• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Asumsi Dasar Ekonomi Makro

BAGIAN III RISIKO FISKAL

2.1.1 Risiko Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Risiko perubahan asumsi dasar ekonomi makro RAPBNP tahun 2016 bersumber dari deviasi antara asumsi yang ditetapkan dengan realisasinya. Deviasi tersebut akan berdampak pada adanya perbedaan antara target pendapatan negara, belanja negara, defisit, dan pembiayaan anggaran dan realisasinya. Apabila realisasi defisit lebih tinggi dari target defisit yang ditetapkan dalam RAPBNP tahun 2016, maka hal tersebut merupakan risiko fiskal yang harus diantisipasi pemenuhan sumber pembiayaannya. Tabel III.2.1 menunjukkan data deviasi antara asumsi dasar ekonomi makro dengan realisasinya dari tahun 2011-2016.

a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 0,0 (0,2) (0,6) (0,4) (0,9) 0,0

b. Inflasi (%, yoy) (1,9) (2,5) 1,2 3,1 (1,7) (0,7)

c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) (0,8) (1,8) (0,5) (0,2) (0,2) 0,0 d. Nilai tukar (Rp/US$) 79,0 384,0 860,0 278,0 892,0 (400,0) e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 16,5 7,7 (2,0) (8,0) (10,8) (15,0) f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) (47,0) (67,0) (15,0) (24,0) (47,0) (20,0) g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) - - (27,0) 0,0 (26,0) (40,0)

*

Ket er a n g a n :

1 . A n g k a posit if m en u n ju k k a n r ea lisa si lebih t in g g i da r ipa da a su m sin y a

2 . Per t u m bu h a n 2 0 1 0 -2 0 1 4 m en g g u n a k a n T a h u n Da sa r 2 0 0 0 , Per t u m bu h a n set ela h t a h u n 2 0 1 4 m en g g u n a k a n T a h u n Da sa r 2 0 1 0 3 .

2014 2015 2016*

Un t u k n ila i t u k a r , a n g k a posit if m en u n ju k k a n t er depr esia si

Su m ber : Kem en t er ia n Keu a n g a n

Seja k A PBN 2 0 1 3 lift in g g a s m en ja di sa la h sa t u a su m si ek on om i m a k r o

TABEL III.2.1

PERKEMBANGAN SELISIH ANTARA ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASINYA, 2011-2016

Indikator

Mer u pa k a n selisih a n t a r a RA PBNP den g a n A PBN 2 0 1 6

Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Asumsi dasar ekonomi makro digunakan sebagai dasar penghitungan dalam menyusun RAPBNP tahun 2016. Oleh karena itu, perubahan asumsi dasar ekonomi makro dari yang semula ditetapkan akan menyebabkan perubahan pada besaran pendapatan negara, belanja negara, defisit, dan pembiayaan anggaran. Dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap postur RAPBNP tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai berikut.

Pertumbuhan ekonomi memengaruhi besaran RAPBNP tahun 2016, baik pada sisi pendapatan maupun belanja negara. Pada sisi pendapatan negara, perubahan pertumbuhan ekonomi antara lain memengaruhi penerimaan perpajakan, terutama PPh nonmigas, PPN, PBB, cukai, pajak lainnya, dan bea masuk. Perubahan pada penerimaan perpajakan tersebut akan memengaruhi belanja negara antara lain anggaran transfer ke daerah, terutama dana bagi hasil (DBH) pajak. Selain itu, setiap perubahan pada sisi belanja negara juga mempunyai konsekuensi terhadap perubahan anggaran pendidikan dan kesehatan. Perubahan tersebut dilakukan untuk memenuhi alokasi anggaran pendidikan minimum 20,0 persen dan anggaran kesehatan sebesar 5,0 persen terhadap total belanja negara sesuai amanat konstitusi. Tingkat inflasi memengaruhi besaran RAPBNP tahun 2016 melalui produk domestik bruto (PDB) nominal. Perubahan PDB nominal berdampak pada perubahan penerimaan perpajakan terutama PPh nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya. Pada sisi belanja negara, perubahan penerimaan perpajakan tersebut akan diikuti oleh perubahan DBH pajak, anggaran pendidikan, dan anggaran kesehatan.

Selanjutnya, perubahan tingkat suku bunga SPN 3 bulan hanya akan berdampak pada sisi belanja negara, yaitu perubahan pada pembayaran bunga utang domestik. Perubahan tersebut selanjutnya akan diikuti oleh perubahan pada anggaran pendidikan dan kesehatan.

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat memiliki dampak pada semua sisi APBN, baik pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Perubahan tersebut terjadi terutama pada anggaran yang menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat sebagai komponen penghitungan. Pada sisi pendapatan negara, fluktuasi nilai tukar rupiah antara lain akan memengaruhi penerimaan yang terkait dengan aktivitas perdagangan internasional seperti PPh pasal 22 impor, PPN dan PPnBM impor, bea masuk, dan bea keluar. Selain itu, perubahan nilai tukar rupiah juga akan berdampak pada penerimaan PPh migas dan PNBP SDA migas. Pada sisi belanja negara, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan berpengaruh terhadap pembayaran bunga utang, subsidi energi, serta DBH migas akibat perubahan PNBP SDA migas. Sementara itu, pada sisi pembiayaan, fluktuasi nilai tukar rupiah akan berdampak pada pinjaman luar negeri, baik pinjaman program maupun pinjaman proyek, penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement/SLA), dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.

Harga minyak mentah Indonesia (ICP) memengaruhi besaran RAPBNP tahun 2016 terutama pada anggaran yang menggunakan harga minyak mentah sebagai komponen penghitungan. Pada sisi pendapatan negara, perubahan harga minyak mentah akan berdampak terhadap penerimaan PPh migas dan PNBP SDA migas. Pada sisi belanja negara, perubahan ICP antara lain akan memengaruhi belanja subsidi energi, DBH migas ke daerah akibat perubahan PNBP SDA migas serta anggaran pendidikan dan kesehatan.

tahun 2016 pada anggaran yang bersumber dari penjualan minyak mentah Indonesia, yaitu penerimaan PPh migas, PNBP SDA migas, DBH migas, serta alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan.

Dampak deviasi asumsi dasar ekonomi makro terhadap postur RAPBNP tahun 2016 dapat dijelaskan melalui analisis sensitivitas. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan perubahan postur RAPBNP tahun 2016. Pengaruh dinamika ekonomi makro terhadap RAPBNP tahun 2016 dapat digambarkan dalam analisis sensitivitas RAPBNP tahun 2016 terhadap asumsi dasar ekonomi makro tahun 2016 sebagaimana disajikan dalam Tabel III.2.2.

Risiko fiskal perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap RAPBNP tahun 2016 dihitung dengan mempertimbangkan probabilitas/kemungkinan terjadinya deviasi asumsi dasar ekonomi makro, besaran deviasinya, dan dampak perubahannya pada postur RAPBNP tahun 2016. Deviasi asumsi dasar ekonomi makro mengakibatkan terjadinya perbedaan antara target APBN dengan realisasinya, yaitu pada pendapatan negara, belanja negara, defisit, dan pembiayaan anggaran. Namun untuk beberapa pos tertentu seperti Dana Alokasi Umum (DAU), dana otonomi khusus dan penyesuaian, realisasi asumsi dasar ekonomi makro tidak berpengaruh terhadap pos tersebut. Apabila realisasi defisit melebihi target defisit yang ditetapkan dalam APBN, maka hal tersebut merupakan risiko fiskal yang harus dicarikan sumber pembiayaannya.

2.1.1.2 S e n s i t i v i t a s P r o y e k s i A P B N J a n g k a M e n e n g a h

terhadap Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Postur APBN jangka menengah disusun dengan mengacu pada perkembangan dan kinerja perekonomian global dan domestik, khususnya terkait prospek berbagai indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai asumsi dasar ekonomi makro. Dengan adanya perubahan asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan postur APBN jangka menengah, maka besaran pendapatan negara, belanja negara, defisit, dan pembiayaan anggaran jangka menengah juga mengalami perubahan. Sensitivitas proyeksi APBN jangka menengah terhadap perubahan asumsi dasar ekonomi makro tidak banyak mengalami perubahan dari kondisi di tahun 2016.

A. Pendapatan Negara 1,0 - 1,6 8,9 - 9,7 - - 3,7 - 5,1 3,6 - 4,3 1,6 - 3,0 a. Penerimaan Perpajakan 1 ,0 - 1 ,6 8,9 - 9 ,7 - - 1 ,9 - 2 ,7 0,8 - 1 ,0 0,2 - 0,4

b. PNBP - - - - - - - - 1 ,7 - 2 ,5 2 ,8 - 3 ,3 1 ,4 - 2 ,6 B. Belanja Negara 0,0 - 0,1 0,2 - 0,6 1,4 - 1,6 2,0 - 4,1 2,3 - 4,0 0,4 - 1,2 a. Belanja Pemerintah Pusat 0,0 - 0,0 0,1 - 0,4 1 ,4 - 1 ,6 1 ,5 - 2 ,5 1 ,8 - 2 ,6 0,1 - 0,3

b. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 0,0 - 0,0 0,2 - 0,2 - - - 0,5 - 1 ,6 0,5 - 1 ,4 0,3 - 0,9 C. Surplus/(Defisit) Anggaran 1,0 - 1,6 8,7 - 9,1 (1,6) - (1,4) 1,0 - 1,7 0,3 1,3 1,3 - 1,9

D. Pem biay aan Anggaran - - - (0,6) - 0,3 -

Kelebihan/(Kekurangan) Pem biay aan 1,0 - 1,6 8,7 - 9,1 (1,6) - (1,4) 0,5 - 2,0 0,3 - 1,3 1,3 - 1,9 Sum ber: Kem enterian Keuangan

+1% +Rp100/USD +USD1 +10rb TABEL III.2.2

SENSITIVITAS RAPBNP TAHUN 2016 TERHADAP ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO (triliun rupiah)

URAIAN

Pertum buhan

Ekonom i ↑ Inflasi SPN

Nilai T ukar

Rupiah ↑ ICP Lifting m iny ak +0,1% +1%

Variabel Ekonomi Makro

Perubahan asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBNP tahun 2016, akan memengaruhi risiko fiskal yang berasal dari kinerja BUMN. Hal ini dapat terjadi jika terdapat penyimpangan target penerimaan negara dari BUMN, alokasi pengeluaran negara kepada BUMN, dan alokasi kewajiban kontinjensi Pemerintah kepada BUMN dengan realisasinya. Eksposur penerimaan negara dari BUMN berasal dari penerimaan pajak, dividen, privatisasi, atau pendapatan Pemerintah atas bunga pengembalian pokok atas utang BUMN. Sedangkan eksposur pengeluaran negara kepada BUMN dapat melalui subsidi, penyertaan modal negara (PMN), maupun pinjaman kepada BUMN. Berdasarkan perubahan asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBNP tahun 2016 dilakukan macro stress test terhadap penerimaan negara dari BUMN yang hasilnya tidak mengalami perubahan secara signifikan.

Analisis model macro stress test portofolio BUMN terhadap perubahan penerimaan negara dari BUMN tahun 2016 menggunakan asumsi makro RAPBNP tahun 2016. Kenaikan suku bunga secara agregat, harga minyak, dan kurs berpengaruh secara positif pada penerimaan negara. Namun pengaruhnya sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan asumsi makro APBN tahun 2016. Sedangkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,o persen akan memberikan pengaruh negatif sekitar 1,0 persen, sebagaimana disajikan pada Grafik III.2.1.

Sementara itu, hasil analisis model macro stress test untuk BUMN sektor keuangan tidak terlalu signifikan perubahannya dibandingkan dengan APBN tahun 2016. Tingkat kenaikan suku bunga masih menjadi faktor makro yang paling berpengaruh pada penerimaan negara dari BUMN sektor keuangan. Sedangkan nilai utang bersih BUMN terutama dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan kurs valas. Untuk nilai aset bersih BUMN sektor keuangan dipengaruhi secara positif oleh peningkatan suku bunga dan secara negatif oleh penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, sebagaimana disajikan dalam Grafik III.2.2.

Su m ber : Kem en t er ia n Keu a n g a n

HASIL ANALISIS MODEL MACRO STRESS TEST PORTOFOLIO BUMN TERHADAP PERUBAHAN PENERIMAAN NEGARA DARI BUMN TAHUN 2016

Grafik III.2.1

-10% -5% 0% 5% 10%

PDB - 2% Kurs + 20% Harga Minyak +USD 20 Bunga +3%

Sumber: Kementerian Keuangan

Selanjutnya, hasil analisis model macro stress test untuk BUMN nonkeuangan menunjukkan bahwa peningkatan harga minyak dan kurs valas menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan negara dari BUMN nonkeuangan atas pendapatan dari BUMN penghasil energi, sebagaimana disajikan dalam Grafik III.2.3.

HASIL ANALISIS MODEL MACRO STRESS TEST UNTUK BUMN SEKTOR KEUANGAN

-10% -5% 0% 5% 10%

PDB - 2% Kurs + 20% Harga Minyak +USD 20 Bunga +3%

Persentase Perubahan Penerimaan Pajak dan PNBP

-10% -5% 0% 5% 10%

PDB - 2% Kurs + 20% Harga Minyak +USD 20 Bunga +3%

Persentase Perubahan Nilai Hutang bersih

-10% -5% 0% 5% 10%

PDB - 2% Kurs + 20% Harga Minyak +USD 20 Bunga +3%

Persentase Perubahan Nilai Aset Bersih

Grafik III.2.3

HASIL ANALISIS MODEL MACRO STRESS TEST UNTUK BUMN SEKTOR NONKEUANGAN

PDB - 2% Kurs + 20% Harga Minyak +USD 20 Bunga +3%

Persentase Perubahan Subsidi Pemerintah

PDB - 2% Kurs + 20% Harga Minyak +USD 20 Bunga +3%

Sumber: Kementerian Keuangan

Dokumen terkait