• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD IJARAH

D. Rukun dan Syarat-syarat Ij±rah

Ij±rah memiliki persamaan dengan jual beli. Selain terlihat dari definisi di atas, di dalamnya juga terkandung makna pertukaran harta dengan harta.30 Oleh karena itu dalam masalah rukun dan syaratnya, ij±rah juga memiliki rukun dan

29Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 216.

syarat yang berdekatan dengan jual beli. Jumhur Ulama lebih memandang rukun sebagai unsur-unsur yang membentuk sebuah perbuatan.

Rukun ij±rah menurut mayoritas Ulama terdiri atas empat unsur, yaitu ‘aqidain

(mu`jir dan musta`jir) atau dua pelaku akad, sighat (ijab dan qabul), upah dan manfaat barang.31 Syarat ij±rah terdiri dari empat macam, sebagaimana syarat jual beli, yaitu syarth al-in’iqad, (syarat terjadinya akad), syarth an-naf±dz (berlangsungnya akad), syarat sahnya akad dan syarat lazim (syarat mengikatnya akad).32

1. Syarat terjadinya akad

Ada tiga macam syarat terjadinya akad (syarat al-’inqad) yaitu berkaitan dengan pelaku akad, berkaitan dengan akad sendiri, dan berkaitan dengan objek akad. Agar akad ij±rah sah, pelaku akad ini diharuskan memenuhi syarat yaitu berakal. Dengan syarat berakal ini, yaitu ahliyatul aqidaini ( cakap berbuat).33 Tidak sah akad ij±rah yang dilakukan orang gila dan anak-anak, baik ia sebagai penyewa

31

Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia,2001), h. 125.

32

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayyie dkk. (Dar al-Fikr, Depok, 2011), h. 389.

atau orang yang menyewakan, agar akad tersebut berlaku mengikat dan menimbulkan konsekuensi hukum.

طرشيو

رفاك راجئتسا حصي معن قِا غب اركاا مدعو دشرلا نم ىرشماو عئابلا رمام نيدقعلا

ة اركلا عم ع ةراجا ولو ملسم

34

Artinya: Dan disyaratkan pada dua orang yang berakad sebagaimana yang telah dibahas pada pejual dan pembeli yaitu harus cerdik dan tidak dalam keadaan terpaksa dengan cara tidak benar, sah melakukan ij±rah orang kafir dengan orang Islam sekalipun pada sewa menyewa benda kendati hukumnya makruh.

Dalam pasal 1320 KUH Perdata Indonesia telah dijelaskan bahwa salah satu syarat dari suatu perjanjian adalah adanya kecakapan dari orang yang melakukan perikatan. Syarat dalam KUH perdata sama dengan syarat tamyis dari rukun pertama akad dalam hukum Islam.35 Dengan demikian akad ij±rah tidak sah apabila pelakunya gila atau anak kecil tidak mumayiz. Syarat berkaitan dengan akad, seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dalam hal pertukaran objek akad,

34

Muhammad Syata ad-Dimyati, I͛anah at-Talibin, Juz III,(Beirut: Dar al-Fikr, 1423), h. 108.

35Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih

ij±rah sama dengan jual beli. Oleh karena itu, persyaratan shighat dalam ij±rah juga sama dengan persyaratan shighat dalam jual beli.

Akad ij±rah tidak sah bila antara ijab dan qabul tidak bersesuaian. Seperti tidak bersesuaian antara objek akad dan batas waktu yang telah ditentukan. Ijabnya disyaratkan harus jelas maksud dan isinya, baik berupa ungkapan lisan, tulisan, isyarat maupun lainya, harus jelas jenis akad yang dikehendaki. Begitu pula qabul harus jelas maksud dan isinya akad dan syarat tempat akad, syarat yang berkaitan dengan akad adalah ijab dan qabul harus terjadi dalam satu majlis.

2. Syarat Berlangsungnya Akad

Syarat berlangsungnya akad ij±rah adalah adanya hak kepemilikan atau kekuasaan. Akad ij±rah yang dilakukan oleh seorang fudhuli (orang yang membelanjakan harta orang lain tanpa seizinnya) adalah tidak sah karena tidak adanya hak kepemilikan atau hak kuasa.

3. Syarat Sahnya Ij±rah

Untuk sahnya ij±rah harus dipenuhi beberapa syarat yang berkaitan dengan aqid (pelaku), ma’qud ‘alaih (objek), ujrah (upah), dan akadnya sendiri.

a. Persetujuan kedua belah pihak

Agar akad ij±rah yang dilakukan sah, seperti juga dalam jual beli, disyaratkan kedua belah pihak melakukan akad tersebut secara suka rela, terbebas dari paksaan dari pihak manapun. Konsekuensinya, kalau akad tersebut dilakukan atas dasar paksaan, maka akad tersebut tidak sah. Sementara ij±rah itu sendiri termasuk dalam kategori tijarah, di mana di dalamnya terdapat unsur pertukaran harta. Kalau dalam akad itu terkandung unsur paksaan, maka akad itu termasuk dalam kategori akad fasid, berdasarkan ayat al-Quran:

مك م ضارت نع ةراج نوكت نا اا لطابلاب مك يب مكلاوما اولكأتا او ما نيذلااهياي

Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.‛ (Surat an-Nisa` ayat 29).36

Ij±rah termasuk kepada perniagaan (tijarah) karena di dalamnya terdapat tukar menukar harta.

b. Objek akad

36

Objek akad yaitu manfaat harus jelas. Jika manfaat itu tidak jelas dan menyebabkan perselisihan, maka akadnya tidak sah karena ketidakjelasan menghalangi penyerahan dan penerimaan sehingga tidak tercapai maksud akad tersebut. Di antara cara untuk mengetahui ma’qud ‘alaih (barang) adalah dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan ij±rah atas pekerjaan jika ij±rah atas pekerjaan atau jasa seseorang. Objek yang disewakan dapat diserahterimakan baik manfaat maupun bendanya.37

Maka tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak dapat diserahterimakan. Untuk objek yang tidak berada dalam majlis akad, dapat dideskripsikan dengan suatu keterangan yang dapat memberikan gambaran mengenai objek. Dan orang yang menyewakan dapat menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa.

Manfaat dari objek yang disewakan harus sesuatu yang dibolehkan oleh syariat, seperti menyewa sawah untuk ditanami, menyewa rumah untuk didiami dan tidak melakukan ij±rah terhadap perbuatan maksiat, seperti menyewakan rumah untuk tempat berjudi. Objek benda yang disewakan disyaratkan kekal

ain (zat)nya. Benda yang disewa dapat dimanfaatkan berulang kali tanpa mengaki batkakerusakan zat dan pengurangan zatnya, sampai waktu yang telah ditentukan menurut perjanjian dalam akad.38

Adapun syarat yang berkaitan dengan upah adalah upah harus berupa mal mutaqawwim sesuatu yang dianggap harta dalam pandangan syari'at dan diketahui secara jelas jumlah, jenis dan sifatnya. Upah atau imbalan bukan manfaat atau jasa yang sama dengan yang disewakan. Misalnya imbalan sewa rumah dengan sewa rumah, upah mengerjakan sawah dengan mengerjakan sawah. Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai dari Sa ad Ibnu Abi Waqqash ia berkata:

ِعْرَزلا َنِم ىقاَوَسلا ىلَع اِم ضْرَاا يرْكُن ا ُك : لاق ملسو يلع ها ىلص ها لوسر نأ صاقو نبا دعس نع

ها ىلص ها لوسر ىَهَ َ ف

دمأ اورُ ٍقَرَو ْوأ ٍبَ َذِب َاهَيِرْكن نأ اَنَرَمَاَو كِلَذ نع ملسو يلع

و

دواد وبأ

ئاس لاو

.(

39 38

Ghufron A. Mas’adi, Fiqh muamalah kontekstual. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2002), h. 184. 39

Artinya: Dulu kami biasa menyewakan tanah dengan bayaran hasil dari bagian tanah yang dekat dengan sungai dan tanah yang banyak mendapat air. Maka Rasulullah SAW melarang kita dari itu, dan menyuruh kita untuk menyewakan tanah dengan bayaran emas atau perak. (H.R Ahmad, Abu Dawud dan Nasai).

c. Syarat mengikatnya akad

Agar akad ij±rah itu mengikat diperlukan dua syarat yaitu benda yang disewakan harus terhindar dari cacat yang menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang disewa itu. Dan tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan akad ij±rah. Akan tetapi, menurut Jumhur Ulama akad ij±rah tidak batal karena adanya udzur selama objek akad yaitu manfaat tidak hilang sama sekali.

Dokumen terkait