• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANAN BPOM DALAM MENANGGULANGI PRODUK

B. Sanksi Hukum yang Timbul Terhadap Pelaku Usaha yang

Pelaku usaha penjual kosmetik berbahaya dan tidak memenuhi izin edar dapat dijatuhi tindak pidana, tetapi sebelumnya Badan POM akan melakukan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan melalui laboratorium dan apabila hasil uji laboratorium ditemukan tidak sesuai dengan ketentuan mengenai kandungan kosmetik sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan republik Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik maka akan dilimpahkan pada seksi penyidikan untuk ditindaklanjuti melalui jalur hukum. Berdasarkan Pasal 39 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan republik Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik sanksi yang dapat diberikan kepada pelaku usaha, yaitu:

1. Sanksi administratif, berupa:

a. Peringatan tertulis.

b. Penarikan produk kosmetik dan penarikan iklan kosmetik tersebut.

c. Pemusnahan kosmetik.

d. Penghentian sementara kegiatan produksi, impor distribusi, penyimpanan, pengangkutan, dan penyerahan kosmetik.

e. Pencabutan sertifikat dan izin edar.

2. Sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaku usaha yang dengan sengaja melakukan pelanggaran dalam memproduksi, menjual, dan atau mengedarkan produk kosmetik dapat dikenakan

sanksi pidana sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Yakni sebagai berikut:

Pasal 196

“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Pasal 197

“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)”.

Adapun sanksi pidana sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yakni sebagai berikut:

Pasal 62

(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku

Mengenai penegakkan hukum (law enforcement) terhadap pelaku usaha yang memperjualbelikan produk kosmetik yang tidak memenuhi izin edar serta mengancam kesehatan yang dapat merugikan akan dilakukan:

1. Diperingatkan

Pelaku usaha yang menjual kosmetik atau yang memiliki toko, kios, warung diperingatkan dengan surat pernyataan bahwa benar telah menjual kosmetik tanpa izin edar yang mengandung bahan berbahaya dan dapat merugikan terhadap kesehatan konsumen dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Apabila setelah membuat surat pernyataan tersebut masih menjual kosmetik yang tidak memenuhi izin edar serta berbahaya, pelaku usaha atau penjual akan diperkarakan dan tokonya tidak akan ditutup karena bukan kewenangan dari Badan POM.

2. Pembinaan Pelaku Usaha

Pembinaan pelaku usaha yang dimaksud adalah penyuluhan terhadap pelaku usaha. Pelaku usaha di sini telah dianggap cakap hukum karena untuk memperoleh izin memiliki tahapan yang cukup rumit. Badan POM bermaksud memberikan aspek jera terhadap pelaku usaha yang melakukan kejahatan. Toko yang menjual produk berbahaya dan tidak memenuhi izin edar tidak semata-mata langsung dilakukan penyegelan dengan maksud pelaku usaha masih diberi kebebasan untuk menjual produk-produk legal, demikian karena pembinaan yang dilakukan diharapkan mampu membuat pelaku usaha jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Apabila selama proses ini pelaku usaha tertangkap masih

menjual produk-produk berbahaya dan tidak memenuhi izin edar, maka hukumannya akan lebih berat yaitu dengan pemberatan.

3. Pemusnahan, penarikan, dan penyitaan barang atau produk

Pemusnahan penarikan, dan penyitaan dilakukan pada pabrik kosmetik maupun toko yang setelah diperiksa dari hasil laboratorium terbukti memproduksi, menjual, dan mengedarkan kosmetik berbahaya dan tidak memenu yng tidak sesuai dengan ketentuan dalam pembuatan kosmetik.

Pemusnahan penarikan, dan penyitaan kosmetik harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada dan tidak dapat semena-mena dilakukan sebagaimana diatur pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang kriteria dan tata cara penarikan pemusnahan kosmetika.

C. Analisis Yuridis Putusan 1997/Pid.Sus/2019

Berikut ini adalah contoh kasus produk kosmetik yang tidak memenuhi izin edar dalam putusan Nomor : 1997/Pid.Sus/2019/PN Mdn, maka perlu diketahui dahulu yaitu:

1. Identitas Terdakwa

Nama lengkap : LILY Tempat lahir : Medan

Umur / tgl. Lahir : 62 tahun / 29 Oktober 1955 Jenis kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jalan MT Haryono No. 19 Kecamatan Medan Area Kota Medan / Gang Belimbing No. 05 Kec. Binjai Kota Binjai

Agama : Budha

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SD

2. Kasus Posisi

Bahwa pada hari Rabu, Tanggal 07 Maret 2018 sekira pukul 13.35 Wib, Poltak Napitupulu,SH dan saksi Dedi Irwanto Tarigan (Anggota Kepolisian Ditresnarkoba Polda Sumut) melakukan penyamaran dengan berpura-pura akan membeli kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream, lalu pekerja Toko Kosmetik Lily Mengeluarkan dari dalam steling/ lemari jualan berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream selanjutnya saksi Poltak Napitupulu,SH dan saksi Dedi Irwanto Tarigan langsung mengamankan barang bukti sediaan farmasi berupa kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan berupa 10 (sepuluh) kotak Temulawak Cream dan 20 (dua puluh kotak) Collagen Cream dari Toko Kosmetik Lily milik terdakwa, selanjutnya saksi Poltak Napitupulu, SH dan saksi Dedi Irwanto Tarigan mengintrogasi terdakwa, adapun Toko Kosmetik Lily milik terdakwa menjual bedak, kosmetik, parfum dan sudah beroperasi pada tahun 2015 dengan jam operasional buka jam 10.00 Wib s/d pukul 17.30 Wib dan terdakwa memiliki tugas dan tanggung jawab belanja segala produk kosmetik yang dijualkan di Toko Kosmetik milik terdakwa, sebagai kasir di toko kosmetik milik

terdakwa dan penanggung jawab atas seluruh kegiatan di toko kosmetik milik terdakwa dan terdakwa memiliki karyawan toko sebanyak 3 (tiga) orang, terdakwa memperoleh produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan dari Sales yang datang ke toko untuk menawarkan barang/kosmetik kepada terdakwa dan ada juga membeli/belanja dari Freelance, dan terdakwa melakukan pembayaran dengan cash atau tunai tanpa ada faktur pembelian, adapun terdakwa membeli temulawak cream sebanyak 12 (dua belas) kotak dan sudah laku terjual sebanyak 2 (dua) kotak sedangkan untuk collagen cream terdakwa membelinya sebanyak 24 (dua puluh empat) kotak dan sudah laku terjual sebanyak 4 (empat) kotak dan terdakwa menjual produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan karena banyak peminatnya, harganya murah dan terdakwa memperoleh keuntungan sebesar Rp. 5.000,(lima ribu rupiah) / pot dan tujuan terdakwa menjual produk kosmetik yang tidak memenuhi standar tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan. Akibat perbuatan terdakwa yang mengedarkan sediaan farmasi berupa produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, terdakwa telah ditangkap oleh saksi Poltak Napitupulu,SH dan saksi Dedi Irwanto Tarigan beserta barang bukti 10 (sepuluh) kotak temulawak cream dan 20 (dua puluh kotak) Collagen Cream dibawa ke Kantor Ditresnarkoba Polda Sumut untuk diproses lebih lanjut. Bahwa berdasarkan hasil Analisis Laboratorium Kriminalistik No. Lab.

4687/KKF/2018 tanggal 14 Mei 2018 yang ditandatangani oleh ROY TENNO

SIBURIAN,M.Si, DONNA PURBA,S.Si,Apt dan RAFLES TAMPUBOLON,S.Si barang bukti diterima berupa 10 (sepuluh) kotak temulawak cream disebut BB I, 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream disebut BB II, yang telah disita dari Toko Kosmetik Lily milik terdakwa, yang didalam kesimpulan bahwa barang bukti BB I Positif Merkuri dan Barang Bukti BB II Negatif Merkuri. Bahwa berdasarkan surat Pemeriksaan Izin Edar terhadap Barang Bukti sediaan Farmasi Jenis Kosmetik Nomor : PY.06.92.924.04.18.2165 yang ditandatangani oleh Kepala Balai Besar POM di Medan yang melakukan pemeriksaan terhadap izin edar terhadap sediaan farmasi berupa produk kosmetik Temulawak Cream dan Collagen Cream menerangkan bahwa terhadap sediaan farmasi berupa produk kosmetik Temulawak Cream dan Collagen Cream tidak terdaftar di BBPOM RI. Bahwa berdasarkan keterangan ahli ASMAN SIAGIAN,SH,MH, bahwa oleh karena terdakwa mengedarkan sediaan farmasi berupa produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka terdakwa tidak dibenarkan mengedarkan sediaan farmasi berupa produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan karena apabila terdakwa mengedarkan sediaan farmasi berupa produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan dapat merugikan konsumen.

3. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Adapun susunan dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara nomor registrasi perkara: PDM-945/Eku.1/07/2019, yakni sebagai berikut :

Pertama : Perbuatan terdakwa LILY, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan

sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)”.

Atau

Kedua : Perbuatan terdakwa LILY sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 196 Jo Pasal 98 UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan

sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah)”.

Atau

Ketiga : Perbuatan terdakwa LILY sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 62 ayat (1) UU RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.

4. Alat Bukti dan Barang Bukti a. Keterangan Saksi

 Poltak Napitupulu,S.H.

- Bahwa benar letak/lokasi toko kosmetik milik terdakwa berada di Jalan MT. Haryono Komplek Chaty Nomor 19 Kec. Medan Barat Baru Kota Medan;

- Bahwa benar kosmetik yang ditemukan oleh saksi dan saksi Dedi Irwanto Tarigan dari Toko Kosmetik milik terdakwa adalah 10 (sepuluh) kotak temulawak cream dan 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream;

- Bahwa benar saksi melakukan penyamaran dengan cara berpura-pura akan membeli kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream oleh anggota/pekerja Toko Lily mengeluarkan dari dalam steeling/lemari jualan berupa

Temulawak dan Collagen Cream dan setelah itu saksi dan saksi Dedi Irwanto Tarigan langsung mengamankan kosmetik tersebut lalu menanyakan kepada terdakwa apakah ada izin untuk mengedarkan atau menjualkan kosmetik tersebut dan oleh karena terdakwa tidak dapat memperlihatkan izin dari pemerintah atau izin bentuk apapun untuk memperjualbelikan atau mengedarkan kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream tersebut sehingga saksi dan saksi menyita kosmetik tersebut dari dalam Toko Kosmetik Lily tersebut;

- Bahwa maksud dan tujuan terdakwa menjual atau mengedarkan Temulawak Cream dan Collagen Cream tersebut di Toko Kosmetik milik terdakwa adalah agar mendapat keuntungan;

- Bahwa sebelum saksi sebelum melakukan penindakan di Toko Kosmetik Lily sudah melakukan pengecekan terhadap kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream tidak memiliki izin edar sesuai dengan Surat dari Pihak BPOM Sumut dan kandungan didalam kosmetik tersebut mengandung Merkuri, sehingga saksi dan Saksi Dedi Irwanto Tarigan melakukan penindakan dan penyitaan terhadap kosmetik tersebut.

- Bahwa peran terdakwa adalah sebagai pengedar atau menjual kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream di Toko Kosmetik Lily milik terdakwa;

- Bahwa menurut saksi perbuatan terdakwa dengan menjual Temulawak Cream dan Collagen Cream yang tidak memiliki izin edar dan mengandung zat berbahaya yang mengandung Merkuri dari pemerintah atau instansi lainnya tidak dibenarkan dan melawan hukum;

- Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan.

 Dedi Irwanto Tarigan

- Bahwa benar letak/lokasi toko kosmetik milik terdakwa berada di Jalan MT. Haryono Komplek Chaty Nomor 19 Kec. Medan Barat Baru Kota Medan;

- Bahwa benar kosmetik yang ditemukan oleh saksi dan saksi Poltak Napitupulu,S.H. dari Toko Kosmetik milik terdakwa adalah 10 (sepuluh) kotak temulawak cream dan 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream;

- Bahwa benar saksi melakukan penyamaran dengan cara berpura-pura akan membeli kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream oleh anggota/pekerja Toko Lily mengeluarkan dari dalam steeling/lemari jualan berupa Temulawak dan Collagen Cream dan setelah itu saksi dan saksi Poltak Napitupulu,S.H. langsung mengamankan

kosmetik tersebut lalu menanyakan kepada terdakwa apakah ada izin untuk mengedarkan atau menjualkan kosmetik tersebut dan oleh karena terdakwa tidak dapat memperlihatkan izin dari pemerintah atau izin bentuk apapun untuk memperjualbelikan atau mengedarkan kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream tersebut sehingga saksi dan saksi menyita kosmetik tersebut dari dalam Toko Kosmetik Lily tersebut;

- Bahwa maksud dan tujuan terdakwa menjual atau mengedarkan Temulawak Cream dan Collagen Cream tersebut di Toko Kosmetik milik terdakwa adalah agar mendapat keuntungan;

- Bahwa sebelum saksi sebelum melakukan penindakan di Toko Kosmetik Lily sudah melakukan pengecekan terhadap kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream tidak memiliki izin edar sesuai dengan Surat dari Pihak BPOM Sumut dan kandungan didalam kosmetik tersebut mengandung Merkuri, sehingga saksi dan Saksi Dedi Irwanto Tarigan melakukan penindakan dan penyitaan terhadap kosmetik tersebut.

- Bahwa peran terdakwa adalah sebagai pengedar atau menjual kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream di Toko Kosmetik Lily milik terdakwa;

- Bahwa menurut saksi perbuatan terdakwa dengan menjual Temulawak Cream dan Collagen Cream yang tidak memiliki izin edar dan mengandung zat berbahaya yang mengandung Merkuri dari pemerintah atau instansi lainnya tidak dibenarkan dan melawan hukum;

- Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan.

b. Keterangan Terdakwa

- Bahwa benar benar terdakwa belum pernah dihukum;

- Bahwa benar terdakwa membuka usaha/toko kosmetik di Jalan MT.

Haryono Komplek Chaty Nomor 19 Kec. Medan Baru Kota Medan dan oleh pihak kepolisian mengamankan atau menyita barang bukti berupa kosmetik di Toko Kosmetik Lily milik terdakwa;

- Bahwa benar terdakwa adalah pemilik Toko Kosmetik Lily;

- Bahwa benar terdakwa belanja atau membeli 10 (sepuluh) kotak Temulawak Cream dan 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream dari freelance atau sales lepas dan terdakwa tidak tahu identitasnya.

- Bahwa terdakwa membeli Temulawak Cream sebanyak 12 (dua belas) kotak dan sudah laku terjual sebanyak 2 (dua) kotak sedangkan untuk Collagen Cream terdakwa membelinya sebanyak 24 (dua puluh empat) kotak dan sudah laku terjual sebanyak 4 (empat) kotak;

- Bahwa benar terdakwa tidak mengetahui untuk produk/kosmetik Temulawak Cream dan Collagen Cream tidak terdaftar di BPOM Sumut atau tidak memiliki ijin edar;

- Bahwa benar terdakwa menyesali perbuatannya.

c. Barang Bukti

- 10 (sepuluh) kotak Temulawak Cream.

- 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream.

5. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Isi tuntutan penuntut umum pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan:

a. Menyatakan terdakwa LILY telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “Perlindungan Konsumen”

sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Ketiga yaitu melanggar Pasal 62 ayat (1) UU RI. No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

b. Menjatuhkan pidana denda terhadap terdakwa LILY sebesar Rp.

10.000.000 (sepuluh juta rupiah) Subs 4 (empat) bulan kurungan.

c. Menyatakan barang bukti 10 (sepuluh) kotak temulawak cream dan 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream, seluruhnya dirampas untuk dimusnahkan.

d. Menyatakan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).

6. Hal yang memberatkan serta meringankan:

Hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa meringankan konsumen.

Hal-hal yang meringankan:

- Terdakwa mengidap penyakit kista/gejala kanker rahim.

- Terdakwa belum pernah dihukum.

- Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya.

- Terdakwa berlaku sopan dipersidangan.

7. Putusan Hakim

a. Menyatakan Terdakwa LILY telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “tanpa hak

memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”;

b. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana denda sebesar Rp.10.000.00,- (sepuluh juta rupiah) dan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka akan diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan;

c. Menetapkan barang bukti berupa:

a) 10 (sepuluh) kotak temulawak cream;

b) 20 (dua puluh) kotak Collagen Cream;

Seluruhnya dirampas untuk dimusnahkan

d. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

5.000,- (lima ribu rupiah);

8. Analisis Penulis

Mencermati kasus posisi dalam perkara ini, penerapan Pasal atau dakwaan Jaksa Penuntut Umum sudah tepat. Menurut Penulis, bahwa perkara Nomor : 1997/Pid.Sus/2019/PN Mdn ini adalah tindak pidana dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mencermati dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum diatas dapat dijelaskan bahwa dalam perkara ini Jaksa Penuntut Umum menggunakan dakwaan alternatif.

Dakwaan alternatif, yaitu terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.

Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan kesatu yaitu Pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan dakwaan kedua yaitu Pasal 196 Jo Pasal 98 UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta dakwaan ketiga yaitu Pasal 62 ayat (1) UU RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan dakwaan alternatif tersebut, maka Majelis Hakim akan memilih dakwaan yang berpotensi terpenuhinya diantara dakwaan kesatu dan dakwaan kedua serta dakwaan ketiga, berdasarkan fakta- fakta hukum yang terungkap di persidangan. Berdasarkan penilaian Majelis Hakim

bahwa dakwaan ketiga memiliki potensi dan sesuai dengan fakta persidangan sehingga dakwaan pertama dan kedua tidak perlu lagi dipertimbangkan.

Menurut Penulis, apabila dikaitkan dengan posisi kasus yang dibahas sebelumnya unsur-unsur Pasal 62 ayat (1) UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah terpenuhi. Dimana unsur dalam Pasal 62 ayat (1) UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yakni sebagai berikut:

a. Pelaku usaha;

Bahwa yang dimaksud dengan Pelaku Usaha adalah sebagai subjek hukum yaitu siapa saja yang dapat dimintakan kepadanya pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya, sesuai dengan surat dakwaan yang telah dibacakan dan berdasarkan keterangan kedua saksi bahwa terdakwa pelaku tindak pidana tersebut yang dalam hal ini tidak ada pengecualian terhadap diri terdakwa yang sehat Jasmani dan Rohaninya, dan tidak ditemukannya alasan pertanggung jawaban pidana sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka unsur pelaku usaha telah terbukti

b. Dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dari keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dihubungkan dengan adanya barang bukti serta adanya petunjuk didapat suatu fakta Bahwa pada hari Rabu, Tanggal 07 Maret 2018 sekira pukul 13.35 Wib, Poltak Napitupulu,SH

dan saksi Dedi Irwanto Tarigan (Anggota Kepolisian Ditresnarkoba Polda Sumut) melakukan penyamaran dengan berpura-pura akan membeli kosmetik berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream, lalu pekerja Toko Kosmetik Lily Mengeluarkan dari dalam steling/ lemari jualan berupa Temulawak Cream dan Collagen Cream selanjutnya saksi Poltak Napitupulu,SH dan saksi Dedi Irwanto Tarigan langsung mengamankan barang bukti sediaan farmasi berupa kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan berupa 10 (sepuluh) kotak Temulawak Cream dan 20 (dua puluh kotak) Collagen Cream dari Toko Kosmetik Lily milik terdakwa, selanjutnya saksi Poltak Napitupulu, SH dan saksi Dedi Irwanto Tarigan mengintrogasi terdakwa, adapun Toko Kosmetik Lily milik terdakwa menjual bedak, kosmetik, parfum dan sudah beroperasi pada tahun 2015 dengan jam operasional buka jam 10.00 Wib s/d pukul 17.30 Wib dan terdakwa memiliki tugas dan tanggung jawab belanja segala produk kosmetik yang dijualkan di Toko Kosmetik milik terdakwa, sebagai kasir di toko kosmetik milik terdakwa dan penanggung jawab atas seluruh kegiatan di toko kosmetik milik terdakwa dan terdakwa memiliki karyawan toko sebanyak 3 (tiga) orang, terdakwa memperoleh produk kosmetik yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan dari Sales yang datang ke toko untuk menawarkan barang/kosmetik kepada terdakwa dan ada juga

membeli/belanja dari Freelance, dan terdakwa melakukan pembayaran dengan cash atau tunai tanpa ada faktur pembelian, adapun terdakwa

membeli/belanja dari Freelance, dan terdakwa melakukan pembayaran dengan cash atau tunai tanpa ada faktur pembelian, adapun terdakwa

Dokumen terkait