• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

S. Shoimatul Ula (2013: 31) menjelaskan bahwa “manajemen peserta didik merupakan sistem pengelolaan terhadap siswa, mulai dari perencanaan, penerimaan siswa baru, pengorganisasian siswa, MOS, pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi siswa, hingga perencanaan alumni siswa”.

Menurut Tim Dosen AP UPI (2013: 207) ruang lingkup manajemen peserta didik itu meliputi:

a. analisi kebutuhan peserta didik b. rekruitmen peserta didik c. seleksi peserta didik d. orientasi

e. penempatan peserta didik (pembagian kelas) f. pembinaan dan pengembangan peserta didik g. pencatatan dan pelaporan

h. kelulusan dan alumni

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa pada bidang kesiswaan, sekolah/madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi kriteria calon peserta didik, penerimaan peserta didik sekolah/madrasah, dan orientasi peserta didik baru. Selain itu, sekolah/madrasah juga harus:

a. memberikan layanan konseling kepada peserta didik;

b. melaksanakan kegiatan ektra dan kokurikuler untuk para peserta didik; c. melakukan pembinaan prestasi unggulan;

d. melakukan pelacakan terhadap alumni.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, dapat diketahui bahwa alumni/lulusan termasuk ke dalam lingkup manajemen peserta didik, karena sudah tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007, selain itu keberadaan alumni juga sangat bermanfaat untuk sekolah. Hal ini berdasarkan pendapat Tim Dosen AP UPI (2013: 214) yakni:

ketika peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun, diharapkan hubungan antara para alumni dan sekolah tetap terjalin, karena dari hubungan sekolah dan alumni ini, sekolah bisa memanfaatkan hasil-hasilnya. Sekolah bisa menjaring berbagai informasi, misalnya informasi tentang lapangan kerja yang bisa dijangkau bagi alumni lainnya, dan informasi tentang materi pelajaran yang sangat membantu untuk studi selanjutnya. Tim Dosen AP UPI (2013: 214) juga berpendapat bahwa prestasi yang dicapai para alumni dari lembaga pendidikan (sekolah) perlu didata atau dicatat oleh lembaga. Sebab catatan tersebut sangat berguna bagi lembaga dalam mempromosikan lembaga pendidikannya.

Widyanto dalam Thomas Sukardi (2011: 199) juga menjelaskan bahwa alumni memiliki empat peran terhadap almamaternya, yaitu:

a. alumni dapat berperan sebagai katalis dengan memberikan berbagai masukan kritis dan membangun kepada almamater mereka, artinya pengalaman mereka dapat menghasilkan dan menawarkan berbagai konsep, ide, pemikiran, masukan dan kritik yang membangun;

b. sesuai peran alaminya alumni yang berprestasi dan memiliki kompetensi yang mumpuni dapat memainkan fungsi penting dalam membangun opini publik;

c. alumni sebagai produk utama dari lembaga pendidikan juga diharapkan mampu mengembangkan jaringan dan membangun pencitraan institusi di luar. Artinya pengembangan jaringan oleh alumni merupakan potensi strategis untuk membuka berbagai peluang dan meningkatkan daya saing suatu almamater pendidikan karena manfaatnya yang akan berdampak secara langsung pada sesama alumni;

d. keberadaan alumni di berbagai bidang usaha, lapangan pekerjaan dan institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan inspirasi kepada lembaga pendidikan, sehingga pada gilirannya dapat memotivasi para calon lulusan dalam menentukan prioritas dan cita-cita mereka ke depan.

Berdasarkan pemaparan tentang lulusan/alumni pada sebuah lembaga pendidikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lulusan/alumni masuk ke dalam lingkup manajemen peserta didik, karena peran dari lulusan/alumni sangat bermanfaat untuk sekolah, diantaranya yaitu: (1) sekolah bisa menjaring informasi dari alumni tentang lapangan kerja dan materi pelajaran yang membantu peserta didik untuk studi selanjutnya sehingga sekolah dapat memperoleh gambaran dan inspirasi; (2) prestasi yang didapat alumni dari sekolah juga dapat dijadikan bahan promosi sekolah dan membangun opini publik; (3) mampu mengembangkan jaringan dan membangun pencitraan sekolah di luar.

Akan tetapi dalam lembaga pendidikan kejuruan khususnya SMK ada perbedaan pada lingkup lulusan. Perbedaan tersebut dimulai dari perbedaan antara

pendidikan di SMK dengan pendidikan di SMA. Berikut uraian perbedaan SMK dengan SMA menurut Husaini Usman (2012: 81).

a. Tujuan SMK adalah menyiapkan lulusan untuk bekerja sesuai bidangnya, sedangkan tujuan SMA adalah untuk menyiapkan lulusan melanjutkan ke pendidikan tinggi.

b. SMK mengutamakan praktik, sedangkan SMA mengutamakan teori. c. Lulusan pendidikan kejuruan disiapkan untuk menjadi praktisi,

sedangkan lulusan pendidikan nonkejuruan disiapkan untuk menjadi akademisi.

d. Pendidikan menengah memiliki bengkel kerja (workshop), sedangkan nonkependidikan kejuruan tidak memiliki bengkel.

e. Pendidikan kejuruan memiliki unit produksi sekolah (UPS) sebagai miniatur DUDI, sedangkan nonkependidikan kejuruan tidak memiliki UPS.

f. Pendidikan kejuruan menghasilkan barang dan/atau jasa UPS, sedangkan nonkependidikan kejuruan tidak menghasilkan barang dan/atau jasa.

g. Pendidikan kejuruan memiliki peluang memasarkan barang dan/atau jasa, sedangkan nonkependidikan kejuruan tidak memiliki peluang memasarkan barang dan/jasa.

h. Pendidikan kejuruan harus memiliki institusi pasangan untuk tempat magang peserta didiknya, sedangkan nonkependidikan kejuruan tidak harus memiliki institusi pasangan.

Dari uraian tersebut disebutkan bahwa tujuan SMK adalah menyiapkan lulusan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya, SMK menghasilkan barang dan/atau jasa yang dapat berpeluang untuk dipasarkan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh SMK yaitu berupa lulusan/tamatan. Maka pihak SMK juga berpeluang untuk memasarkan lulusannya, karena selain bertujuan untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya, pihak SMK juga harus membantu para lulusannya yang kesulitan dalam hal mencari pekerjaan. Menurut Tiwan dan Anwar S (2004: 21):

pada tahun ajaran 1994/1995 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan Kurikulum SMK 1994, dengan Kepmen Dikbud nomer 080/u/1993. Salah satu program yang muncul dari kurikulum tersebut yaitu

pemasaran tamatan ini diharapkan akan membantu para lulusan yang kesulitan dalam hal mencari pekerjaan. Serta dengan adanya program penelusuran tamatan dapat memberikan masukan data-data lulusan yang telah bekerja maupun yang belum bekerja.

Dari uraian tentang ruang lingkup manajemen peserta didik, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup manajemen peserta didik di SMK terdiri dari analisis kebutuhan peserta didik; rekruitmen peserta didik baru; seleksi peserta didik; orientasi; penempatan peserta didik (pembagian kelas); pembinaan; pengembangan dan pelayanan peserta didik; pencatatan dan pelaporan; kelulusan; lulusan/alumni. Komponen lulusan/alumni terdiri dari dua kegiatan yaitu pemasaran dan penelusuran lulusan yang akan menjadi pembahasan selanjutnya.

Dokumen terkait