• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Semangat Beribadah dengan Meyakini Hari Akhir

B. Ruang Lingkup I¥s±n

Kepada siapa kita harus berlaku I¥s±n? Dilihat dari objek nya (pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan baik/I¥s±n dari kita), kita harus berbuat I¥s±n

kepada Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.

Secara lebih rinci, pihak-pihak yang berhak mendapatkan I¥s±n ialah sebagai berikut:

1. I¥s±nkepada Allah Swt.

Yaitu berlaku I¥s±n dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah ma¥«ah (murni, ritual), seperti salat, puasa, dan sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut dengan ibadah gairu ma¥«ah (ibadah sosial), seperti belajar-mengajar, berdagang, makan, tidur, dan semua perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang I¥s±n di atas, I¥s±n kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini. a. Beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan melihat-Nya.

Keadaan ini merupakan tingkatan I¥s±n yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.

b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya. Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang

pertama, karena sikap I¥s±nnya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.

Kedua jenis I¥s±n inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Swt., jauh dari motif

riya’.

2. I¥s±n kepada sesama makhluk ciptaan Allah Swt. Dalam Q.S al-Qa££±£h/28:77 Allah berirman:

“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dari berbagai ayat dan hadis, berbuat kebajikan (I¥s±n) kepada sesama makhluk Allah Swt. meliputi seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut:

a. I¥s±n kepada kedua Orangtua.

Allah Swt. berirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan .” dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku di waktu kecil.” (Q.S. al-Isr±’/17:24)

Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirm³z³, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda (artinya): “Keri«±an Allah berada pada keri«±an

orangtua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan orangtua.”(HR. at-Tirm³z³).

Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Mereka telah berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian penuh dan belas kasihan. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan anak-anak ketika masih lemah. Selain itu, orangtua memberian kasih sayang yang tidak ada tandingannya. Jika demikian, apakah tidak semestinya orangtua mendapat perlakuan yang baik pula sebagai imbalan dari budi baiknya yang tulus itu? Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam irman-Nya, “Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar-Rahm±n/55:60).

b. I¥s±n kepada Kerabat Karib.

Menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk I¥s±n kepada mereka, bahkan Allah Swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Swt. berirman: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”(Q.S. Muhammad/47:22).

Silaturahmi merupakan kunci mendapatkan keri«±an Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berirman: “Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubunganKu dengannya.”(HR. at-Tirm³z³).

c. I¥s±n kepada Anak Yatim.

Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya adalah sabda Rasulullah saw.:

“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).”(HR. al-Bukh±ri, Abu D±wud, dan at-Tirm³z³).

d. I¥s±n kepada Fakir Miskin.

Berbuat I¥s±n kepada orang miskin ialah dengan memberikan bantuan kepada mereka terutama pada saat mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda,”Orang-orang yang menolong janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

e. I¥s±n Kepada Tetangga.

I¥s±n kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah.

Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam kategori tetangga. Seorang tetangga kair mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim, dan sebagai kerabat.

Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.”(HR. al-Syaikh±ni).

Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. at-°abr±ni).

f. I¥s±n kepada Tamu

I¥s±n kepada tamu, secara umum adalah dengan menghormati dan menjamunya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jam±’ah, kecuali Naºa’i).

Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan jauh). Cara berbuat I¥s±n

terhadap ibnu sabil dengan memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta.

g. I¥s±n kepada Karyawan/Pekerja

Kepada karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum keringat mereka kering (segera), tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup melakukannya. Secara umum kita juga harus menghormati dan menghargai profesi mereka.

h. I¥s±n kepada Sesama Manusia

Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (¦R. Al-Bukh±ri dan

Muslim).

Wahai manusia, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai satu sama lain dalam pergaulan, menyuruh kepada yang

ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Menunjuki jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.

i. I¥s±n kepada Binatang

Berbuat I¥s±n terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam.

“…Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”. (¦R. Muslim).

j. I¥s±n kepada Alam Sekitar

Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan kelestarian hidup alam dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan secara bertanggungjawab. Allah Swt. berirman: “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qằº/28:77).

Aktivitas Siswa:

1. Carilah kisah inspiratif terkait dengan tema I¥s±n!

2. Catat pelajaran yang terdapat dalam kisah yang kamu temukan! 3. Presentasikan di depan kelasmu!

Gambar: 6.8. Perlu dilestarikan sebagai bentuk I¥s±n.