• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kultur Lingkungan Kerja

1. Ruang Lingkup Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Kondisi

lingkungan kerja yang nyaman, aman dan mendukung akan membuat

karyawan menjadi bersemangat dan bergairah dalam bekerja, sehingga

berdampak positif pada kinerjanya. Dengan semangat dalam bekerja

karyawan cenderung akan merasa puas dalam bekerja. Sebaliknya,

lingkungan kerja yang banyak menimbulkan resiko atau tidak aman, dan

tidak mendukung dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan akan

menyebabkan merosotnya semangat kerja, kemungkinan terjadi kesalahan

dalam tugas, dan menurunnya produktivitas kerja (Nitisemito, 1982:183).

Nitisemito (1982:184) menyatakan bahwa lingkungan kerja sebagai

segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Adapun faktor

lingkungan fisik yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam upaya

meningkatkan semangat dan gairah kerja, antara lain: pewarnaan, kebersihan,

pertukaran udara, penerangan, musik, keamanan, dan kebisingan. Menurut

tugas dan pekerjaannya. Lingkungan kerja karyawan dibagi menjadi 3

kelompok.

1. Fasilitas untuk pelayanan karyawan, yang meliputi pelayanan makan,

kesehatan, dan pengadaan kamar mandi/kamar kecil.

2. Kondisi kerja, yang meliputi pengaturan penerangan ruang kerja,

pengaturan suhu udara, pengaturan suara bising, pemilihan warna,

penerangan ruang gerak yang diperlukan serta keamanan karyawan.

3. Hubungan karyawan dengan karyawan lain yang sering disebut dengan

human relation.

Faktor lingkungan menurut Nitisemito (1982:216) adalah sebagai berikut:

1. Pewarnaan

Masalah pewarnaan perlu diperhatikan sebab faktor ini cukup

berpengaruh terhadap semangat dan kegairahan kerja karyawan. Misal,

penggunaan warna putih pada ruang kerja dapat memberi kesan ruang

yang sempit menjadi tampak luas dan bersih serta mendukung pekerjaan

yang memerlukan ketelitian.

2. Kebersihan

Lingkungan kerja yang bersih secara tidak langsung menimbulkan rasa

senang dan mempengaruhi semangat dan gairah kerja seseorang dalam

bekerja. Suatu ruangan yang penuh debu dan berbau tidak enak akan

mengganggu konsentrasi kerja.

Penerangan yang cukup sangat dibutuhkan jika pekerjaan yang dilakukan

menuntut ketelitian. Penerangan yang terlalu besar akan membuat rasa

panas sehingga dapat menimbulkan rasa gelisah. Sebaliknya, penerangan

yang kurang akan menyebabkan rasa mengantuk dan ada kemungkinan

terjadi kekeliruan dalam melakukan tugasnya (Nitisemito, 1982:192).

Penerangan yang baik untuk ruang kerja yaitu sinar yang cukup terang,

tidak menyilaukan, dan distribusi cahaya yang merata, sehingga tidak ada

kontras yang tajam. Manfaat yang diperoleh dari sistem penerangan yang

baik adalah:

§ meningkatkan produksi;

§ memperbaiki kualitas pekerjaan para karyawan;

§ mengurangi tingkat kecelakaan;

§ memudahkan pengarahan dan pengawasan;

§ meningkatkan gairah kerja;

§ mengurangi turn over (pindah kerja);

§ mengurangi kerusakan atau kesalahan dari barang/tugas yang

dikerjakan;

§ menurunkan biaya produksi. 4. Pertukaran udara (ventilasi)

Pertukaran udara yang cukup dalam ruang kerja sangat diperlukan

apalagi bila dalam ruangan tersebut penuh karyawan. Pertukaran udara

yang cukup akan menimbulkan kesegaran fisik dari bawahan.

dan menurunnya semangat kerja, serta berpengaruh pada tingkat

kesalahan dalam melaksanakan tugas.

5. Musik

Musik juga berpengaruh pada semangat dan gairah kerja seseorang. Bila

musik yang diperdengarkan menyenangkan maka dapat menimbulkan

suasana gembira dan sekaligus mengurangi kelelahan dalam bekerja.

Namun tidak selalu berarti tanpa musik semangat kerja menurun tetapi

dengan adanya musik yang merdu dan menyenangkan maka secara tidak

langsung semangat kerja bisa meningkat.

6. Keamanan

Adanya jaminan terhadap keamanan dapat menimbulkan ketenangan dan

sekaligus dapat mempengaruhi semangat dan gairah kerja. Contoh:

tempat parkir kendaraan yang tidak aman dan sering kecurian akan

menimbulkan kegelisahan dan terganggunya konsentrasi kerja karyawan

sewaktu menjalankan tugas.

7. Kebisingan

Kebisingan yang terus menerus dapat mengganggu konsentrasi dalam

bekerja sehingga akan menimbulkan kesalahan. Pengaturan dan

pengendalian suara harus diperhatikan untuk menjaga agar kepekaan

pendengaran karyawan tetap dalam kondisi baik. Kekurangpekaan

pendengaran karyawan dan suara bising dapat menyebabkan komunikasi

terhambat, sebab informasi yang diberi dan diterima karyawan menjadi

8. Hubungan dengan atasan

Hubungan kerjasama yang baik antara karyawan dengan atasan akan

mempengaruhi semangat kerja dan kepuasan kerja karyawan. Karyawan

cenderung senang dengan atasan yang perhatian, mau mendengarkan

pendapat bawahannya, bisa menghormati dan menghargai hasil kerja

karyawan, dan adanya pujian atas hasil kerja yang baik.

9. Hubungan dengan rekan kerja

Rekan kerja yang bisa diajak kerjasama dan mendukung dalam

pelaksanaan kerja cenderung berpengaruh pada meningkatnya semangat

kerja dan kepuasan kerja pada karyawan tersebut. Sebaliknya, rekan

kerja yang tidak bisa diajak kerjasama akan menimbulkan konflik dalam

kerja dan hal ini berdampak negatif pada kinerja maupun semangat kerja

karyawan.

10. Otonomi dalam merencanakan dan menjalankan pekerjaan

Bagi karyawan yang suka dengan tantangan dalam pekerjaannya

cenderung akan lebih puas dalam bekerja bila dia diberi otonomi atau

kebebasan dalam berpendapat dan berkreasi dalam menjalankan

tugasnya. Dengan adanya kebebasan tersebut karyawan akan memiliki

rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan merasa dihargai.

2. Kultur Lingkungan Kerja

Hofstede (1994:5) mengartikan kultur sebagai: “a collective

phenomenon, because it least partly shared with people who live or lived

collective programming of the mid which distinguishes the members of the one group or category of people from another”.

Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif yang

membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam pola

pikir, perasaan dan tindakan anggota satu kelompok. Dengan demikian kultur

lingkungan kerja adalah pola nilai, norma, sikap hidup, ritual dan kebiasaan

yang baik dalam lingkungan kerja, sekaligus cara memandang persoalan dan

pemecahannya. Kultur lingkungan kerja merupakan faktor esensial dalam

membentuk karyawan menjadi manusia yang optimis, berani tampil,

berperilaku kooperatif, kecakapan personal dan akademik (Hofstede,

1994:35).

Dokumen terkait