5. DESKRIPSI PROFIL TANAH
5.2. S IMBOL H ORIZON
Ikuti panduan dalam Soil Survey Staff (2003 atau versi lebih baru) sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Horizon yang diberi simbol adalah horizon genetik yaitu lapisan-lapisan di dalam tanah yang hampir sejajar dengan permukaan tanah, terbentuk sebagai hasil dari proses pembentukan tanah. Komposisi di dalam tiap-tiap horizon relatif homogen.
Horizon genetik tidak setara dengan horizon penciri.
Horizon penciri adalah horizon yang terdiri atas beberapa horizon genetik yang sifat-sifatnya dinyatakan secara kuantitatif dan digunakan sebagai penciri dalam klasifikasi tanah.
5.2.1. Horizon dan Lapisan Utama
Menurut Soil Survey Staff (2003) ada 7 horizon (dan lapisan) utama dalam tanah yang masing-masing diberi simbol dengan satu huruf besar (huruf kapital) yaitu (dari atas ke bawah):
O, A, E, B, C, R dan W. Tidak semua pedon memiliki ketujuh jenis horizon utama tersebut.
Uraian masing-masing horizon/lapisan utama tersebut disajikan di bawah ini.
Horizon atau lapisan 0 : horizon / lapisan yang didominasi bahan organik (selalu atau tidak pernah jenuh air).
Gambar 5. 1. Susunan horizon pada tanah organik
Horizon A : horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah horizon O yang memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian besar batuan asal atau struktur pengendapan (dalam kasus bahan-bahan angkutan). Horizon A memperlihatkan salah satu atau lebih sifat berikut ini:
Deskripsi Profil Tanah di Lapangan 58
(1) merupakan akumulasi bahan organik halus yang tercampur dengan bahan mineral dan tidak didominasi oleh sifat horizon E atau B.
(2) sifatnya dipengaruhi oleh kegiatan bercocok-tanam, penggembalaan atau berbagai pengolahan tanah lainnya.
Horizon E: horizon mineral dengan sifat utama terjadi pencucian liat silikat, Fe, Al (atau kombinasinya), bahan organik dan lain-lain sehingga menyisakan partikel-partikel pasir dan debu, dan umumnya berwarna terang. Warna tersebut lebih terang daripada horizon A di atasnya atau horizon B di bawahnya. Horizon E memperlihatkan kehilangan semua atau sebagian besar struktur batuan asal.
Hor. A (hitam) Hor. E (warna pucat)
Hor. B (coklat)
Gambar 5. 2. Susunan horizon pada tanah mineral
Horizon B : horizon yang terbentuk di bawah horizon A, E atau O dan memperlihatkan kenampakan dominan salah satu atau beberapa sifat sbb:
(1) terdapat iluviasi liat silikat, Fe, Al, karbonat, gipsum atau bahan organik (salah 1 / kombinasinya);
(2) terjadinya pemindahan karbonat;
(3) penimbunan relatif (penimbunan residual dari seskuioksida :Fe2O3, dan Al2O3) atau liat silikat, secara sendiri-sendiri atau campuran, yang terbentuk melalui proses lain selain pelarutan dan pemindahan karbonat-karbonat atau garam-garam larut lainnya akibat pencucian Si;
(4) selaput seskuioksida sehingga memberikan warna lebih gelap (value lebih rendah), lebih kuat (kroma lebih tinggi) atau lebih merah dari pada lapisan di atas dan di bawahnya, tanpa adanya iluviasi Fe secara nyata;
(5) alterasi bahan dari kondisi asalnya yang menghilangkan struktur batuan asal yang membentuk liat silikat, membebaskan oksida-oksida atau keduanya dan yang membentuk struktur butir (granuler), gumpal, atau prismatik; atau
(6) mudah hancur/rapuh (brittle) (7) gleisasi kuat
Horizon/lapisan C: horizon mineral yang mengalami sedikit alterasi oleh proses pedogenik.
Horizon ini, tidak atau sedikit sekali memiliki sifat-sifat horizon O atau batuan yang tidak cukup kuat untuk memenuhi kualifikasi lapisan batuan (R). Bahan-bahan yang diberi simbol C dapat serupa atau tidak serupa dengan bahan-bahan yang membentuk horizon-horizon A, E, atau B.
Termasuk lapisan C adalah bahan endapan, saprolit, batuan tak-padu dan bahan-bahan geologi lainnya yang agak / kurang tersementasi.
Deskripsi Profil Tanah 59
(a) (b) (c)
Gambar 5. 3. Susunan horizon pada beberapa tanah mineral. Hor Ap pada permukaan. Terlihat lapisan R (rock = batuan) pada profil tanah (c).
Lapisan R: Batuan kukuh/keras seperti granit, basalt, kuartzit, batupasir atau batukapur.
Beberapa lapisan R mengalami retakan kecil yang sebagian atau seluruhnya terisi dengan bahan-bahan tanah sehingga memungkinkan adanya akar.
Lapisan W (air): menunjukkan lapisan air dalam / di bawah tanah. Lapisan ini tidak digunakan untuk air yang dangkal, es atau salju di permukaan tanah,
5.2.2. Horizon Peralihan
Horizon peralihan merupakan lapisan-lapisan tanah yang memiliki sifat di antara dua horizon utama. Ada 2 jenis horizon peralihan yaitu: (a) Horizon yang memilikii 2 sifat horizon utama dan (b) Horizon yang disusupi oleh bahan dari horizon lain yang berdekatan.
Perbedan keduanya diuraikan di bawah ini
a. Horizon yang didominasi oleh sifat dari satu horizon utama yang juga memiliki sifat-sifat lain (subordinate) dari horizon utama yang berdekatan. Diberi simbol dengan 2 horizon utama menggunakan huruf kapital. Huruf pertama menunjukkan sifat horizon utama yang dominan, sedangkan huruf kedua menunjukkan sifat-sifat tambahan. Misalnya: horizon AB menunjukkan horizon peralihan antara horizon A dan B, tetapi horizon tersebut lebih menyerupai horizon A daripada horizon B. Penandaan AB atau BA dapat digunakan sebagai horizon permukaan jika horizon utama A telah mengalami kehilangan oleh erosi.
Horizon AB (dulu A3): horizon peralihan dari A ke B, tapi lebih mirip A.
Horizon EB (dulu A3): horizon peralihan dari E ke B, tapi lebih mirip E.
Horizon BA (dulu B1): horizon peralihan dari A ke B, tapi lebih mirip B.
Horizon BE (dulu B1): horizon peralihan dari E ke B, tapi lebih mirip B.
Horizon BC (dulu B3): horizon peralihan dari B ke C, tapi lebih mirip B.
b. Komponen-komponen yang terpisah dari 2 horizon utama dapat dikenali dalam suatu horizon dan setidak-tidaknya salah satu bahan komponen dikelilingi oleh yang lain (misalnya akibat salah 1 horizon menyusup ke dalam horizon yang lain). Penulisannya menggunakan 2 huruf kapital dengan garis miring di antara keduanya. Huruf pertama mencerminkan bahan-bahan dengan volume yang lebih besar dalam horizon peralihan.
Misalnya: A/B, B/A, E/B or B/E.
Horizon E/B: horizon peralihan yang terdiri atas horizon E dan horizon B dimana volume horizon E lebih besar daripada horizon B.
Horizon B/E: horizon peralihan yang terdiri atas horizon B dan horizon E, dimana volume horizon B lebih besar daripada horizon E.
Horizon B/C: horizon peralihan terdiri atas horizon B dan horizon C, dimana volume horizon B lebih besar dari horizon C.
Deskripsi Profil Tanah di Lapangan 60
5.2.3. Simbol Tambahan Dalam Horizon Utama
Huruf kecil digunakan untuk menunjukkan kenampakan spesifik dalam horizon utama dan dituliskan di belakang simbol horizon utama.
Di bawah ini dijelaskan menurut abjad sbb:
a - Bahan organik yang sangat terdekomposisi (saprik). Simbol a hanya digunakan dengan horizon utama O. Kandungan serat setelah diremas adalah < 17% volume
b - Horizon genetik yang tertimbun. Tidak digunakan untuk tanah organik, jadi hanya untuk horizon mineral.
c - Konkresi atau nodul dengan bahan utama Fe, Mn, Al atau Ti. Simbol c tidak digunakan untuk konkresi atau nodul dolomit, kalsit, atau garam lain yang lebih mudah larut.
d - lapisan yang menghambat akar secara fisik (BI tinggi). Simbol ini digunakan untuk menunjukkan lapisan-lapisan yang dipengaruhi manusia seperti tapak-bajak dan sona padat secara mekanik lainnya. Akar tidak dapat menembus kecuali sepanjang bidang rekahan.
e - Bahan organik dengan tingkat dekomposisi sedang (hemik). Simbol ini hanya digunakan untuk horizon O dengan kandungan serat bahan organik 17 – 40% (vol) setelah diremas.
f - tanah yang membeku. Horizon harus mengandung es permanen, bukan hanya pada waktu musim dingin.
g - gleisasi kuat. Gleisasi kuat ditunjukkan oleh warna tanah dengan, kroma rendah (≤ 2) disebabkan oleh reduksi besi dalam kondisi jenuh yang menggenang. Besi dapat berada dalam bentuk fero (Fe2+) atau lainnya. Simbol g digunakan untuk mengindikasi glei menyeluruh atau keberadaan glei yang disertai karatan atau konsentrasi redoks. Simbol ini tidak digunakan untuk bahan induk yang aslinya memang berkroma rendah seperti serpih (shale) ataupun horizon E, kecuali jika proses gleisasi memang terjadi. Simbol "g”
digunakan untuk horizon B dan C. Pengujian glisasi dapat dilakukan dengan menggunakan larutan αα-diphiridyl yang dlarutkan dalam asam asetat ..N.
Gambar 5. 4. Horizon B pada beberapa tanah mineral.
h - akumulasi iluvial bahan organik. Digunakan untuk horizon B. Simbol h menunjukkan akumulasi aluvial, bahan amorf, bahan organik yg dapat berdispersi dengan atau tanpa komponen seskuioksida.. Jika komponen seskuioksida cukup mengandung besi sehingga warna value dan kroma > 3 digunakan simbol tambahan (hs). Kompleks organoseskuioksida dapat menyelimuti partikel pasir dan debu atau terdapat sebagai butir-butir diskrit atau mengisi pori dan menyemen horizon tersebut, maka diberi simbol tambahan m.
i - Bahan organik kasar yang sedikit mengalami dekomposisi (fibrik). Hanya digunakan untuk horizon O yang menunjukkan kandungan bahan seratnya ≥ 40% (vol) set. diremas.
j – akumulasi jarosit (mineral dari seny kalium-sulfat atau besi-sulfat yang biasanya merupakan produk alterasi pirit yang tersingkap dalam lingkungan teroksidasi). Jarosit menunjukkan hue 2.5Y atau lebih kuning dan biasanya berkroma ≥ 6 .
k - akumulasi karbonat, biasanya kalsium karbonat. Digunakan untuk horizon B dan C.
Deskripsi Profil Tanah 61 m - sementasi atau pemadasan. Digunakan dengan semua horizon utama (kecuali R) yang pemedasannya > 90% dari horizon tersebut dan kontinyu sehingga akar-akar akar tidak dapat menembus kecuali melalui rekahan-rekahan.
Bila digabungkan dengan bahan perekatnya maka dituliskan sbb:
o km - padas dengan bahan perekat karbonat.
o qm - padas dengan perekat silika.
o sm - padas dengan perekat besi o ym - padas dengan perekat gipsum
o kqm - padas dengan perekat kapur dan silika
o zm - padas dengan perekat garam yang lebih mudah larut d/p gipsum.
n - akumulasi Na-tukar. Simbol ini digunakan pada semua horizon utama yang memperlihatkan sifat morfologi yang mencerminkan tingkat Na-tukar yang tinggi.
o - akumulasi residual seskuioksida. Simbol ini beda dengan simbol s yang menunjukkan akumulasi seskuioksida (kompleks dengan humus) karena proses iluviasi, sedangkan simbol "o" merupakan akumulasi residual seskuioksida akibat pencucian silika.
p - pengolahan tanah/gangguan lain (seperti pembajakan, pencangkulan dan lain-lain).
Simbol ini hanya digunakan untuk horizon A atau O. Horizon E, B, atau C yang muncul di permukaan kemudian diolah, semuanya, diberi simbol Ap
q - akumulasi silika sekunder. Simbol ini digunakan untuk semua horizon utama (kecuali R) yang mengalami akumulasi silika sekunder. Jika memadas dan kontinyu, simbolnya adalah
"qm".
r - bat melapuk atau lunak. Untuk horizon C, misalnya bat beku yang melapuk, batu pasir, batu debu, atau serpih lunak yang sebagian memadu. Akar tanaman tidak dapat menembus, kecuali lewat bidang patahan. Dapat digali dengan cangkul.
s - akumulasi iluvial seskuioksida dan bahan organik. Untuk horizon B dengan akumulasi iluvial kompleks seskuioksida- bahan organik, dan punya warna dengan value dan kroma >
3. Bila baik bahan organik maupun seskuioksida jumlahnya cukup banyak dan value serta kroma ≤ 3 maka simbolnya adalab "hs"
ss - terdapat bidangkilir. Untuk tanah yang punya sifat mengembang (basah) dan mengkerut (kering). Bidangkilit merupakan akibat langsung dari pengembangan mineral liat shear failure yang membentuk sudut 20-60o thdp bid horizontal. Merupakan indicator sifat vertik, selain ped bebtk baji dan rekahan permukaan.
t - akumulasi liat silikat, baik akibat iluviasi atau pembentukan dan pemindahan dalam horizon yang bersangkutan (in situ), atau kedua-duanya. Liat dapat ditemukan dalam bentuk, selaput liat di permukaan butir struktur tanah, dalam pori-pori lamela, atau sebagai penghubung butir-butir mineral tanah.
v - plintit. Untuk horizon yang banyak mengandung bahan warna merah, kaya besi, miskin humus, teguh atau sangat teguh jika lembab dan mengeras tidak balik bila terbuka di udara dan mengalami basah dan kering berulang-ulang.
w - perkembangan warna atau struktur. Untuk horizon B yang baru ada perkembangan warna atau struktur, atau keduanya, dengan sedikit atau tanpa akumulasi illuvial bahan tanah tertentu. Tidak digunakan untuk horizon peralihan.
x - fragipan. Menunjukkan adanya lapisan padas (BI tinggi), teguh tetapi rapuh.
y - akumulasi senyawa gipsum (CaSO4.2H2O).
z - akumulasi garam yang lebih mudah larut daripadap gipsum.
Deskripsi Profil Tanah di Lapangan 62
Gambar 5. 5. Horizon Bss dan kenampakan bidang kilir (slickenside).
5.2.4. Kesepakatan Penggunaan Simbol Tambahan
Horizon atau lapisan utama dapat mempunyai satu atau lebih simbol tambahan dengan aturan sbb:
1. Simbol tambahan ditulis langsung di belakang simbol horizon/lapisan utama.
2. Umumnya tidak lebih dari 3 simbol tambahan.
3. Horizon permukaan yang diolah hanya diberi simbol tambahan "p", kecuali ada akumulasi kalsium karbonat (kp), kalsium sulfat (py), atau garam mudah larut (pz), di susun menurut abjad, sesuai petunjuk nomor 9.
4. Bila diperlukan lebih dari 1 simbol tambahan, maka huruf-huruf berikut harus ditulis paling dulu: a, d, e, h, i, r, s, t, dan w. Kombinasi huruf-huruf tersebut hanya dapat dilakukan untuk Bahan s atau Crt.
5. Bila diperlukan lebih dari 1 simbol tambahan dan bukan merupakan horizon tertimbun, maka huruf-huruf berikut harus ditulis paling akhir: c, f, g, m, v, dan x. Misalnya: Btc, Bkm, Bsv.
6. Untuk horizon tertimbun, huruf "b" harus ditulis paling akhir. Huruf "b" hanya untuk tanah mineral yang tertimbun.
7. Horizon B yang mempunyai akumulasi liat tinggi (t) dan juga menunjukkan perkembangan warna atau struktur, atau kedua-duanya (w) diberi simbol Bt. ("t" diutamakan terhadap
"w", "s", dan "h". Untuk horizon B yang mempunyai sifat g, k, n, q, y, z, atau o, dan juga mempunyai akumulasi liat, (t), maka huruf "t" harus ditulis lebih dulu, misalnya: Bto, Btg, Btn, dsb.
8. Simbol "h', "s", dan "w" tidak dapat digunakan bersama-sama dengan simbol g, k, n, q, y, z, atau o, kecuali hanya untuk tujuan penjelasan.
9. Kecuali yang disebutkan di atas, maka simbol horizon tambahan dituliskan menurut abjad.
5.2.5. Pembagian Vertikal
Horizon kadang-kadang perlu dibagi lebih lanjut karena ada perbedaan beberapa sifat morfologi misalnya struktur tanah, warna, dan lain-lain. Untuk itu satu angka Arab perlu ditambahkan di belakangnya.
Untuk horizon/lapisan C, misalnya, dapat dibagi menjadi C1-C2-C3 dst; atau bila di bagian bawah mengalami gleisasi maka menjadi C1 - C2 – Cg1 - Cg2 atau C – Cg1 - Cg2 - R.
Penomoran selalu dimulai dengan angka 1 untuk horizon apapun. Contoh lain misalnya Bt, dapat dibagi menjadi Bt1 - Bt2 - Btk1 - Btk2 dan bukan Bt1 - Bt2 - Btk3 - Btk4, karena Bt dan Btk adalah horizon yang berbeda meskipun sama-sama horizon iluviasi liat.
Penomoran secara urut terus dilakukan meskipun melewati bahan induk yang berbeda, asalkan semuanya termasuk dalam horizon dengan kombinasi simbol yang sama. Misalnya:
Bs1 - Bs2 - 2Bs3 - 2Bs4 dan bukan Bs1 - Bs2 - 2Bs1 - 2Bs2.
Terkadang dalam pengambilan contoh tanah suatu horizon yang sangat tebal (idealnya tebal horizon yang dideskripsikan jangan lebih dari 30 cm), ingin diambil contoh tanah untuk setiap kedalaman tertentu, meskipun tidak ada perbedaan sifat morfologi yang jelas. Untuk itu
Deskripsi Profil Tanah 63 nomor urut dari atas ke bawah juga perlu diberikan. Misalnya: horizon Bw yang tebalnya 60 cm akan di ambil contoh tanah setiap ketebalan 20 cm, maka horizon tersebut dari atas ke bawah dibagi menjadi Bw1, Bw2, Bw3.
5.2.6. Diskontinuitas
Diskontinuitas menunjukkan adanya horizon berasal dari bahan induk yang berbeda di dalam 1 profil tanah. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh perbedaan susunan besar butir atau susunan mineralogi yang nyata dan/atau perbedaan umur, kecuali bila perbedaan umur tersebut telah diberi simbol "b". Lapisan-lapisan pada bahan aluvium tidak termasuk diskontinuitas, kecuali bila terdapat perbedaan besar butir yang nyata, sesuai definisi dalam Taksonomi Tanah.
Simbol diskontinuitas hanya digunakan pada tanah mineral, dan ditunjukkan dengan angka Arab di depan simbol horizon, pada bahan induk yang kedua (dan seterusnya, misalnya:
Ap - E – Bt1 - 2Bt2 - 2Bt3 - 3Bt4 - 3BC. Contoh di atas menunjukkan bahwa horizon Ap, E, dan Bt1, berasal dari bahan induk pertama (angka 1 tidak perlu ditulis di depan simbol horizon); Bt2 dan Bt3 berasal dari bahan induk kedua; Bt4 dan BC berasal dari bahan induk ketiga.
Lapisan R (batuan keras) yang bukan merupakan batuan induk dari bahan tanah di atasnya, juga merupakan diskontinuitas, karena itu penambahan angka Arab di depan huruf R juga perlu dilakukan, misalnya: A – Bt - C - 2R atau A – Bt - 2R. Bila R merupakan batuan induk dari tanah yang kedua maka ditulis seperti contoh berikut: Ap – Bt1 - 2Bt2 - 2Bt3 - 2CI - 2C2 - 2R.
Untuk tanah tertimbun yang telah diberi simbol ”b”? . Tanah yang tertimbun sudah pasti berbeda dengan tanah yang menimbun. Namun demikian bila bahan tanah yang tertimbun dan bahan tanah yang menimbun secara litologi (mineralogi) sama, maka tambahan angka Arab di depan simbol horizon tidak perlu diberikan. Bila kedua bahan tanah tersebut berbeda secara litologi (mineralogi) maka simbol diskontinuitas dan simbol tanah tertimbun diberikan kedua-duanya seperti contoh berikut: Ap – Bt1 - Bt2 – BC – C - 2Abb - 2Btb1 - 2Btb2 - 2C.
Simbol diskontinuitas tidak digunakan pada tanah organik.
5.2.7. Penggunaan Aksen (Prima)
Dalam satu profil tanah kadang ditemukan dua atau lebih horizon yang sama, yang masing-masing dipisahkan paling sedikit oleh 1 horizon lain. Untuk itu perlu diberi tanda aksen (prima) satu (’) untuk horizon kedua yang sama dan aksen dua (”) untuk horizon ketiga yang sama. Tanda aksen diletakkan langsung di belakang huruf besar simbol horizon yang bersangkutan Misalnya: A - E - Bt - E' - Btx - C ; A - E - Bt - E' - B't - C; A - E - Bt – E’ - Btx – E” - B’t - C.
Cara ini digunakan juga untuk tanah organik, misalnya: Oi - C – O’ - G; Oi – C – Oe - G.