• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saluran nafas bagian atas terdiri dari :

Dalam dokumen Blok Oktober 2013. (Halaman 41-75)

& Oropharynx & larynx

Saluran nafas bagian bawah terdiri dari : & Trakhea

& Bronkus utama kiri dan kanan & Bronkus

& Bronkiolus terminalis & Bronkiolus respiratorius & Saccus alveolaius & Alveoli

Gambar 11. Anatomi paru

Regio paru dapat dibagi mejadi : 1. Regio Apikal

2. Regio Medial 3. Regio Basal

1

.

kondisi bernapas (dinamis) untuk menilai gerakan pernapasan. Dilakukan inspeksi dari depan, belakang, kiri dan kanan. Dalam keadaan normal secara inspeksi bentuk dan gerakan toraks adalah simetris baik dalam keadaan statis maupun dinamis.

a. 3 # ! :

i. Pigeon chest sternum ⅓ distal melengkung ke anterior, bagian lateral dinding Toraks kompressi ke medial (seperti dada burung), etiologi ricketsia dan kelainan congenital.(gambar 12)

Gambar 12. Pigeon chest

ii. Funnel chest bagian distal dari sternum terdorong kedalam / mencekung ricketsia/congenital (gambar 13)

iii. Flat chest Ø anterior – pasterior memendek etiologi bilateral pleuro pulmonary fibrosis.(gambar 14)

Gambar 14. Flat chest iv. Barrel chest (Toraks emfisematous) (gambar 15)

& Ø ant&post memanjang & Iga&iga mendatar & Sela iga melebar

& Sudut epigastrium tumpul & Diafragma mendatar

Terdapat pada Penyakit Paru Obstruktif menahun (PPOM)

Gambar 15. Barrel chest

v. Scoliosis dari vertebra thoracalis perubahan bentuk dari rongga Toraks (Gambar 16 dan 17)

vi. Kyphosis / gibbus dari vertebra thoracalis (gambar 18)

Gambar 18. Kyphosis

vii. Unilateral Flattening : salah satu hemi Toraks menjadi lebih pipih, contoh pada fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte)

viii. Unilateral prominence, contoh :

& Efusi Pleura yang banyak & Pneumo Toraks

Perlu diperhatikan bentuk badan serta tanda&tanda khas yang terdapat pada seorang pasien, antara lain astenik, hipostenik, atau hiperstenik, berat badan normal, kurus atau gemuk, tanda&tanda bekas trauma dan adanya deformitas di dada, kelainan kongenital pada bentuk badan, dan lain&lain.

3 2 # " " 2 , 3 +

Toraks ekspansi akibat aktivitas otot pernafasan dan secara pasif kemudian terjadi ekspirasi, frekwensi pernafasan normal 14&18/mnt, pada bayi baru lahir normal 44x/menit dan secara gradual berkurang dengan bertambahnya umur.

Pada laki&laki dan anak diafragma lebih berperan, sehingga yang menonjol gerakan pernafasan bagian atas abdomen dan Toraks bagian bawah. Pada ♀ yang lebih berperan adalah musculus interkostal, gerakan pernafasan yang menonjol adalah gerakan rongga Toraks bagian atas.

Dalam kondisi normal gerakan pernapasan yang terlihat dari dinding toraks adalah simetris kiri dan kanan. Sedangkan pada kondisi patologis misalnya bila terjadi kelainan pada paru atau pleura seperti pada penyakit tumor paru, atelektasis, efusi pleura, pneumotoraks dll. Maka akan terlihat gerakan pernapasan tertinggal pada sisi paru yang sakit.

& , ! ( 1 ( -

1. Mahasiswa memberikan salam dan memperkenalkan diri.

2. Mahasiswa menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan dan minta kesediaan pasien.

3. Mahasiswa menyuruh pasien membuka bajunya dan menyuruh pasien agar melakukan apa&apa yang disuruh oleh pemeriksa

4. Mahasiswa menyuruh pasien tidur terlentang dan diikuti posisi duduk untuk dilakukan pemeriksaan sistem respirasi. Posisi penderita dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan

5. Mahasiswa mengambil posisi berdiri disebelah kanan pasien

6. Mahasiswa melakukan inspeksi trakea dan menujukkan linea&linea imajiner pada toraks. 7. Mahasiswa melakukan inspeksi toraks dalam keadaan statis dan dinamis (untuk melihat

bentuk toraks dan gerakan pernapasan) dari depan, belakang, samping kiri & kanan.

+

.

1

'

2

'+

* (7( 3 7

* (7( ( ! (

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung dan JVP

* (7( ( ! /( ( -

4.1.2.1. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi dan mendeskripsikan bentuk toraks: Normal /Abnormal

4.1.2.2. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi dan mendeskripsikan apex cordis: terlihat/tidak terlihat.

4.1.2.3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan JVP a. Mengidentifikasi letak Vena Jugularis Eksterna b. Mengidentifikasi Angulus Sterni Ludovici c. Mengidentifikasi batas pengisian tertinggi

d. Menginterpretasikan hasil JVP

* B ( !

Ruang skills lab dan 1 x pertemuan perminggu

* & $

* * !

.

1

'

2

'+

Pemeriksaan kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Kemudian diperiksa pulsasi arteri, pulsasi vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan jantung. Cara pemeriksaan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah dapat dilihat kembali pada teknik pemeriksaan fisik dasar (Blok 1.1).

& 4 .

Denyut arteri karotis diraba pada pangkal leher di daerah lateral anterior, denyut ini mencerminkan kegiatan ventrikel kiri. Gambaran nadi yang terjadi menyerupai gelombang nadi yang terjadi pada arteri radialis. Pulsasi karotis yang berlebihan dapat timbul karena tekanan nadi yang besar, misalnya pada insufisiensi aorta ditandai dengan naik dan turunnya denyut berlangsung cepat.

& ! * +

Tekanan darah vena sistemik jauh lebih rendah dibandingkan dengan tekanan arterial. Ini tergantung pada kuatnya kontraksi ventrikel kiri. Determinator penting lainnya dari tekanan vena sistemik adalah volume darah dan kapasitas jantung kanan untuk menerima darah dan memompanya ke dalam sistem arteri pulmonalis. Apabila ada faktor tersebut yang tidak normal, maka terjadi ketidaknormalan pada tekanan vena. Contohnya, tekanan vena akan turun apabila volume darah turun atau bila output ventrikel kiri menurun; tekanan vena naik apabila jantung kanan gagal, atau kenaikan tekanan pada ruang perikardium menghambat kembalinya darah ke atrium kanan.

Di dalam laboratorium, tekanan vena diukur dari titik nol di atrium kanan. Karena sulit mendapatkan titik ini pada pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang stabil, yaitu angulus sternalis. Baik dalam posisi tegak atau berbaring, angulus sternalis kira&kira terletak 5 cm di atas atrium kanan.

Walaupun pengukuran tekanan vena dapat dilakukan di mana saja pada sistema vena, perkiraan tekanan atrial kanan, dengan sendirinya berarti juga menunjukkan fungsi jantung kanan, dilakukan pada vena jugularis interna. Apabila sulit menemukan vena jugularis interna, dapat dipakai vena jugularis externa. Tingginya tekanan vena ditentukan dengan menemukan titik di mana vena jugularis externa mulai kolaps. Jarak vertikal dalam sentimeter antara titik ini dengan angulus sternalis menentukan tekanan vena. Tekanan vena jugularis externa 2 cm di atas angulus sternalis ekuivalen dengan tekanan vena sentral 7 cm.

& -

Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal jantung. Di samping itu juga mempengaruhi faal pernafasan yang kemudian secara tidak langsung mempengaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja jantung. Kelainan bentuk dada tidak selalu disertai atau mengakibatkan gangguan faal jantung. Kelainan bentuk dada dapat dibedakan antara kelainan kongenital atau kelainan yang didapat selama pertumbuhan badan. Deformitas dada dapat juga terjadi karena trauma yang menyebabkan gangguan ventilasi pernafasan berupa beban sirkulasi terutama bagi ventrikel kanan.

Pada keadaan normal hanya ditemukan pulsasi apeks di apeks kordis dan dapat diraba pada jarak ± 8 cm dari garis midsternal pada ruang sela iga IV kiri dan dapat direkam dengan apeks kardiografi.

Pulsasi abnormal dapat berupa pulsasi diatas ruang iga ke 3, dan ini merupakan pulsasi abnormal pembuluh darah besar. Pulsasi abnormal yang terada melebar sampai dibawah iga ke 3, berasal dari ventrikel kanan atau ventrikel kiri yang membesar.

* , '

. 1

#

1. Mulai dengan melihat vena&vena servikal

a) Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi tekanan vena.

b) Atur posisi pasien pada tempat pemeriksaan dengan punggung lurus dan kepala ditinggikan 30 derajat dari garis horizontal

c) Perhatikan puncak kolom darah berfluktuasi selama siklus jantung 2. Inspeksi Prekordium

a) Perhatikan kesimetrisan dada b) Tentukan lokasi apeks jantung

. '+

( /

+ '( ( "2 3 ) %-

& Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.

& Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal, dan otot strenomastoideus dalam keadaan relaks. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30 derajat, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.

& Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda dapat mencari pulsasi vena jugularis externa.

& Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini mempengaruhi hasil pemeriksaan.

2 3 + '( ( " ( ( %

2 3 ( ( + '( ( " 5 %

Perhatikan apakah ada bendungan pada vena jugularis. Pembendungan menunjukan adanya hipertensi vena, sehingga perlu diukur besarnya tekanan vena jugularis (Gambar 21. dan Gambar 22.). Bendungan vena bilateral, umumnya ditemukan pada gagal jantung kanan dan timbulnya bersamaan dengan pembengkakan hati, edema perifer, dan asites.

Refluks hepato jugular, ditemukan pada gagal jantung kanan. Pengisisan vena jugularis paradoksal pada waktu inspirasi dapat terjadi misalnya pada pernafasan Kussmaul akibat efusi perikardial dan perikarditis konstriktif.

Apabila dicurigai terjadinya kegagalan jantung kongestif, periksalah adanya

, $ ( 3. Sesuaikan posisi penderita sehingga batas atas

pulsasi vena jugularis jelas terlihat pada bagian bawah leher. Tempatkan telapak tangan anda pada tengah abdomen dan pelahan tekan ke dalam, dan tahan tekanan ini sampai 30 & 60 detik. Tangan harus hangat, dan penderita harus santai dan bernafas dengan mudah. Apabila tangan anda menekan daerah yang nyeri, geser ke daerah lain. Amatilah apakah ada kenaikan tekanan vena jugularis.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

1 -

1. ADAMS: Physical Diagnosis. Burnside&Mc.Glynn. 17th ed.

2. Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh Dr. Henny Lukmanto. Penerbit EGC. Cet. 4. tahun 1993.

3. ADAMS. Textbook of Physical Diagnosis.17ed.Williams & Wilkins.1987

4. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia Radja Siregar. EGC 1996.

5. Acang, N dkk. Buku Ajar Fisis Diagnostik Penyakit Dalam FK Unand (2008). Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

. 1 .

. / ; -CCCCCCCCCC

- CCCCCCCCCC ! #! -CCCCC

! #

& *

1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri.

2. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan dan minta kesediaan pasien.

3. Menyuruh pasien membuka baju, tidur terlentang atau posisi duduk sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. 4. Mengambil posisi berdiri disebelah kanan pasien

5. Melakukan inspeksi trakea dan menunjukkan linea&linea imajiner pada toraks.

6. Melakukan inspeksi toraks dalam keadaan statis (untuk melihat bentuk toraks) dari depan, belakang, samping kiri & kanan.

7. Mendeskripsikan bentuk toraks yang terlihat normal, atau Abnormal, seperti:

& penonjolan asimetris & ( & ) & ( & ) 2 & , &

8. Mendeskripsikan apex cordis: terlihat/tidak terlihat.

9. Melakukan inspeksi toraks dalam keadaan dinamis (untuk melihat gerakan pernapasan) dari depan, belakang, samping kiri & kanan.

10. Melakukan pengukuran tekanan vena jugularis !

Penilaian:

/ %+1- / &+4-

1= tidak dilakukan 1 = Tidak dilakukan

2= dilakukan 2 = Dilakukan dan perlu banyak perbaikan 3 = Dilakukan dan perlu sedikit perbaikan 4 = Dilakukan dengan sempurna

Nilai = Jumlah Total x 100 = ………. 26

Padang,...2013

Instruktur

-

#

!

(

- .

28

8

"

2

2 0

%

6 .

1

8 1.1. Definisi

Tindakan penghentian perdarahan merupakan usaha untuk mengendalikan perdarahan pada pasien yang mengalami cidera yang mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan perdarahan aktif. Pada situasi tertentu perdarahan harus dapat dihentikan segera karena dapat mengakibatkan kematian. Perdarahan dapat terjadi internal pada organ bagian dalam, dan dapat juga terjadi perdarahan eksternal yang dapat terlihat pada permukaan tubuh.

Terdapat beberapa teknik dalam menghentikan perdarahan eksternal seperti; mengelevasikan sumber perdarahan, penekanan langsung, penekanan tidak langsung, tourniquet, dan pemberian agen&agen pembekuan darah. Tiap&tiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing&masing, namun dapat juaga dilakukan secara bersamaan untuk mengontrol perdarahan.

Beberapa terminologi yang digunakan pada modul ini :

Perdarahan: keluarnya darah dari pebuluh darah akibat cidera atau akibat abnormalitas tertentu.

Arteri: merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Vena: merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian tubuh ke jantung. Kassa/ : merupakan material yang diletakkan pada luka. Kassa akan menyerap darah dan membentuk bekuan darah. Bekuan darah akan menyumbat sumber perdarahan. Kassa/ juga akan melindungi luka dari kontaminasi dan cidera lebih lanjut.

Balutan/ : merupakan material yang digunakan untuk memegang kassa/ dressing, sehingga kassa tidak bergeser dari tempat yang diharapkan, dan sekaligus memberikan tekanan pada sumber perdarahan.

2 : merupakan alat untuk menekan pembuluh darah pada ekstremitas dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan pada bagian distal alat.

Distal : merupakan petunjuk lokasi yang lebih jauh dari titik pedoman, pada topik ini jantung merupakan titik sentral. Tangan merupakan distal dari sendi siku, karena tangan lebih jauh dari jantung dibandingkan dengan siku. Distal merupakan lawan kata dari proksimal.

1.2. Tujuan Skills Lab Menghentikan Perdarahan Akut

Skills lab ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa untuk dapat memahami cara menghentikan perdarahan luar dengan teknik penekanan langsung/ balut tekan dan penekan tidak langsung/ penekanan titik.

1.3. Waktu dan Tempat

Waktu : 2 x 50 menit (2 kali pertemuan) Tempat : ruang skills lab

' . '

2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan penghentian perdarahan akut secara : Tekanan langsung & balut tekan

Tekanan tidak langsung (tekanan titik) 2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melakukan : 2.2.1 Identifikasi luka

2.2.2 Identifikasi sumber perdarahan

2.2.3 Memilih teknik penghentian perdarahan

2.2.4 Teknik penghentian perdarahan secara tekanan langsung 2.2.5 Teknik penghentian perdarahan secara tekanan titik

2 . '

3.1. Responsi

3.2. Bekerja kelompok

3.3. Bekerja dan belajar mandiri

+ 9

4.1 Menguasai anatomi pembuluh darah perifer 4.2 Mengetahui jenis&jenis luka

4.2 Mengetahui jenis jenis cidera pembuluh darah perifer 4.3 Mengetahui patifisiologi pembekuan darah

+

- . 28 8

" 2 2 0 %

Tindakan penghentian perdarahan pada keadaan gawat darurat merupakan langkah& langkah yang dapat dilakukan dalam mengontrol perdarahan pada pasien yang mengalami cidera atau luka yang diakibatkan oleh penyakit tertentu. Kontrol perdarahan dapat dilakukan dengan beberapa teknik, diantaranya; penekanan langsung pada pembuluh darah, balut tekan, dan penggunaan 2 yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan dengan menguasai teknik penggunaan, serta komplikasi yang terjadi. Kontrol perdarahan dapat juga dilakukan dengan melakukan pengikatan, koagulasi pembuluh darah dan penggunaan bahan kimiawi untuk menghentikan perdarahan.

Untuk dapat melakukan tindakan penghentian perdarahan, perlu dipahami jenis&jenis luka dan perdarahan.

' )7 (

Luka dapat dikategorikan dengan berbagai kriteria. Luka dapat dideskripsikan berdasarkan ukuran, ketebalan, bentuk pinggir luka, serta dasar luka. Secara umum luka dapat dibagi atas :

Luka sayat ( 5 ) ): disebabkan oleh benda tajam seperti ; pisau, bentuk metal lainnya yang tajan, atau kaca. Pinggir luka lurus, ukuran bervariasi tergantung obyek penyebabnya. Jarang terjadi kehilangan jaringan, dan pinggir luka dapat diketemukan dengan mudah.

Luka robek ( 5 ) ): disebabkan oleh benda dengan

permukaan yang tidak rata, metal atau kaca dengan pinggir yang tidak rata. Pinggir luka tidak rata atau compang camping.

Luka tusuk (, 5 ) , ): disebabkan olah benda runcing yang menembus jaringan. Luka seperti ini dapat mendapatkan penilaian yang keliru. Pada permukaan terlihat kecil, namun menembus bagian tubuh dengan kedalaman yang dapat merusak struktur penting seperti pembuluh darah, saraf, organ pencernaan, dan lain&lain.

Luka lecet (abrasion/ ekskoriasi): luka pada permukaan kulit akibat bergesekan dengan permukaan yang kasar.

Luka memar ( ): pada jenis luka ini terjadi kerusakan kapiler pada epidermis dan dermis, tanpa merusak kulit. Darah keluar dari pembuluh masuk mengisi ruang antar sel atau ruang interstisial, menyebabkan pembengkakan dan diskolorasi.

Luka avulsi ( ) ): merupakan tipe luka yang melibatkan seluruh ketebalan kulit (( ), dan sering berbentuk semisirkuler. Luka berbentuk flap yang jika dilepaskan akan memperlihatkan jaringan bagian dalam.

3 ' )7 = # 3( (/ / -

Cidera pembuluh darah pada permukaan tubuh pada umumnya dapat dibagi berdasarkan sumber perdarahan :

Perdarahan arteri : perdarahan berasal dari arteri, dengan karakteristik darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan oksigen, menyembur sesuai dengan denyutan nadi, dan dapat menyebabkan kehilangan darah dengan cepat.

Perdarahan vena : perdarahan berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah gelap karena kurang oksigen, dan alirannya lambat.

Perdarahan kapiler : perdarahan kapiler biasanya terjadi akibat cidera permukaan seperti ekskoriasi. Warna darah dapat bervariasi tergantung lokasi dan kadar oksigen yang dikandung. Alirannya sangat lambat ( 6 ).

Penghentian perdarahan yang terjadi akibat trauma dapat dilakukan dengan beberapa metode :

( " ) " %

Cara yang paling efektif untuk mengontrol perdarahan luar adalah dengan melakukan penekanan langsung pada luka. Cara ini tidak hanya menghentikan perdarahan tapi juga menutup luka tanpa merusak pembuluh darah.

( " ) 5 " " %

Penekanan tidak langsung merupakan tekini penghentian perdarahan dengan melakukan penekanan pada pembuluh darah yang memberikan aliran pada luka. Penekanan dilakukan dengan jari, jempol, atau pangkal permukaan tangan.

&

Mempertahan kan luka lebuh tinggi dari jantung akan menurunkan tekanan darah pada luka, yang diharapkan akan mengurangi perdarahan. Teknik ini memungkinkan dilakukan apabila perdarahan terjadi pada tungkai atas, tungkai bawah, dan kepala.

*

Merupakan tindakan pengikatan pembuluh darah dengan menggunakan material penjahitan.

& ! 7

2 merupakan metode penghentian perdarahan dengan melakukan pengikatan proksimal dari sumber perdarahan. Penggunaan 2 dapat menghentikan seluruh aliran darah ke arah distal. Penggunaan 2 terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada bagian distal 2 .

+ '

? ( 0 3 (

? / # # #

Perkenalan dengan pasien

Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan (pada keadaan emergensi dilakukan secara simultan)

Mempersiapkan alat balut tekan Kassa steril

Verban elastis

Sarung tangan karet steril

? / # #

& 8

Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet steril. Sarung tangan akan melindungi penolong dari cairan tubuh dan sekaligus melindungi penderita dari kontaminasi tangan penolong.

Tempatkan pasien pada lokasi yang tenang

Elevasikan tungkai atau tempat yang mengalami luka

Identifikasi lokasi dan jenis luka (sesuaikan dengan dengan teori menegai jenis& jenis luka). Jika ada bekuan darah yang menutup luka jangan diangkat. Jika ada benda asing yang melekat atau menancap pada luka jangan di angkat.

Identifikasi sumber perdarahan (arteri, vena, atau kapiler)

& 4" " *' +

Setelah dilakukan identifikasi luka dan jenis sumber perdarahan. Lakukan penekanan langsung dengan permukaan volar tangan menggunakan kassa steril

dengan ketebalan yang cukup (5&10 lapis) tergantung keparahan luka. Lakukan penekanan kassa dengan tangan selama 5&10 menit. Apabila perdarahan tidak berhenti, lakukan pemasangan balut tekan, menggunakan kassa yang tebal pada luka dan dibalut dengan verban elastis dengan tekanan yang cukup. Tekanan yang diberikan harus cukup untuk menghentikan perdarahan tanpa mengganggu aliran darah ke bagian distal.

2 3 # # ( 3 (

Perlu diperhatikan, apabila kassa telah dipenuhi darah jangan dilepaskan, tetapi tambah ketebalan kassa dan balutan.

? & / # ( / 7

Periksa hasil pemasangan balut tekan, jika masih terjadi perdarahan dapat diberikan kassa tambahan diatas luka dan dibalut dengan verban elastis.

Balutan harus memberikan tekanan yang cukup untuk menghentikan perdarahan tapi tidak mengganggu sirkulasi di distal.

Periksa warna kulit di distal, pengisian kapiler, dan pulsasi arteri distal.

Jika ada tanda tanda gangguan sirkulasi distal ; kulit pusat kebiruan, dingin, pengisian kapiler melambat, dan atau pulsasi arteri tidak teraba, longgarkan balutan dan pasang kembali dengan tekanan yang cukup. Periksa kembali efektifitas balutan dan sirkulasi distal.

? * / $ ( 3(

Kesalahan penempatan balut tekan.

Ketebalan kassa tidak sebanding dengan kondisi luka

Tekanan balutan tidak optimal untuk menghentikan perdarahan.

? (

? / # # #

Perkenalan dengan pasien

Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan (pada keadaan emergensi dilakukan secara simultan)

? / # #

& 8

Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet steril. Sarung tangan akan melindungi penolong dari cairan tubuh dan sekaligus melindungi penderita dari kontaminasi tangan penolong.

Tempatkan pasien pada lokasi yang tenang

Elevasikan tungkai atau tempat yang mengalami luka

Identifikasi lokasi dan jenis luka (sesuaikan dengan dengan teori mengenai jenis& jenis luka). Jika ada bekuan darah yang menutup luka jangan diangkat. Jika ada benda asing yang melekat atau menancap pada luka jangan di angkat.

Identifikasi sumber perdarahan (arteri, vena, atau kapiler)

& 4" " 5

Teknik penekanan tidak langsung ( , 5, , )

Penggunaan penekanan titik merupakan metode penghentian perdarahan dengan menggunakan tekanan jari, jempol, atau pangkal permukaan tangan untuk menekan arteri yang menyuplai daerah luka. Arteri yang dapat ditekan dengan cara

ini adalah arteri yang berada di permukaan kulit atau lebih dalam namun berada diatas tulang. Tekanan ini dapat menurunkan aliran darah ke lokasi luka. Teknik dapat dikombinasi dengan penekanan langsung.

2 3 ! ! # ( #

a. Lengan (arteri brachialis) : penekanan dengan jari untuk menghentikan perdarahan pada daerah lengan bawah dan tangan.

Identifikasi lokasi arteri brachialis dengan menekan 2 jari diatas fossa cubiti bagian medial, lekukan antara muskulus bicep brachii dengan muskulus brachialis.

gunakan jari atau jempol. Lakukan penekanan tepat diatas arteri dan tulang b. Lipat paha ( arteri femoralis) : penekanan langsung untuk menghentikan

perdarahan pada paha dan tungkai bawah.

Penekanan langsung pada lipat bagian depan, di bagian tengah lipatan.

Pada gambar 2 dapat dilihat tempat&tempat penekanan dan lokasi perdarahan yang dapat dikontrol. Penekanan tidak langsung ini bersifat sementara sampai tersedia alat untuk balut tekan.

? & / # ( / 7

Periksa lokasi penekanan arteri.

Periksa efektifitas penekanan dengan melihat berhentinya aliran darah pada lokasi luka.

Jika darah tetap mengalir, kembali lakukan identifikasi dan beri penekanan dengan tekanan yang lebih kuat.

? * / $ ( 3(

Kesalahan identifikasi lokasi arteri.

Kurangnya tekanan yang diberikan untuk menghentikan aliran darah.

+ 1

1. Brunicardi F C, et al. Swartz’s Principles of Surgery. 8th eds. McGraw&Hill. 2005 2. Snell R S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Lippincott

Dalam dokumen Blok Oktober 2013. (Halaman 41-75)