• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-39)

5.2 Rumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

5.2.2 Rumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia

Hasil estimasi menunjukkan bahwa penambahan jumlah penduduk di Kawasan Timur Indonesia akan berpengaruh pada penurunan jumlah penduduk miskin. Penambahan jumlah penduduk diharapkan dapat memberikan tambahan input tenaga kerja bagi aktivitas produksi yang ada, menciptakan lapangan kerja yang baru sehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan pembangunan di Indonesia bagian timur.

Penambahan penduduk dibutuhkan karena jika dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia, maka angka kepadatan penduduk di Kawasan Timur

Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Kawasan Barat Indonesia. Sumberdaya manusia yang sedikit dan fasilitas publik yang belum memadai membuat sebagian besar daerah masih tertinggal dan sebagian besar penduduknya hidup dalam kemiskinan. Menurut data BPS (2009), Kawasan Timur Indonesia mempunyai luas wilayah sekitar 67,76 persen dari luas wilayah Indonesia namun hanya dihuni sekitar 19,35 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Berikut disajikan gambar angka kepadatan penduduk di Kawasan Timur Indonesia.

Sumber: BPS, 2009 (diolah)

Gambar 24 Angka kepadatan penduduk di Kawasan Timur Indonesia, 2009. Terkait dengan kurangnya sumberdaya manusia di Kawasan Timur Indonesia, maka kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat diwujudkan melalui program pemerataan kepadatan penduduk antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia. Pemerataan penduduk dapat dilakukan dengan cara transmigrasi dari Kawasan Barat Indonesia yang padat penduduk ke Kawasan Timur Indonesia yang jarang penduduk. Diantara duabelas provinsi yang ada di Kawasan Timur Indonesia, ada beberapa provinsi yang menolak untuk dijadikan daerah tujuan transmigrasi. Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya wilayah Lombok menolak untuk dijadikan daerah transmigrasi karena penduduknya sudah padat. Selain itu, Provinsi Papua juga menolak untuk dijadikan daerah tujuan transmigrasi nasional karena ada kekhawatiran dari penduduk asli akan semakin tersingkir keberadaannya jika penduduk pendatang semakin banyak. Namun demikian, Papua Barat masih mau menerima transmigran pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Transmigrasi masih menjadi solusi yang relevan untuk dilaksanakan karena dapat menanggulangi pengangguran dan kemiskinan. Daerah transmigrasi menyediakan lapangan pekerjaan berupa usaha pertanian terutama bagi kelompok penganggur di perdesaan melalui penyediaan aset lahan pertanian, sarana produksi pertanian, pelatihan, pendampingan dan introduksi teknologi. Selanjutnya, memberikan fasilitas kepada eks Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) untuk mendapatkan tempat tinggal dan kesempatan kerja di kawasan transmigrasi.

Terkait dengan masalah kemiskinan, program transmigrasi memfasilitasi perkembangan masyarakat melalui peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana, pemberian bantuan modal dana bergulir dan pendampingan khusus (lembaga keuangan mikro dan pengembangan usaha). Selanjutnya, memfasilitasi pemberdayaan masyarakat transmigrasi melalui pendampingan, penyediaan kebutuhan dasar (kesehatan, pendidikan, bantuan pangan) dan peningkatan kapasitas sosial dan ekonomi.

Luasnya wilayah di Kawasan Timur Indonesia masih memberikan peluang kepada penduduknya untuk berusaha mencari penghasilan di sektor pertanian. Sektor pertanian masih mendominasi perekonomian di Kawasan Timur Indonesia baik dari outputnya maupun tenaga kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan pekerja sektor pertanian berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin. Penambahan jumlah tenaga kerja pertanian akan meningkatkan

marginal product of labor pertanian dan akan meningkatkan outputnya sehingga

bisa memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakatnya dan kemiskinan akan turun.

Program transmigrasi dapat dijadikan sarana untuk memajukan pembangunan pertanian di Kawasan Timur Indonesia. Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar sebagai sumber pendapatan masyarakat di perdesaan. Peningkatan investasi di sektor ini sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya. Ini berarti akan memberikan hasil pertanian yang lebih besar, harga produk pertanian yang lebih murah dan pendapatan tenaga kerja meningkat sehingga akan mengurangi sebagian besar penduduk miskin, khususnya yang tinggal di daerah perdesaan.

Menanggapi hal tersebut, ada beberapa kebijakan dapat dilakukan antara lain: pertama, meningkatkan produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian dapat ditingkatkan dengan bermacam-macam cara, antara lain dengan menambah pekerja pertanian, menambah investasi, mengembangkan teknologi pertanian, pemberian penyuluhan kepada para petani, memberikan kemudahan dalam memperoleh modal dan penyediaan input pertanian dengan harga terjangkau. Untuk membantu petani meningkatkan kesejahteraannya maka kemudahan untuk memasarkan hasil panen dan kebijakan untuk mengatur harga output pertanian dari pemerintah sangat penting sehingga pada musim panen harga output tidak jatuh dan pada saat paceklik harga pangan tidak melonjak tinggi.

Salah satu langkah untuk meningkatkan teknologi pertanian, pemerintah harus siap menyediakan fasilitas yang baik bagi ahli-ahli pertanian agar mereka dapat bekerja lebih optimal dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian. Jika ini berhasil, maka keuntungan tidak hanya dirasakan oleh petani saja namun oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan teknologi tinggi diharapkan biaya bahan baku menjadi murah, keuntungan petani meningkat, upah buruh tani meningkat dan harga bahan pangan menjadi lebih murah. Jika harga murah maka daya beli masyarakat meningkat, kesejahteraan meningkat dan kemiskinan dapat dikurangi.

Selain meningkatkan produktivitas pertanian, daya saing produk juga harus ditingkatkan. Beberapa hasil perkebunan di Kawasan Timur Indonesia menjadi barang ekspor yang banyak disukai oleh negara lain, salah satunya adalah kakao. Kakao merupakan bahan dasar cokelat dan Pulau Sulawesi menjadi daerah penghasil cokelat terbesar di Indonesia. Deptan (2009) mencatat bahwa 65,67 persen produksi kakao di Indonesia dihasilkan dari Pulau Sulawesi. Selain kakao, perkebunan sawit juga dihasilkan di Kawasan Timur Indonesia. Kalimantan Tengah merupakan wilayah penghasil sawit terbesar keempat setelah Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Selain tanaman perkebunan, sumberdaya laut menjadi kekayaan alam yang melimpah di Kawasan Timur Indonesia. Pengembangan budidaya laut mempunyai prospek yang baik bagi pengentasan kemiskinan terutama penduduk miskin yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Menurut Mardianto (2001), sektor pertanian menjadi sektor yang sangat berperan dalam pembentukan PDRB di Kawasan Timur Indonesia. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, sektor pertanian mampu memperkecil dampak krisis ekonomi terhadap perekonomian Kawasan Timur Indonesia. Untuk lebih meningkatkan kinerja sektor pertanian, investasi sektor pertanian sangat diperlukan. Berdasarkan penelitiannya, investasi sektor pertanian memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap sub sektor pertanian. Dampak langsung maupun tidak langsung diterima oleh subsektor peternakan, perikanan dan kehutanan. Temuan berikutnya adalah komoditas andalan di Kawasan Timur Indonesia meliputi tanaman bahan makanan dan hortikultura, dimana kedua jenis komoditas ini mampu menciptakan nilai tambah dan kesempatan kerja yang tinggi.

Fenomena kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia dapat dikatakan sebagai anomali dari faktor resource endowment, dimana kelimpahan sumberdaya alam yang seharusnya dapat menyediakan sumber kehidupan yang lebih baik bagi penduduknya namun sebagian besar penduduknya hidup dalam kemiskinan dan ketertinggalan. Keterbatasan sumberdaya manusia, modal fisik, keterisolasian dan kurangnya akses terhadap pelayanan publik dan infrastruktur menyebabkan peluang-peluang ekonomi menjadi terbatas pula. Maka dari itu, intervensi pemerintah sangat diperlukan terutama dalam membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan membangun infrastruktur yang memadai agar aktivitas ekonomi meningkat dan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses pelayanan publik.

Menurut World Bank (1994), manfaat pembangunan infrastruktur sangat bsar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan keberlanjutan ekonomi. Semua manfaat itu bisa terwujud hanya jika infrastruktur tersebut mampu memenuhi permintaan secara efektif dan efisien dalam arti bisa memberikan pelayanan yang baik bagi seluruh masyarakat. Namun demikian, di negara berkembang sudah banyak investasi yang dipergunakan untuk membangun infrastruktur akan tetapi kurang maksimal dalam penggunaannya. Beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa pembangunan infrastruktur sangat penting untuk mendorong aktivitas ekonomi (Perkins, et al 2005 ; Seetanah, et al 2009).

Sementara itu, beberapa peneliti menyatakan bahwa infrastruktur sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) dan distribusi pendapatan antar wilayah (Akatsuka 1999; Calderon dan Serven 2004).

Terkait dengan peran dominan sektor pertanian pada perekonomian, terdapat hubungan yang erat antara pembangunan infrastruktur dengan peningkatan nilai tambah sektor pertanian. Penelitian tersebut dilakukan oleh Antle dalam Felloni et.al (2001) dengan pendekatan fungsi produksi. Ada beberapa variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan nasional bruto di sektor pertanian, antara lain lahan pertanian, masyarakat pertanian aktif, konsumsi pupuk kimia, jumlah (stok) hewan, produk nasional bruto dari industri transportasi dan komunikasi per unit lahan yang digunakan sebagai pendekatan infrastruktur.

Dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah, maka diperlukan pengembangan kompetensi, intelektualitas dan kreativitas sumberdaya manusia. Untuk mewujudkannya, kebijakan yang dapat dilakukan adalah: pertama, memprioritaskan penduduk untuk menempuh pendidikan dasar dan dilanjutkan pada pendidikan menengah. Kedua, berupaya untuk meningkatkan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia dengan memperbanyak lapangan pekerjaan bagi penduduk lulusan PT. Menurut Sitepu (2007), dengan adanya kebijakan peningkatan investasi sumberdaya manusia untuk pendidikan, maka rasio kemiskian, indeks kesenjangan kemiskinan dan indeks intensitas kemiskian di seluruh segmen rumahtangga menurun. Lebih lanjut, dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia maka kesehatan masyarakat harus senantiasa diperhatikan karena peningkatan kesehatan masyarakat akan menurunkan kemiskinan.

Terkait dengan kesejahteraan pekerja, pemerintah menetapkan upah minimum provinsi yang merupakan hasil kesepakatan antara pengusaha dan serikat buruh. Pengawasan pelaksanaan peraturan upah minimum provinsi harus dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran dari perusahaan dalam menggaji karyawannya. Bagi perusahaan yang tidak melaksanakan peraturan ini, maka pemberian sanksi wajib dilakukan.

Yudhoyono (2004) menyatakan bahwa kemiskinan di perdesaan dipengaruhi secara nyata oleh upah. Selain upah, terdapat beberapa variabel lain yang berpengaruh terhadap kemiskinan antara lain pengeluaran pemerintah di sektor pertanian, pertumbuhan ekonomi dan dummy reformasi. Sementara itu kemiskinan di perkotaan dipengaruhi oleh pengeluaran untuk infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dummy reformasi dan dummy desentralisasi.

Penetapan UMP berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan pekerja, namun demikian ada kecenderungan peningkatan UMP akan meningkatkan jumlah pengangguran dan berdampak pada peningkatan kemiskinan. Secara signifikan pengangguran akan berpengaruh positif pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Seperti halnya di Kawasan Barat Indonesia, pengangguran dapat berkurang jika ketersediaan lapangan pekerjaan baru memadai dan cukup menampung angkatan kerja baru yang mulai masuk dunia kerja. Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi diperlukan agar permintaan tenaga kerja meningkat dan pengangguran bisa turun. Program transmigrasi perlu dilakukan untuk mendorong terciptanya lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian di daerah tujuan transmigrasi, dan pada akhirnya pengangguran dapat diturunkan.

Untuk memajukan pembangunan ekonomi, ketersediaan jalan dan listrik menjadi sangat vital. Jalan yang baik akan memudahkan mobilitas manusia dan arus barang dan jasa sehingga suatu daerah akan mudah untuk mengakses pelayanan publik. Selain itu, jalan akan meningkatkan keterbukaan suatu daerah dengan daerah lainnya sehingga akan mendorong terjalinnya kerjasama antar daerah, khususnya dalam meningkatkan perekonomian. Kemajuan ekonomi yang dicapai akan menurunkan kemiskinan di daerah tersebut.

Muljono (2010) melakukan analisis dampak pembangunan infrastruktur jalan di Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia terhadap perekonomian dan distribusi pendapatan. Kesimpulan yang diperolehnya adalah pembangunan infrastruktur jalan mampu meningkatkan nilai tambah baik di Kawasan Barat Indonesia maupun di Kawasan Timur Indonesia. Komponen nilai tambah yang paling besar menerima manfaat dari pembangunan jalan adalah nilai tambah dari sumber penerimaan modal, tenaga kerja dan lahan. Selain itu, pembangunan infrastruktur jalan juga akan meningkatkan pendapatan rumah

tangga. Dampak pembangunan jalan lebih besar dirasakan Kawasan Barat Indonesia daripada Kawasan Timur Indonesia. Meskipun demikian, pembangunan jalan di Kawasan Timur Indonesia perlu untuk ditingkatkan demi kemajuan perekonomian dan pengentasan kemiskinan di kawasan tersebut.

Listrik merupakan salah satu bentuk energi penting dalam perkembangan kehidupan manusia, baik untuk kegiatan rumah tangga, pendidikan, kesehatan, usaha, industri maupun kegiatan lainnya. Ketersediaan energi listrik diatur oleh pemerintah baik pemakaian maupun harganya. Energi listrik tergolong energi yang relatif murah karena masih di subsidi pemerintah. Selain untuk keperluan rumah tangga, energi listrik menjadi input produksi yang sangat menentukan kelancaran kegiatan produksi. Kegiatan produksi yang lancar akan meningkatkan melancarkan kegiatan ekonomi sehingga akan dihasilkan perekonomian yang lebih maju. Peningkatan perekonomian akan meningkatkan permintaan tenaga kerja dan pendapatan pekerja yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk dan menurunkan kemiskinan.

Terkait dengan pentingnya jalan dan listrik bagi kesejahteraan penduduk, maka kebijakan yang harus dilakukan adalah menyediakan infrastruktur jalan dan listrik yang memadai bagi seluruh daerah, terutama daerah-daerah yang masih terisolasi. Ketersediaan jalan akan meningkatkan aktivitas ekonomi daerah terpencil dan memudahkan penduduk untuk akses ke pelayanan pendidikan, kesehatan dan layanan publik lainnya. Selain itu, banyaknya jalan-jalan yang dalam kondisi rusak perlu segera diperbaiki agar aktivitas ekonomi lancar. Dengan demikian daerah akan menjadi tidak terisolasi lagi dan penduduk dapat keluar dari belenggu kemiskinan.

Menurut LPEM-PSEKP-PSP, 2004 (Usman et.al 2005), listrik dapat menciptakan efisiensi. Harga energi listrik yang tergolong murah dapat menghemat pengeluaran rumahtangga miskin untuk energi. Dari hasil penghematan ini rumahtangga miskin dapat menabung atau menambah belanja rumahtangga yang lain antara lain untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan ataupun kesehatan. Tingginya akses rumahtangga miskin terhadap pelayanan listrik, rumahtangga dapat melakukan aktivitas produksi dengan berbagai macam kegiatan produktif pada skala rumahtangga. Selain itu, ketersediaan listrik akan

memudahkan rumahtangga miskin untuk mendapatkan informasi melalui media elektronik seperti radio, televisi sehingga dapat memberikan pengaruh pola pikir ke arah yang lebih produktif dan lebih maju.

Kendala geografis menyebabkan penyediaan listrik terhambat, untuk mengatasinya perlu dikembangkan teknologi untuk pembuatan listrik mandiri terutama di daerah-daerah yang sulit terjangkau listrik PLN. Pembuatan listrik mandiri dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di setiap daerah, misalnya aliran sungai atau waduk.

Selain penyediaan infrastruktur jalan dan listrik, jenis infrastruktur yang lain seperti ketersediaan sarana pendidikan, kesehatan, dan telekomunikasi akan sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. Hasil penelitian Abustan (2010) menunjukkan bahwa tingkat kesehatan kepala rumahtangga berpengaruh negatif terhadap kerentanan rumahtangga pada kemiskinan. Rumahtangga yang mempunyai penyakit kronis dan tidak produktif memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi miskin daripada rumahtangga yang sehat. Dalam kondisi sakit, rumahtangga akan berupaya untuk berobat meskipun biaya yang ada kurang cukup untuk membayar biaya pengobatan. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi biaya pengobatan, antara lain dengan menjual aset rumahtangga atau meminjam pada pihak lain, yang semuanya itu akan mengurangi pendapatan rumahtangga sehingga rentan jatuh miskin.

Pembangunan infrastruktur akan mendorong berbagai pihak untuk menanamkan modalnya di Kawasan Timur Indonesia. Akumulasi modal akan meningkatkan kegiatan perekonomian. Fungsi produksi Cob-Douglas menyususn bahwa penanaman modal sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan output disamping tenaga kerja Menurutdata BKPM (2011), penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) di Kawasan Timur Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Kawasan Barat Indonesia. Pada bulan Januari-Maret 2011, besarnya PMDN dan PMA di Kawasan Timur Indonesia masing-masing sebesar Rp394,7 miliar dan Rp1144 miliar. Pada Kawasan Barat Indonesia besarnya PMDN dan PMA masing-masing sebesar Rp10.205,2 miliar dan Rp3.251,6 miliar.

Selanjutnya, agar penanggulangan kemiskinan berjalan dengan lancar dan efektif, peran pemerintah daerah sangat penting mengingat segala program- program pembangunan selalu terkait dengan kebijakan yang diputuskan pemerintah daerah. Hasil penelitian Sumarto et. al (Papilaya 2006) menyebutkan bahwa tata kelola pemerintahan yang baik akan memberikan dampak positif pada upaya-upaya penanggulangan kemiskinan, namun sebaliknya tata kelola pemerintahan yang buruk akan menghambat upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-39)

Dokumen terkait