• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rinitis Medikamentosa

Dalam dokumen THT-UB (Halaman 38-43)

Rinitis Akut (common cold)

2.7 Rinitis Medikamentosa

DEFINISI

Kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor, akibat pemakaian obat-obatan tetes hidung (vasokonstriktor/dekongestan) yang berlebihan dan dalam waktu yang lama.

ETIOLOGI

Drug abuse (pemakaian obat topikal hidung yg lama dan berlebihan) PATOFISIOLOGI

Mukosa hidung adalah organ yang peka rangsang. Pemakaian obat topikal yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) dan menyebabkan obstruksi. Dengan adanya gejala ini, pasien cenderung akan menggunakan vasokonstriktor lebih banyak lagi, dan hal serupa akan timbul kembali dan semakin menjadi. Sehingga lama kelamaan akan terjadi penambahan mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid sehingga sumbatan akan menetap dengan produksi sekret yang berlebihan.

DIAGNOSIS

Anamnesa

ƒ hidung tersumbat terus-menerus dan berair

Pemeriksaan

ƒ Rhinoskopi anterior : konka edema (hipertrofi), sekret hidung yang berlebihan

ƒ tes adrenalin : negatif (edema konka tidak berkurang) PENATALAKSANAAN

1. Hentikan pemakaian obat tetes /semprot hidung

2. Untuk mengatasi sumbatan hidung berulang (rebound congestion) berikan kortikosteroid secara tappering off dengan penurunan dosis sebanyak 5mg/hari

3. dekongestan oral : pseudoefedrine

4. operatif bila tidak ada perbaikan selama 3 minggu : cauterisasi konka inferior, conchotomi concha inferior

DEFINISI Penonjolan muko bertangkai. Polip bu ETIOLOGI Diduga beberapa fa ƒ alergi ƒ keradangan / in ƒ sumbatan meka ƒ ketidakseimban ƒ gangguan saraf ƒ perubahan poli PATOFISIOLOGI Penyebab pasti bel ulang menimbulka turut edema, peno kepadatan jaringan timbulnya polip. K padat, maka polip yang melebar, teta plasma dan eosinof MACAM POLIP ƒ Multipel, sering ƒ Soliter, umum kebelakang sam DIAGNOSIS Anamnesis ƒ Hidung buntu berlangsung ter ƒ Rinorea, pilek t kalau penderita ƒ Hiposmia/anos ƒ Rinolalia oclusa Semua gejala-gejala Pemeriksaan fisik ƒ Inspeksi : jika polip mend

ƒ Rinoskopi ante tampak sekret Polip kadang inferior, yakni dibasahi denga konka nasi ya mengecil, seda ƒ Rinoskopi poste kadang dapat d

osa kavum nasi ukan neoplasma, teta

aktor yang berperan nfeksi kronis

anik (Bernoulli pheno

ngan vasomotor. f

isakarida pada muko

um diketahui. Alerg n hambatan aliran k onjolan mukosa, pa n ikat dan pembuluh Karena konka nasi in jarang ditemui pada pi miskin (sedikit) p fil dalam jumlah berv

g dijumpai, biasanya nya berasal dari si mpai koane dan naso

/ tersumbat, bisa p rus-menerus

terus menerus, sekre a terserang rinitis aku

mia

a, akibat hidung bun a ini bertambah seca

desak tulang hidung

erior :

mukus dan polip perlu dibedakan dengan cara mem an larutan efedrin ang berisi banyak p ngkan polip tidak ak

terior :

dijumpai polip koana

yang panjang da api pseudotumor.

sbg penyebab al :

nomenon)

osa hidung

i dan radang kronik kembali cairan inter njang dan bertangk h darah menentukan nferior dan septum n a organ-organ terseb pembuluh darah dan

variasi.

berasal dari selulae inus maxillaris yang ofaring yang disebut c

parsial atau total ter et mukus. Pilek berta ut atau serangan alerg ntu.

ara lambat tetapi prog

→ dorsum nasi mele multipel atau solite dengan konka na masukkan kapas yan 1% (vasokonstrikto pembuluh darah aka kan mengecil. al.

an

yang berlangsung la rstisial dan seterusny kai, maka terbentuk

derajat edema, seh nasi mengandung ba but. Stroma mengan n saraf. Didapat tum

ethmoidalis g dapat meluas lew

choanal polyp/ anthr

rgantung besar atau ambah hebat dan sek

gi.

gresif.

ebar (frog face deform

er. asi ng or), an

ama dan berulang-ya secara berturut-lah polip. Derajat ingga menentukan anyak jaringan ikat dung jaringan ikat pukan limfosit, sel

wat ostium sinus,

hro choanal polyp.

banyaknya polip, kret menjadi encer

Pemeriksaan tambahan

ƒ Tes alergi (lihat rinitis alergi) bila diperlukan

ƒ bila diperlukan dapat dilakukan x-foto sinus posisi Waters DERAJAT POLIP

0 : tidak dijumpai polip

1 : polip hanya tampak dengan pemeriksaan endoskopi

2 : tampak polip dibawah concha media pada pemeriksaan rinoskopi anterior 3 : tampak polip masif memenuhi cavum nasi

DIAGNOSIS BANDING

ƒ Angiofibroma nasofaring juvenilis : tampak seperti polip koanal, tetapi relatif mudah berdarah

ƒ Inverted cell papilloma : tampak seperti polip multipel, tetapi biasanya unilateral dan banyak pada orang berusia lanjut.

ƒ Meningokel : biasanya pada bayi atau anak-anak. Polip jarang dijumpai pada anak-anak maupun bayi

PENATALAKSANAAN

ƒ Untuk polip yang kecil derajad 1 atau 2 dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid (oral/sistemik, lokal)

ƒ Untuk polip yang besar atau gagal dengan terapi konservatif, dapat dilakukan ekstraksi polip atau polipektomi.

ƒ Bisa diikuti dengan operasi ethmoidektomi (intranasal atau ekstranasal) bila polip berasal dari selulae ethmoid → bisa dengan bantuan endoskopi dengan tehnik FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery)

DEFINISI Radang akut pada kompleks. ETIOLOGI Penyebab 1. Rinogen : obstruksi sinus tonsilitis akut. 2. Dentogen : penjalaran infe Faktor predisposis 1. Lokal ƒ Sumbatan m septum polip n corpus atresia pemasa ƒ Sumbatan o ƒ Kelainan b 2. Sistemik ƒ malnutrisi ƒ steroid jang ƒ diabetes m ƒ kelainan da ƒ kemoterapi ƒ AIDS Kuman yang sering

Streptococcus pne alfa, Staphylococcu

PATOFISIOLOGI

mukosa sinus yang

s yang dapat diseba

ksi gigi di rahang ata

si mekanik m deviasi nasi alienum choane

angan tampon hidun ostiomeatal komplek awaan : Immotile ci sinusitis/po gka panjang ellitus arah i ditemukan : eumoniae, Haemoph us aureus, Streptococ

pada umumnya diaw

abkan oleh rhinitis

as (M1-3,P1-2)

ng

ks oleh karena proses

ilia syndrome/ ciliary

olip, bronkiektasis &

hilus influenze, Bra ccus pyogenes

wali dengan penyum

akut, faringitis akut,

s keradangan kronis &

ry dyskinesia. (Kartag situs inversus) anhamella catararrha mbatan ostiomeatal , adenoiditis akut, & alergi

gener’s triad yaitu :

DIAGNOSIS anamnesa ƒ Nyeri, tergantu • Sinus maxilar • Sinus ethmoi • Sinus frontali • Sinus spheno ƒ obstructio nasi ƒ sekret/ingus ken ƒ gejala sistemik Pemeriksaan ƒ Rhinoskopi ant mukosa ko mukopus : ƒ Rhinoskopi pos tampak mu penunjang ƒ transiluminasi : ƒ radiologik : fo penebalan muk ƒ endoskopi (nas ƒ CT-scan PENATALAKSANA Medikamentosa ƒ Dekongestan (d lokal : • efedr • efedr • oksim • oksim oral : pseu ƒ Antibiotik (dibe lini pertama : a Lini kedua : am ƒ analgetik (bila p Operatif ƒ Irigasi sinus ma Diatermi (short wa ƒ untuk memperb

ng pada sinus yang t ris : di bawah ke paling hebat dalis : di pangkal h medius s : di dahi atau kepala, palin pagi hari oidalis : di vertex occ

belakang ma ntal

: demam & malaise

erior :

onka hiperemis dan e : di meatus medius (

di meatus superior sterior :

ukopus di nasofaring

: sinus yang terkena t oto posisi waters, P kosa, adanya air fluid

soendoscopy/sinusco AAN diberikan selama 5-7 rin 1% (dewasa) rin 0,5% (anak) metazolin hidroklorid metazolin hidroklorid doefedrin 3 x 60 mg erikan selama 10-14 amoksisilin, eritromis moksiclav perlu), mukolitik axillaris : jika gagal d

dilakukan se

ave diathermy)

baiki vaskularisasi sin terkena :

lopak mata, t pada sore hari

idung & kantus seluruh ng hebat pada cipital, ata & mastoid

edema,

(sinusitis maksilaris, f (sinusitis ethmoidali (post nasal drip)

tampak suram dan ge PA dan lateral (sinu

d level), panoramik (b opy) 7 hari) da 0,025% (tetes hid da 0,05% (semprot h (dewasa) hari) in, kotrimoksasol. engan medikamento ekali seminggu, samp

nus pada sinusitis sub

frontalis & ethmoidal s post & sphenoidali

elap

us yg terkena tampa bila curiga dentogen

ung) untuk anak-ana idung) untuk dewasa

osa atau nyeri hebat a pai pus negatif

b akut. lis anterior), s) ak perselubungan, ) ak a akibat obstruksi,

Dalam dokumen THT-UB (Halaman 38-43)

Dokumen terkait