• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Akad Mura<bah{ah

3. Rukun Mura<bah{ah

33

e. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia:21

 Nomor 04/DSN/MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Mura<bah{ah

 Nomor 13/DSN/MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang uang muka dalam Mura<bah{ah

 Nomor 16/DSN/MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang diskon dalam Mura<bah{ah

 Nomor 17/DSN/MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang sanksi atas nama nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran

 Nomor 23/DSN/MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang potongan pelunasan dalam Mura<bah{ah

3. Rukun Mura<bah{ah

Rukun jual beli menurut Mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul, sedangkan menurut Jumhur ulama ada empat rukun yaitu: orang yang menjual, orang yang membeli, shighat, dan barang yang diakadkan.22

Menurut Mazhab Hanafi bahwa ijab adalah menetapkan perbuatan tertentu yang menunjukkan keridhaan yang keluar pertama kali dari pembicaraan salah satu dari dua orang yang mengadakan akad. Qabul adalah apa yang diucapkan kedua kali dari pembicaraan salah satu dari kedua belah pihak. Jadi yang dianggap adalah awal munculnya dan yang kedua saja. Baik yang berasal dari pihak penjual maupun dari pihak pembeli.

21Muhammad Yazid, Fiqh MuamalahEkonomi Islam , (Surabaya: IMTIYAZ, 2017), cet II, 175-176.

34

Menurut ulama Jumhur, ijab adalah apa yang muncul dari orang yang mempunyai hak dan memberikan hak kepemilikannya meskipun munculnya belakangan; sedangkan qabul adalah apa yang muncul dari orang yang akan memliki barang yang dibelinya meskipun munculnya di awal.

Rukun Mura<bah{ah adalah:23

1. Adanya pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu: a. Penjual

b. Pembeli

2. Obyek yang diakadkan, yang mencakup: a. Barang yang diperjualbelikan

b. Harga

3. Akad/Shighat yang terdiri dari: a. Ijab (serah)

b. Qabul (terima) 4. Syarat Mura<bah{ah

Syarat jual beli adalah sesuai dengan rukun jual beli yaitu:24 1. Syarat orang yang berakal

Orang yang melakukan jual beli harus memenuhi:

a. Berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan anak kecil dan orang gila hukumnya tidak sah. Menurut Jumhur ulama bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus telah baligh dan berakal.

23Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah), (Surabaya: UIN SA Press, 2014), 180-181.

35

b. Yang melakukan akad jual beli adalah orang berbeda. 2. Syarat yang berkaitan dengan ijab dan kabul

Menurut para ulama fiqih, syarat ijab dan kabul adalah: a. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal. b. Kabul sesuai dengan ijab.

c. Ijab dan kabul itu dilakukan dalam satu majelis. 3. Syarat barang yang dijualbelikan

Syarat barang yang dijualbelikan, yaitu:

a. Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang.

b. Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli.

c. Barang itu ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak menjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

d. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.

e. Milik seseorang, barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh dijualbelikan.

f. Boleh diserahkan saat akad berlangsung dan pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

4. Akad/Shighat

a. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad. b. Antara ijab dan qabul (serah terima) harus selaras baik dalam

36

c. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.

Selain itu ada beberapa syarat-syarat sahnya jual beli Mura<bah{ah adalah sebagai berikut:25

a. Mengetahui harga pokok

Agar transaksi Mura<bah{ah sah, pembeli hendaknya mengetahui harga pertama, karena mengetahui harga adalah syarat sah jual beli. Hal itu karena transaksi tersebut tergantung modal pertama. Untuk itu, jika harga pertama tidak diketahui, maka transaksi Mura<bah{ah ini tidak sah sampai harga pertamanya diketahui di tempat transaksi. Jika harga pertama tidak diketahui sampai kedua belah pihak berpisah, maka transaksi tersebut dinyatakan tidak sah.26Pada perbankan syariah, Bank dapat menunjukkan bukti pembelian obyek jual beli Mura<bah{ah kepada nasabah, sehingga dengan bukti pembelian tersebut nasabah mengetahui harga pokok Bank. b. Mengetahui keuntungan

Keuntungan yang diminta penjual hendaknya jelas, karena keuntungan adalah bagian dari harga barang. Sementara mengetahui harga barang adalah syarat sah jual beli.27 Keuntungan atau dalam praktek perbankan syariah sering disebut dengan margin Mura<bah{ah dapat dimusyawarahkan

25Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah), (Surabaya: UIN SA Press, 2014), 181-182.

26 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk, Cet I, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 358-359.

37

antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, sehingga kedua belah pihak, terutama nasabah dapat mengetahui keuntungan bank.

c. Harga pokok dapat dihitung dan diukur

Harga pokok harus dapat diukur, baik menggunakan takaran, timbangan ataupun hitungan. Ini merupakan syarat Mura<bah{ah. Harga bisa menggunakan ukuran awal, ataupun dengan ukuran yang berbeda, yang penting bisa diukur dan di ketahui.

d. Jual beli Mura<bah{ah tidak bercampur dengan transaksi yang mengandung riba.

e. Akad jual beli pertama harus sah. Jika transaksi yang pertama tidak sah, maka barang yang bersangkutan tidak boleh dijual dengan cara Mura<bah{ah, karena Mura<bah{ah adalah menjual sesuai dengan harga pertama (modal) dengan menambahkan keuntungan. Sementara dalam transaksi jual beli yang tidak sah, kepemilikan barang hanya bisa ditetapkan dengan nilai barang dagangan atau barang sejenisnya, dan bukan dengan harga, karena penentuan harga terbukti tidak sah dengan tidak sahnya transaksi.28 Kalau jual beli pertama tidak sah maka jual beli Mura<bah{ah selanjutnya juga tidak sah.