• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI TENTANG KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG

B. Deskripsi Kasus Pernikahan Sirri Seorang Istri Yang

2. Saksi Pendukung

Pada dasarnya warga masyarakat Desa Alang-Alang Caruban Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang sangat menyayangkan terhadap musibah yang dialami oleh keluarga Bapak Herman, keluarga yang sudah dibangun kurang lebih selama empat belas tahun harus berakhir diperceraian, kebanyakan dari masyarakat tersebut menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh Ibu Indra bukanlah sesuatu yang dapat diterima oleh budaya masyarakat apalagi oleh agama yakni pernikahan sirri yang dilakukannya karena Ibu Indra menikah lagi akan tetapi masih menjadi istri sahnya Bapak Herman, meskipun pernikahan dengan Bapak Herman hampir putus karena masih dalam proses perceraian. Berikut beberapa masyarakat yang benar-benar mengetahui kronologi kejadian yang dialami oleh Ibu Indra.

a. Ibu Fatma

8

Ibu Fatma adalah tetangga dari Ibu Indar dan Bapak Herman, yang berusia 33 tahun, pekerjaan sehari-hari Ibu fatma adalah Ibu rumah tangga dan berjualan ayam potong di pasar, Ibu Fatma juga masih keluarga dari Ibu Indra (Sepupu), dulunya Ibu Indra dan Bapak Herman sering sekali berkunjung ke rumah Ibu Fatma, sehingga sedikit banyak Ibu Fatma mengetahui apa yang terjadi dikeluarga Ibu Indra. Awalnya Ibu Fatma tidak mengetahui akan hal itu, baru beberapa hari, Ibu Indra mendengar kabar tersebut, berikut ini adalah hasil wawancara tentang pernikahan sirri (praktek poliandri) yang dilakukan oleh Ibu Indra:

(Awalnya saya tidak tahu mbak, kemudian saya dikasih tau oleh Ibu saya bahwa Ibu Indra sudah pergi bersama laki-laki lain untuk menikah lagi, saya lebih kasihan terhadap anak- anaknya yang masih kecil, setahu saya belum mbak, kemarin ketika bulan Agustus masih pemeriksaan saksi yang dilakukan oleh Bibik Jah sama saudari Nurul, hal itu menandakan pernikahan itu belum putus, kalau secara hukum di Indonesa sya kurang begutu mengerti, akan tetapi setahu saya, dalam hukum Islam, seharusnya Ibu Indra itu harus menyelesaikan masa iddah kemudian baru diperbolehkan nikah lagi, karena pernikahan yang sekarang masih pernikahan sirri yang belum

mendapatkan keabsahan dari negara Indonesia).9

Dari wawancara dengan Ibu Fatimah di atas, dapat dikatakan bahwa Ibu Fatimah mengetahui betul tentang masalah yang dihadapi oleh keluarga Ibu Indra, dan Ibu Fatimah pun bukan orang yang miskin imu, karena Ibu Fatimah sedikit banyak mengetahu tentang hukum, meskipun hanya sekedarnya. Ibu Fatma ini selaku tetangga

9

dan sekaligus saudara dari Ibu Indra yang berniat baik ingin memberitahu kalau apa yang dilakukannya merupakan hal yang tidak diperbolehkan, akan tetapi kendala jarang bertemunya Ibu Fatma dengan Ibu Indra sehingga susah untuk berkomunikasi.

b. Mbah supiah

Beliau adalah tetangga dari Ibu Indar dan Bapak Herman, yang berusia 65 tahun, pekerjaan sehari-hari mbah membantu mengikat sayuran ditetangga, kadang juga bertani dengan menggarap sawah, awalnya mbah Supiah tidak mengetahui masalah yang terjadi dikeluarga Ibu Indra, karena sering berkumpul sama masyarakat ketika bekerja mengikat sayuran ditetangga rumah, maka sedikit banyak mengetahui permasalahan yang terjadi dikeluarga Ibu Fatimah. Berikut hasil wawancara bersama mbah Supiah di rumahnya:

(banyak yang sudah tahu kalau Ibu Indra menikah lagi, setahu saya belum cerai nak, kan masih retak-retaknya sama Bapak Herman, kemudian Ibu Indra pulang kerumah orang tuanya dan selang beberapa hari pergi meninggalkan rumah dan menikah dengan laki-laki lain, saya tidak tahu itu nikah apa nak, intinya

berdosa, karena kumpul kebo, meskipun orang-orang

mengatakan kalau nikah sirri).10

Dari wawancara dengan Mbah supiah tersebut, bawasannya mbah supiah tidak begitu mengetahui secara detail masalah yang ada di keluarga Ibu Indra, akan tetapi kalau masalah menikah lagi, mbah

10

supiah berpendapat bahwa pernikahannya itu hukumnya tidak diperbolehkan karena kumpul kebo.

Setelah melakukan wawancara di masyarakat sekitar, untuk mengetahui kronologi adanya pernikahan sirri yang dilakukan oleh Ibu Indra dengan Bapak Hartoyo, maka penulis melakukan wawancara ke beberapa aparatur desa, sebagai bentuk perhatiaanya kepada warganya yang mengalami kegagalan dalam rumah tangganya dan warga yang melakukan pernikahan sirri seorang istri yang masih dalam proses perceraian, sebagai berikut:

c. Bapak Rofit Naf’ani

Beliau adalah salah satu aparatur Desa Alang-Alang Caruban yang rumahnya jauh dari rumah Ibu Indra, Bapak Rofit Naf’ani tinggal di Dusun Mayangan yang masih satu desa dengan Ibu Indra dan Bapak Herman yaitu Desa Alang-Alang caruban, Bapak Rofit Naf’ani sudah bekerja di Kantor Desa tersebut sudah empat belas tahun yang lalu, jadi bliau sudah mengetahui seluk beluk dan kejadian yang ada di Desa Alang-Alang caruban tersebut, berikut ini adalah pendapatnya tentang pernikahan sirri Ibu Indra dengan Bapak Hartoyo yang masih jelas-jelas Ibu indra masih menjadi istri sah Bapak Herman:

‚Iya mbak, keduanya adalah warga di sini, dan kebetulan

satu desa sendiri. Benar mereka sudah bercerai, tapi kalau masalah menikah lagi saya kemarin dikasih tau sama salah satu pegawai di sini yaitu Bapak Ali (selaku tukang kebun di kantor desa) yang rumahnya di belakang rumah orang tua dari Ibu Indra, mengatakan bahwa memang benar sudah menikah lagi secara sirri. Seperti ini mbak ya, kalau masalah menikah sirri itu kan tidak ada masalah, hal itu dikatakan sah menurut hukum Islam, akan tetapi tidak ada pengakuan dari negara, karena tidak dicatatakan, kemudian kalau hal ini dilihat dari kejadian yang ada, maka yang harus dilakukan sebelum melakukan tindakan adalah kita kroscek terlebih dahulu, apakah benar yang dilakukan oleh Ibu Indra ini menyalahi aturan baik agama maupun aturan negara apa tidak? Soalnya kalau menurut agama dan kalau diketahui jatuh talaknya sudah lama dan Ibu Indra sudah menganggap sudah selesai masa iddahnya maka dibolehkandan sudah sah, hanya saja tidak mendapatkan pengakuan dari negara karena tidak dicatatkan. Jadi saya harus mengetahui terlebih dahulu pernikahannya dengan Bapak Herman itu sudah benar-benar putus apa belum. Kalau memang kebenarannya seperti itu, maka kami akan melakukan pemanggilan terhadap Ibu Indra dan Bapak Hartoyo, bahwa apa yang dilakukannya tidak diperbolehkan karena seharusnya Ibu Indra harus menyelesaikan masa iddahnya dan baru bisa melakukan pernikahan oleh Bapak Hartoyo, dan perilaku tersebut seharusnya tidak baik apabila dibiarkan tanpa adanya

tidakan dari pihak kepala desa Alang-Alang Caruban‛.11

Dari hasil wawancara di atas, bawasannya Bapak Rofit tidak mengetahui secara pasti kejadian pernikahan sirri yang dilakukan oleh Ibu Indra, karena Bapak Rofit hanya mengetahui dari cerita Bapak Ali selaku tukang kebun di Kantor Desa tersebut. Dan Bapak Rofit akan melakukan pemanggilan kepada pihak Ibu Indra dan Bapak Hartoyo.

d. Ibu Zuniati

11

Ibu Zuniati adalah ibu lurah di Desa Alang-Alang Caruban, beliau menjabat sebagai kepala desa mulai dari tanggal 09 Agustus 2007 sampai sekarang. Pekerjaan sehari-hari selain pergi ke kantor desa Alang-Alang Caruban yaitu pergi ke pasar untuk berjualan ayam potong. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Zuniati di rumahnya terkait adanya pernikahan sirri seorang istri yang masih dalam proses perceraian yang terjadi di warganya:

(Iya mbak, keduanya adalah warga asli desa Alang-Alang Caruban, mereka sudah bercerai, kemudian kalau masalah menikah lagi, hal itu sudah tersebar beritanya mbak, dan saya selaku kepala desa di sini akan melakukan tindakan kepada Ibu Indra, yakni melakukan pemanggilan, karena pernikahan yang telah dilakukannya dengan suami kedua itu ternyata Ibu Indra masih menjadi istri sahnya pak Herman, meskipun hampir putus, karena masih dalam proses perceraian mbak. Kalau kita berbicara mengenai hal ini yang di lihat dari segi agama Islam, seseorang dikatakan putus pernikahannya itu kan adanya talak dari pihak suami, entah itu jatuhnya talak sudah setahun lalu atau lebih, itu berarti sudah putus dan apabila si perempuan tersebut hendak menikah lagi kan sudah diperbolehkan, karena sudah melaksanakan iddah nya, akan tetapi di sini kan kita orang Indonesia yang mempunyai aturan dari negara yang kita dituntut untuk mengikuti aturannya, maka menurut negara perkawinan dapat dikatakan putus kan ketika ada keputusan dari Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka baru dikatakan bercerai dan waktu pelaksanaan iddah itu dilakukan / dilaksanakan ketika sudah ada keputusan dari Pengadilan Agama. Dalam hal ini, seandainya bapak Herman sudah menjatuhkan talak setahun yang lalu ya, akan tetapi masalah perceraian itu baru di bawa ke Pengadilan Agama kemarin, maka talak yang setahun yang lalu belum dikatakan talak, karena talaknya itu baru dikatakan sah apabila dilaksanakan di depan hakim Pengadilan Agama. Kemudian, kalau dilihat dari kasus ini, Bapak Herman dan Ibu Indra ketika bulan juni kemarin ketika awal bulan puasa kemarin itu terlihat

pada bulan-bulan tersebut, sehingga mereka masih berhubungan baik).12

Dari wawancara di atas dengan Ibu Zuniati selaku kepala Desa, bahwa Ibu Zuniati faham betul apa hukumya yang dilakukan oleh Ibu Indra, dan Ibu Zuniati akan melakukan pemanggilan terhadap Ibu Indra.

12

Dokumen terkait