• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

B. Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah

4. Sanksi BPHTB

Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhitung pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan.

4.1 Ketentuan Bagi Pejabat

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) / Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada

saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa fotokopi Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan menunjukkan aslinya.

2. Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani Risalah Lelang perolehan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

3. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menertibkan surat keputusan pemberian hak atas tanah hanya dapat menandatangani dan menerbitkan SK (Surat Keputusan) dimaksud pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

4. Terhadap pendaftaran peralihan hak atas tanah karena waris atau hibah wasiat hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pertanahan Kabupaten/Kota pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setorsn Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

5. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor Lelang Negara melaporkan pembuatan akta atau Risalah Lelang perolehan hak atas tanah kepada Direktorat Jenderal Pajak selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya.

4.2 Sanksi Bagi Pejabat

Sanksi yang dikenakan kepada para pejabat terkait diatur dalam pasal 26 Undang-Undang BPHTB sebagai berikut:

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Pejabat Lelang Negara yang melanggar Pasal 24 ayat (1) dan (2) ketentuan kewajiban bagi pejabat sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.

2. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 5, dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan.

3. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menerbitkan surat keputusan pemberian hak atas tanah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3, dikenakan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-perundang-undangan yang berlaku tersebut antara lain PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

4. Pejabat Pertahanan Kabupaten/Kota yang melanggar ketentuan bagi pejabat sebagaimana dimaksud dalam angka 4, dikenakan sanksi sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (PP 30/80) tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

C. Analisa Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari

Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari merupakan salah satu tanggung jawab sebagai jenis kegiatan wajib perusahaan dalam rangka penerimaan yang diselenggarakan

oleh pemerintah Indonesia. Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari dilakukan oleh wajib pajak. Peran perusahaan sendiri sangat besar dalam proses pembayaran pajak BPHTB karena pembayaran tersebut dilakukan oleh notaris yang dipercaya oleh perusahaan. Pembayaran pajak BPHTB pada perusahaan ini akan dihitung bersamaan dengan pembayaran penjualan rumah per unit terjadi. Maka apabila BPHTB tidak dibayarkan oleh wajib pajak, penjualan rumah atau pemindahan kepemilikan tidak akan terjadi. Apalagi PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari merupakan salah satu perusahaan BUMN, maka sangat berkewajiban bagi perusahaan untuk mematuhi peraturan pemerintah.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Dengan adanya BPHTB yang dibayarkan oleh wajib pajak di PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan berperan untuk menambah pemasukan kepada Negara yang sebagian besar diserahkan kepada pemerintahan daerah untuk meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi sebesar 20% dan 80% untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota guna membiayai pembangunan daerah yang mana penerimaan daerah setiap tahun anggaran dicantumkan dalam APBD.

2. BPHTB mengandung sistem self assement, yaitu wajib pajak menghitung dan membayar sendiri utang pajaknya, pada PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan pajak BPHTB dibayarkan melalui notaris bersamaan dengan harga jual rumah per unit, dengan kata lain pembayaran pajak BPHTB akan dilakukan setelah proses penjualan selesai atau pemindahan kepemilikan terjadi sehingga pembayaran pajak BPHTB di PT.Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan lebih efisien dalam pelaksanaannya. Bahwa besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPK).

3. Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan pejabat-pejabat umum yang melanggar ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhitung pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan. Sedangkan sanksi bagi pejabat berupa sanksi administrasi yaitu denda sebesar Rp. 7.500.000,- untuk setiap pelanggaran atau denda sebesar Rp. 250.000,- untuk setiap laporan dan sanksi lainnya tercantum dalam PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat diberikan untuk kebaikan serta kemajuan PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari Medan dan badan terkait.

1. Sebaiknya dalam perhitungan pembayaran pajak BPHTB yang dibayarkan ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Bea (SSB) mendapat pengawasan yang lebih disiplin terhadap Wajib Pajak ataupun Pejabat terkait sehingga dalam pembayarannya tidak ditemukan ketidaksesuaian

2. Hendaknya pembayaran pajak BPHTB lebih disosialisasikan peran dan fungsinya oleh PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari sehingga kepada calon pembeli tidak merasa keberatan untuk membeli rumah dengan harga yang tinggi jika dibandingkan perusahaan properti lainnya yang tidak menyertakan pajak BPHTB dalam harga per unit.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Hadhikusuma, R.T Sutantya dan Sumantoro.(1991). Pemgertian Pokok Hukum Perusahaan (Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia), Cetakan Pertama, Rajawali, Jakarta.

Resmi, Siti. (2011).Perpajakan Teori dan Kasus,Edisi 6,Buku1. Salemba Empat, Jakarta.

Siahaan, Marihot Pahala.(2010). Kompilasi Peraturan di Bidang BPHTB (Panduan Dalam Penyusunan Aturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang BPHTB), Graha Ilmu, Yogyakarta.

Soemitro, Rochmat. (1990).Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco, Bandung.

Wirawan B, Ilyas dan Richard Burton. (2004).Hukum Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

http://eprints.undip.ac.id/18266/1/SRI_ARIANTI.pdf (diakses pada : Senin 14/07/2014 jam 20.00)

http://surawireja.files.wordpress.com/2008/11/uu-bphtb.pdf (diakses pada : Selasa 08/07/2014 jam 11.00)

http://sania-lg.blogspot.com/2008/12/dasar-hukum-pengertian-penjelasan.html?=1

(diakses pada : Rabu 26/06/2014 jam 09.00)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37459 (diakses pada : Rabu 26/06/2014 jam 09.30)

Lampiran 1 : Contoh Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan pada PT. Wika Realty Wilayah Debang Tamansari

Dokumen terkait