BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Saham
Menurut Situmorang (2008:45), saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas. Surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan
perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal.
Menurut Anoraga (2003:54), saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock). Saham biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Sedangkan saham preferen (prefered stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap, tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Dari kedua jenis saham tersebut, saham biasa yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal.
2.2.1 Return Saham
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.Returndapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return) (Jogiyanto, 2003:107). Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histori. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang.
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi bersifat belum terjadi namun diharapkan akan terjadi.
Return merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi karena return merupakan tujuan utama seseorang berinvestasi. Dengan adanya return, diharapkan seseorang akan termotivasi untuk berinvestasi.
Return juga merupakan imbalan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada investor atas keberaniannya menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return total sering disebut return saham, yaitu perubahan kemakmuran dari perubahan harga saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Perubahan kemakmuran ini menunjukkan tambahan kekayaan sebelumnya. Return abnormal (abnormal return) merupakan selisih antara return ekspektasi dan return realisasi.
Return abnormal menjadi indikator untuk mengukur efisiensi suatu pasar modal. Apabila harga suatu instrumen investasi telah mancerminkan seluruh informasi yang ada maka return ekspektasi atas suatu harga saham relatif akan sama dengan return realisasinya. Pada pasar modal yang telah efisien, seorang investor tidak akan dapat memperoleh abnormal return secara berlebihan atau secara terus menerus. Hal ini tentu saja berlaku dengan asumsi seluruh pelaku pasar bertindak rasional atas informasi yang diperoleh.
Pemegang saham dalam investasinya dapat memperoleh return yang ditawarkan suatu saham dalam bentuk capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga saham sekarang relatif lebih tinggi dari harga saham periode yang lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan
dibagikan kepada pemegang saham, tetapi terdapat bagian yang ditanam kembali. Biasanya dividen yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan bahwa perusahaan tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja dividen tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham.
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi (realized return) yang merupakan capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga penutupan saham periode saat ini (Pt) dengan harga penutupan saham pada periode sebelumnya (Pt-1). Secara matematis actual return dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:110) :
Real.Ret = Dimana:
Pt = harga saham pada periode ke-t Pt-1 = harga saham pada periode ket-1 2.2.2 Manfaat Saham
Menurut Situmorang (2008:45) ada tiga manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham yaitu:
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividen), yaitu kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividen), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimilki investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah.
3. Manfaat non finansial
Antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
2.2.3 Resiko Kepemilikan Saham
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, resiko tinggi” (high risk, high return). Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiting fluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat.
Adapun resiko yang dihadapi oleh investor atas kepemilikan sahamnya, antara lain (Darmadji, 2006:13) :
a. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian.
b. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Investor juga dihadapkan pada resiko capital loss apabila ia menjual sahamnya dengan harga jual lebih rendah dari harga belinya.
c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Ini berarti setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, hasil penjualan terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
d. Saham dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Saham perusahaan di-delist dari bursa karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deveden secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondidi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek di Bursa. Saham yang di-delist tentu saja tidk dapat lagi diperdagangkan dibursa, namun tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi
tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga sebelumnya.
e. Saham Dihentikan Sementara (Suspensi)
Saham yang di-suspend atau dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek, menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu sahan mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan berbagi kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa
men-suspend perdagangan saham tersebut sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas tidak menjadi ajanh spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.
2.2.4 Nilai Saham
Berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat dibedakan atas tiga jenis (Situmorang, 2008:46) yaitu:
1. Nilai Nominal (par valuel stated valuel face value)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi, namun tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam hal ini jumlah saham yang dikeluarkan oleh perseroan dikaitkan dengan nilai nominalnya adalah modal disetor penuh bagi suatu perseroan, dan di dalam pencatatan akuntansi dicatat sebagai modal ekuitas perseroan di dalam
2. Harga Dasar (base price)
Pada hakikatnya harga dasar adalah harga perdana dan dipergunakan dalam penghitungan indeks harga saham. Untuk saham yang baru, maka harga dasar tersebut merupakan harga perdana.
3. Harga Pasar (market price)
Harga pasar adalah harga pada pasar yang senyatanya (riil) dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan, karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, dan jika pasar sudah tutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupannya. Harga pasar tersebut yang sesungguhnya menyatakan naik turunnya suatu harga saham dan setiap hari diumumkan di media massa.
Jadi Harga saham yang diterbitkan setiap harinya adalah harga pasar. Dari waktu ke waktu harga suatu saham dapat naik, turun atau stagnan. Yang menjadi hal yang harus diperhatikan oleh investor yang terlibat kegiatan di pasar modal atau manajemen perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di pasar modal karena indikasi harga saham dapat pula dijadikan ukuran nilai perusahaan.
Harga saham di pasar modal setiap saat bisa mengalami perubahan sehingga para investor atau calon investor harus jeli dalam pemilihan saham. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham:
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan dividen di masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan dividen stabil, maka harga saham juga akan senderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan dividen
berfluktuasi karena faktor internal, maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi juga.
2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan besar, maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap optimis.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhdap kondisi perekonomian yang akan datang, shungga harga saham akan cenderung stabil, demikian pula sebaliknya.