• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Definisi Konsep

7

2. Untuk mengetahui hasil penerapan kecerdasan spiritual pada siswa Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memberi informasi kepada para peneliti, orang tua, instansi dan juga para akademis khususnya dibidang bimbingan dan konseling.

b. Memberi saran kepada para peneliti lain untuk melakukan mengembangkan penelitian penelitian sejenis untuk menambah khazanah keilmuan.

c. Memberi pengertian pada semua orang bahwa kecerdasan spiritual (SQ) juga harus diperhatiakn, tidak hanya IQ dan EQ.

d. Menjadikan individu yang agamis, intelektual dan emosional.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sisi spiritual yang mana masih jarang mendapatkan perhatian.

b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menangani kasus yang sama dengan menggunakan bimbingan pribadi individu.

E. Definisi Konsep

Judul dalam skripsi ini adalah Penerapan Kecerdasan Spiritual Pada Siswa Pondok Pesantren AssSalafi Al Fithrah kedinding Surabaya. Untuk memperjelas judul diatas tersebut maka perlu dilakukan penjabaran dari setiap variabelnya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami pengertiannya.

8

1. Pendekatan Behavioristik

Para ahli pendekatan behavioristik berpendapat bahwa semua perilaku manusia didapat dari proses belajar. Dan juga tingkah laku tersebut bisa diubah dengan menggunakan prinip-prinsip belajar.6 Teori belajar yang dimaksud disini adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hubungan stimulus-stimulus dan respon-respon. Manusia senidiri dari lahir tidak memiliki warisan kecerdasan, bakat dan warisan-warisan abstrak lain. Semua perilakunya dibentuk dari lingkungannya.7

2. Kecerdasan Spiritual

Setiap orang pasti inin sukses dan bahagia. Berbagai ilmuan melakukan berbagai penelitian untuk mengetahui jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Tahun 1962, Alfred Binet menemukan Intellectual Quotient (IQ), namun selanjutnya banyak orang membuktikan bahwa kecerdasan otak saja tidak cukup, mereka menemui kesulitan dalam karier, mendapatkan kerja dan sering dijauhi karena sombong. Lalu tahun1990 Daniel Goleman menemukan Emotional Quotient (EQ), orang yang ber EQ tinggi memiliki empati, control diri, daya juan dan relasi yang banyak, namun ketika mencapai kesuksesan, mereka menemui keresahan-keresahan dalam hidup. Mereka merasa

6 Dimas Eko Saputro, “Penarapn Teori Behavioristik untuk Meminimalisir Penggunaan Handphone pada Jam Pembelajaran 3 Siswa Kelas VII SMP negeri I Teras Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015” Skripsi (Agustus 2015) hal. 3

7 Evi Aeni Rufaidah, “Teoi Belajar Behavioristik Menurut Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan

9

kesuksesan mereka tidak bermakna. Kemudian akhirnya ditemukanlah Spiritual Quotient (SQ) sebagai solusi menggapai sukses hakiki.8

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memahami diri dan Tuhan. Memahami diri berarti lebih mengenal siapa jati diri kita, apa tujuan hidup kita, apa fungsi dan peran kita di dunia, dan kemana nanti setelah kita meninggal dunia. Sedangkan memahami Tuhan berarti mengetahui siapa Tuhan kita, bagaimana melibatkan Tuhan dalam setiap urusan kita, serta bagaimana menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang wajib disembah serta sandaran utama. Kecerdasan spiritual juga berarti kecerdasan dalam memaknai hidup. Bagaimana memadukan antara terus berkarya dan memakmurkan alam raya dan juga tetap dalam penganbdian dan berbakti kepada Tuhan.9

Mengenal jati diri manusia berarti mengenal dan menyadari bahwa sebenarnya manusia adala hamba yang hidupnya dihabiskan untuk mengabdi dan mengabdi kepada Tuannya. Tidak ada tujuan sejati kecuali untuk menjadi hamba sejati, bukan hamba yang menuan. Fungsi yang harus dijalankan hamba adalah demi kepentingan tuannya, apapun keinginan tuannya.

3. Sabar

Sabar adalah ketika menguatkan diri dalam menjalankan suatu kebaikan meskipun kekuatan berada diambang batasnya. Sabar adalah

8 Amirullah Syarbini & Jumai Haryadi, Spiritual Motivation for Success (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012), hal. ix-x

10

ketika seseorang menahan diri dari berbuat keburukan meskipun situasi dan kondisi saat itu memungkinkan ia untuk melakukannya. Sabar adalah ketika seorang individu menahan keadaan yang diluar keiinginannya untuk tetap bertahan dan tidak menyerah. Singkatnya, sabar sebagaimana yang dituturkan oleh M. Quraish Shihab bahwa sabar adalah "menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik (luhur)".10

4. Penerapan Kecerdasan Spiritual Menggunakan Metode Behavioristik dan Penanaman Kesabaran

Penerapan kegiatan-kegiatan spiritual dilakukan secara berulang-ulang untuk membentuk timulus baru untuk klien. Stimulus-stimulus ini diberikan secara berkala dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan arahan-arahan bagaimana melaksanakan stimulus dengan benar. Secara tidak langsung juga klien diminta untuk melakukan stimulus secara sabar tanpa mengindahkan respon yang diinginkan terlebih dahulu. Hal ini ditujukan agar klien berfokus kepada proses yang tengah mereka jalani.

Peanaman rasa sabar juga dimaksudkan agar klien atau siswa memiliki jiwa yang ikhlas, jiwa berkhidmah (mengabdi) dalam rangka menjadi hamba Tuhan yang sebenarnya. Dimana kehidupan seorang hamba seharusnya diisi dengan mengabdi dan mengabdi kepada tuannya.

Buah atau respon dari timulus yang diberikan dalam penerapan spiritual biasanya baru dapat dipetik ketika stimulus yang dilakukan

10 Sukino, “Konsep Sabar dalam Al-Quran dan Kontekstualisasinya dalam Tujuan Hidup

11

benar-benar bagus menurut guru/tuan tempat mengabdi. Hal ini sesuai dengan fiman Allah dalam surat Al Hijr Ayat 99 berikut ini,

ُْﲔِﻘَﻴْﻟا َﻚَﻴِﺗَْ� ٰﱠﱴَﺣ َﻚﱠﺑَر ْﺪُﺒْﻋاَو

“Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang keyakinan kepadamu”. (QS. Al Hijr : 99)11

Dari firman Allah di atas dijelaskan bahwa kita sebagai hambanya dipeintahkan untuk beribadah dan terus beribadah hingga ibadah kita nantinya berbuah keyakinan. Begitu pula kegiatan-kegiatan spiritual yang diterapkan kepada siswa Al Fithrah, kegiatan demi kegiatan sepiritula dilaksanakan secara berulang meskipun siswa tidak atau kurang memahami dengan maksud dan manfaat dari apa yang ia lakukan hingga nantinya pemahaman mengenai tindakan yang dilakukan tersebut didapatkannya seiring waktu berjalan.

Keyakinan dan peubahan-peubahan tingkah laku menjadi respon ataubuah dari stimulus penerapan kecerdasan spiritual yang dilaksanakan. Keyakinan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa sebandig lurus dengan seberapa giat dan sabar para siswa melaksanakan kegiatan baru tersebut.

Buah atau respon dari penerapan spiritual tersebut yang akan merubah sedikit demi sedikit perilaku siswa yang kurang baik. Dimulai dari merubah niat yang kurang baik, kemudian merubah motif juga cara

12

siswa melaksanakan penerapan spiritual. Hingga hasil akhirnya merubah perilaku dan kehidupan siswa ke arah yang lebih baik.

Dokumen terkait