada suatu dokumen .bmp dapat tersimpan mulai dari 1 bit warna (hitam/putih) hingga 24 bit

warna (true color).

2.2.1 Struktur Dokumen Bitmap

6

Struktur format dokumen ini seperti terlihat pada Gambar 2 memiliki 4 bagian : header, info header, optional pallete dan image data. Bagian

header bitmap berisikan 14 byte data yang berisikan informasi yang menyatakan identifikasi sebagai suatu dokumen bitmap, besar atau ukuran data pada dokumen ini, beserta informasi awal pembacaan dokumen bitmap. Bagian info header sepanjang 40 bytes berisikan informasi tinggi dan lebar citra,jumlah bit/pixel, resolusi, besarnya dokumen, jenis kompresi (bila ada) serta definisi yang berhubungan dengan warna yang dipakai.

Metode kompresi citra dapat dikategorikan menjadi dua macam, lossless

dan lossy. Pada metode lossless, tidak ada nilai piksel yang berubah namun pada metode lossy ada piksel yang nilainya berubah, hanya saja perubahannya sedemikian kecil sehingga tidak tampak oleh mata.

Kompresi yang digunakan pada dokumen bitmap masih sangat sederhana, untuk bitmap berukuran kecil masih dapat memperlihatkan kompresi yang berarti, namun semakin besar ukuran dokumen, semakin lemah juga hasil kompresi yang didapatkan. Tabel 1. memperlihatkan tipe kompresi bitmap.

Tabel.1 Jenis kompresi pada dokumen bitmap

Nilai kompresi Jenis kompresi

0 Tidak ada kompresi

1 Kompresi 8 bit

2 Kompresi 4 bit

3 RGB dengan masking

Bagian optional palette mencatat warna-warna yang dipaksakan/penting untuk dipakai dalam bitmap yang kurang dari 24 bit (true color bitmap). Jadi bagian ini bisa ada ataupun tidak . Pada true color bitmap tidak ada optional palette.

Bagian image data, berisikan data-data yang akan dikonversi sebagai warna tampilan gambar/citra yang akan terlihat dimonitor.

7

2.2.2Keunggulan dan Kekurangan Dokumen Bitmap

Keunggulan dokumen bitmap adalah sangat mudah untuk dibuat, dapat mengambil data tiap piksel data dengan sistem koordinat, manipulasi tiap piksel dapat dengan mudah dilakukan sesuai dengan kapasitas warna dapat disimpan.

Kekurangan dokumen bitmap adalah besarnya ukuran dokumen bahkan dengan adanya teknik kompresi, untuk dokumen berukuran sangat besar kompresi tidak mampu untuk memperkecil lebih dari ukuran dokumen. Selain itu dokumen bitmap sulit untuk diubah skala resolusinya, kadang-kadang akan mengakibatkan perubahaan kepadatan warna.

2.3 Steganografi

Menurut Johnson (1998) kata Steganografi mempunyai arti yang sama dengan “tulisan yg dilindungi” dimana dulunya ini merupakan metode untuk penyampaian pesan rahasia yang berfungsi untuk mempertahankan kerahasiaan dari pesan tersebut.

Steganografi adalah seni dalam mempertahankan kerahasiaan informasi tanpa mengubah maksud dari informasi tersebut. Steganografi dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari kriptografi. Baik Steganografi maupun kriptografi telah digunakan sejak dahulu sebagai media untuk perlindungan pesan. Steganografi mengkamuflasekan sebuah informasi sehingga tersembunyi dan tidak dapat dilihat pada informasi pembawanya sedangkan kriptografi mengubah pesan menjadi bentuk lain (disebut siferteks) sehingga pesan semula tidak dapat dicerna. Tujuan utama dari penyembunyian informasi pada steganografi yaitu agar pihak yang mengetahui lokasi keberadaan informasi dapat mengekstraknya. (Busch, 1999).

Steganografi sangat mirip dengan kriptografi karena memiliki fungsi yang sama yaitu menyampaikan pesan yang tidak dapat dibaca oleh orang lain selain si penerima. Untuk faktor keamanan seringkali Steganografi digabungkan dengan kriptografi sehingga pesan yang disampaikan dienkripsi terlebih dahulu dan kemudian disisipkan ke dalam piksel-piksel sebuah image (Kesler,2001).

8

Gambar 3. Ilustrasi perbedaan antara Kriptografi dengan Steganografi

2.4 Algoritma Penyisipan dan Ekstrasi

Proses Penyisipan Pesan

Steganografi berarti “tulisan yang tersembunyi”, hal ini mengacu pada teknik secara umum tentang bagaimana mengolah informasi rahasia sedemikian rupa sehingga keberadaan informasi tidak terlihat oleh orang lain. Pada gambar dibawah ini, Cover (C) menunjukkan media pembawa dari pesan yang dijadikan sebagai penyembunyi keberadaan pesan. Message (M) menunjukkan pesan yang ingin dirahasiakan keberadaannya. Stego-Key (K) memastikan hanya orang yang mengetahui kunci rahasialah yang bisa membaca pesan tersembunyi tersebut (Zollner, 1998).

9

Proses penyisipan pesan dilakukan secara zigzag, dimulai dari kiri ke kanan kemudian turun ke bawah lalu ke kanan dan turun ke bawah kembali lagi dari kiri ke kanan dan seterusnya ( Wu dan Tsai, 2003) sebagaimana ilustrasi Gambar 5.

Gambar 5. Proses penyisipan file cover secara zigzag dalam satu blok yang tidak saling beririsan.

Proses Ekstraksi Pesan

Untuk mengambil pesan dalam file stego image dilakukan proses ekstraksi pesan. Proses ekstraksi dilakukan dengan membaca (stego object) dengan menggunakan implementasi algoritma ekstraksi pesan sehingga pesan yang terdapat pada stego object akan diketahui.

Gambar 6. Proses mendapat pesan 2.5. Algoritma LSB

Salah satu teknik steganografi adalah LSB (Least Significant Bit). Sesuai dengan namanya ia merupakan teknik yang menyisipkan/menggantikan bit-bit terkecil masing-masing RGB dalam suatu warna piksel pada sebuah image.

10

Algoritma LSB bekerja dengan cara sebagai berikut :

1) Memecah warna-warna dari piksel menjadi nilai-nilai Red,Green,Blue 2) Mengganti nilai-nilai RGB tersebut menjadi biner

3) Mengubah nilai masing-masing pesan yang akan dimasukkan ke bentuk biner

4) Mengantikan bit-bit yang paling tidak berpengaruh (pertama) dari biner R,G,B pada image dengan bit-bit dari pesan tadi.

5) Setelah disisipkan mengubah kembali hasil dari nilai-nilai bit R,G,B ke dalam nilai desimal.

6) Mengabungkan kembali nilai-nilai R,G,B menjadi nilai warna.

Pada suatu piksel yang terdiri dari nilai RGB, terdapat susunan bit-bit yang membentuk nilai masing-masing RGB, dimana susunan bit tersebut dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Least Significant Bits (LSB)

Least Significant Bits disini berarti bit-bit yang memiliki nilai lebih kecil dibandingkan bit-bit lainnya dimulai dari bit yang pertama sampai bit keempat, dimana perubahaan pada nilai Lsb ini tidak begitu mempegaruhi perubahan warna suatu piksel.

2. Most Significant Bits (MSB)

Most Significant Bits disini berarti bit-bit yang memiliki nilai lebih besar dari pada bit lainnya dimulai dari bit yang terakhir sampai bit kelima, dimana nilai Msb ini merupakan nilai yang memiliki pengaruh besar pada warna piksel jika dilakukan perubahan pada bit tersebut.

Proses Penyisipan Pesan

Dalam menyisipkan k-LSB ke cover dibentuk dari persamaan

( )x,y I ( )x,y Mod

(

I ( )x,y ,2

)

B( )x,y (1)

I

s

=

o

o k

+

11

dimana Is

( )

x,y adalah intensitas piksel (x,y) dari stego-image, Io

( )

x,y adalah intensitas piksel (x,y) dari cover image, B

( )

x,y adalah nilai desimal dari suatu blok yang ditempelkan pada piksel (x,y) dan mod (.) merupakan operasi modular. Sebagai contoh, didalam penyisipan 4-LSB (yaitu k = 4) , anggap blok pertama data rahasia berisi empat bit “1001” , yaitu B

( )

0,0 = 10012 = 9 dan Io

( )

0,0 = 100010102= 138, sehingga didapatkan hasil yang akan ditempelkan adalah Is

( )

0,0 = 138 – mod (138, 24) + 9 = 137 = 100010012.

Proses Ekstraksi Pesan

1. Konversi nilai desimal kedalam biner dengan panjang 8 bit.

2. Ambil nilai biner, pengambilan nilai biner tergantung pada proses penyisipan, dalam hal ini pesan yang disisipkan sebanyak k bit, maka bit yang diambil adalah k bit Lsb.

2.6Algoritma Pixel Value Differencing (PVD)

Algoritma PVD ini ditemukan oleh Da-Chun Wu dan Wen-Hsiang Tsai pada tahun 2003.

Sistem arah pencarian selisih dua piksel terdekat seperti pada Gambar 5, menghitung selisih dua piksel menggunakan persamaan (2) di bawah ini. Selisih ini akan menentukan besarnya kapasitas pesan yang dapat disisipkan. Pada daerah kontras, dimana selisih antara dua piksel besar, daya tampung menjadi besar. Sebaliknya pada daerah halus, dimana selisih antara dua piksel kecil akan menyebabkan daya tampung menjadi sedikit.

di = |P(i,x)-P(i,y)| (2) Selisih yang diperoleh digunakan untuk mencari batas bawah (lj) dan batas atas (uj) berdasarkan tabel jangkauan (Tabel 3) yang dipilih. Nilai lj dan uj digunakan untuk menghitung wj = uj - lj + 1 sehingga diperolah nilai ti menggunakan persamaan (3).

12

Nilai ti yang diperoleh digunakan untuk mencari di = ti + lj , dimana ti adalah nilai desimal dari ti. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai P(i,x) dan P(i,y) setelah disisipkan pesan menggunakan persamaan (4).

Algoritma PVD secara lengkap bekerja sebagai berikut : Proses Penyisipan

1. Untuk setiap titik yang berurutan ( P(i,x) dan P(i,y) ) pada cover image

hitung perbedaan antara nilai P(i,x) dan P(i,y) sebagai di. Berdasarkan nilai

di carilah nilai batas bawah (lj) dan batas atas (uj) dari tabel jangkauan Rj.

2. Hitung nilai wj = uj-lj +1

3. Hitung nilai ti=log(wj) dengan basis logaritma 2.

4. Nilai ti adalah menentukan jumlah bit pesan yang dapat disisipkan 5. Ambil pesan sepanjang ti , adalah nilai desimal dari ti

6. Hitung nilai 7. Hitung nilai

8. Carilah nilai dan dengan menggunakan persamaan (4)

( ) ( )

⎡ ⎤ ⎣ ⎦

⎣ ⎦ ⎡ ⎤

⎡ ⎤ ⎣ ⎦

⎡ ⎤ ⎣ ⎦

⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎩ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎨ ⎧ ≤ < − + ≤ ≥ + − > < + − > ≥ − + = ; d d dan jika ), 2 / , 2 / ( ; d d dan jika ) 4 ( ), 2 / , 2 / ( ; d d dan jika ), 2 / , 2 / ( ; d d dan jika ), 2 / , 2 / ( ) , ( i ' i ) , ( ) , ( ) , ( ) , ( i ' i ) , ( ) , ( ) , ( ) , ( i ' i ) , ( ) , ( ) , ( ) , ( i ' i ) , ( ) , ( ) , ( ) , ( ' , ' , y i x i y i x i y i x i y i x i y i x i y i x i y i x i y i x i y i x i P P m P m P P P m P m P P P m P m P P P m P m P

P

P

Proses Ekstraksi Pesan

Pada proses ekstraksi pesan, pencarian selisih piksel terdekat sesuai dengan Gambar 6. Selengkapnya proses ekstrasi pada algoritma PVD sebagai berikut :

1. Untuk setiap titik yang berurutan ( dan ) pada stego image hitung perbedaan antara nilai dan sebagai

13

yang dimutlakkan. Berdasarkan nilai carilah nilai batas bawah (lj) dan batas atas (uj) dari tabel jangkauan Rj.

2. Hitung nilai wj = uj-lj +1

3. Hitung nilai ti=log(wj) dengan basis logaritma 2.

4. Nilai ti adalah menentukan jumlah bit pesan yang telah disisipkan 5. Hitung , konversi nilai kedalam biner dengan

panjang ti

6. Hasil konversi nilai kedalam biner dengan panjang ti

merupakan pesan yang disembunyikan

2.7 PSNR (Peak Signal to Noise Ratio)

PSNR adalah nilai yang menyatakan tingkat noise atas image yang telah disisipi pesan dengan satuan desibel (db). Semakin besar nilai PSNR perbedaan antara stego image dan cover image semakin kecil, sebaliknya semakin kecil nilai PSNR menunjukkan bahwa perbedaan antara stego image dan cover image

semakin besar (Chen, 2006). Menurut Cole (2003) nilai PSNR dikatakan baik jika berada diatas nilai 20; artinya di bawah nilai 20 distorsi yang terjadi sangat besar antara stego image dan cover image. Sedangkan untuk nilai MSE yang besar menyatakan penyimpangan atau selisih antara cover image dan stego image cukup besar. Untuk gambar warna dengan komponen Red, Green dan Blue nilai MSE secara keseluruhan merupakan jumlah dari MSE untuk setiap komponen Red, Green dan Blue dibagi tiga.

Persamaan untuk mencari PSNR sebagai berikut :

PSNR = 10 Log10 (2552 / MSE ) (5) Sedangkan formula untuk menghitung nilai MSE adalah sebagai berikut :

) 6 ( ) , ( ) , ( 1 2 1 1

= = − = n i m i j i K i i I mxn MSE

I(i) = cover image

K(i) = stego image

M = lebar image

14

2.8 Metode Evaluasi Kinerja

Untuk mengukur tingkat keberhasilan algoritma digunakan kriteria obyektif dan subyektif. Kriteria obyektif didasarkan pada perhitungan matematis menggunakan nilai MSE dan PSNR sedangkan kriteria subyektif berdasarkan hasil pengamatan manusia. Penilaian ini didasarkan atas karateristik pengamatan manusia (Human Visual System). Pengujian subyektif umumnya dilakukan dengan mengukur MOS (mean opinion survey) sebagai berikut :

Tabel 2. Level distrosi pengukuran mean opinion survey Nilai Level Distorsi Kualitas Gambar

1 Sangat Tidak Mirip

Perbedaan antara cover image dan stegoimage

sangat jelas

2 Tidak Mirip Antara cover image dan stegoimage ada perbedaan sedikit

3 Mirip Antara cover image dan stegoimage mirip 4 Sangat Mirip Antara cover image dan stegoimage sangat mirip/

tidak dapat dibedakan

Untuk mengukur MOS dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 60 responden yang terdiri dari 30 responden bergerak dibidang komputer dan 30 responden tidak bergerak dibidang komputer.

Teknik sampling

Menurut Hair (2006) ada dua tipe sampling yang dapat digunakan pada penelitian yaitu :

1. Non Random/non probability sampling

Pemilihan sample dilakukan atas pertimbangan peneliti secara personal dan opini-opini lain yang mendukung pemilihan sample tersebut.

15

Adapun tipe-tipe Non Probability Sampling yaitu :

a. Convenience Sampling

Metode sampling dimana sample yang diambil berdasarkan keinginan pribadi dari peneliti.

b. Judgment Sampling

Metode sampling dimana responden dipilih berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, dimana pengalaman tersebut dipercaya dapat memenuhi kebutuhan penelitian.

c. Quota Sampling

Metode sampling dimana responden dipilih berdasarkan kuota tertentu yang telah ditetapkan, misal: demografis, tingkah laku atau kriteria lainnya.

d. Snowball Sampling

Metode sampling dimana sekumpulan responden dipilih lalu para responden tersebut membantu peneliti untuk menentukan orang selanjutnya yang dianggap memenuhi kriteria untuk diikutsertakan dalam penelitian.

2. Random/ probability sampling

Setiap bagian dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terpilih mewakili sample penelitian.

Adapun tipe-tipe Probability Sampling yaitu :

a. Simple Random Sampling

Metode sampling dimana setiap sample yang ada di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih.

b. Systematic Random Sampling

Metode sampling dimana sample yang ada disusun berdasarkan urutan tertentu.

c. Stratified Random Sampling

Metode sampling dimana populasi yang ada dibagi ke dalam grup yang disebut strata dan sampel akan diambil dari tiap strata yang ada.

16

Pada penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling

dimana sampel dari populasi dibagi kedalam dua kelompok yaitu (1) kelompok responden yang bergerak dalam bidang komputer (2) kelompok responden yang tidak bergerak dalam bidang komputer yang masing-masing berjumlah 30 responden.

d. Cluster Sampling

Metode sampling dimana tiap unit sample dibagi ke dalam sub populasi yang lebih kecil yang disebut cluster. Tiap cluster

diasumsikan sebagai perwakilan dari populasi yang ada.

Teknik Pengumpulan Data

Kuisioner adalah serangkaian pertanyaan dimana responden mengisi jawaban-jawaban , biasanya dengan alternatif-alternatif yang mendekati jawaban-jawaban-jawaban-jawaban mereka (Sekaran, 2003). Kuisioner adalah mekanisme pengumpulan data yang efisien dimana peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diminta dan bagaimana mengukur variabel-variabel.

Dalam penelitian ini, instrumen yang akan dipakai dalam mengumpulkan data adalah kuisioner.

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan

Bahan dalam penelitian ini adalah citra gambar format bmp 24 bit dan berkas text. Citra bmp digunakan sebagai media pembawa pesan, sedangkan berkas text sebagai pesan yang akan disisipkan. Jumlah citra bmp sebanyak delapan buah, pemilihan citra berdasarkan keragaman citra tersebut, terutama dilihat dari penyebaran warna pada gambar (Lampiran 1). Sedangkan berkas text disesuaikan dengan daya tampung masing-masing citra bmpnya.

3.2 Metode

Penelitian diawali dengan beberapa percobaan pendahuluan untuk mempelajari karakteristik penyebaran piksel dalam sebuah image. Tahap selanjutnya mempelajari cara kerja algoritma PVD dan melakukan beberapa perubahan dan penambahan sehingga diperoleh algoritma PVDM. Terakhir dibuat program untuk membandingkan kinerja kedua algoritma.

3.3 Percobaan

Masing-masing algoritma dibuat programnya dengan spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang sama yaitu :

Perangkat lunak :

• Microsoft Windows XP • Microsoft Excel 2007 • Delphi versi 6 release Perangkat keras :

• Processor Intel Celeron 430

• 512 MB DDR2

• Harddisk 80 GB HDD • Keyboard dan Monitor

18

Percobaan sebelumnya yang dilakukan (Wu dan Tsai) hanya menggunakan dua tabel jangkauan (tabel jangkauan I dan tabel jangkuan II), pada penelitian ini dikembangkan menjadi 4 tabel jangkuan ,dengan penambahan 2 tabel jangkuan baru dari tabel sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Berbagai macam tabel jangkauan

Dokumen terkait