• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : FORMULASI TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT UU

C. Sanksi Pidana dalam Undang-Undang Narkotika

KUHP sebagai induk atau sumber utama hukum pidana telah merinci jenis-jenis pidana, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP. Menurut stesel KUHP, pidana dibedakan menjadi dua kelompok antara pidana pokok dengan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri dari76

76

Andi Hamzah, Op.cit., hlm 25-26.

62 1. Pidana mati; 2. Pidana penjara; 3. Pidana kurungan; 4. Pidana denda; 5. Pidana tutupan

Pidana tambahan terdiri dari;

a. Pidana pencabutan hak-hak tertentu; b. Pidana perampasan barang-barang tertentu; c. Pidana pengumuman keputusan hakim. 1. Pidana Mati

Pidana ini berupa pidana yang terberat, yang pelaksanaannya berupa penyerangan terhadap hak hidup bagi manusia, yang sesungguhnya hak ini hanya berada di tangan Tuhan, maka tidak heran sejak dulu sampai sekarang menimbulkan pendapat pro dan kontra, bergantung dari kepentingan dan cara memandang pidana mati itu sendiri.77

Hukuman mati merupakan salah satu jenis hukuman yang diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan hukum positif. Terlepas dari landasan yang sifatnya legalistik, secara realistis pun kondisi hukum di Indonesia, masih sangat membutuhkan pelaksanaan hukuman mati. Tentunya khusus bagi kejahatan-kejahatan spesifik. Penjatuhan hukuman mati hanya diputuskan oleh Hakim, kalau kejahatan si terdakwa memang benar-benar terbukti sangat meyakinkan.78

77

Ibid., hlm 29.

78

Siswantoro Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 179-180.

63 2. Pidana Penjara

Berdasarkan sifatnya menghilangkan dan atau membatasi kemerdekaan bergerak, dalam arti menempatkan terpidana dalam suatu tempat (Lembaga Pemasyarakatan) dimana terpidana tidak bebas untuk keluar masuk dan didalamnya wajib untuk tunduk, menaati dan menjalankan semua peraturan tata tertib yang berlaku.79

Menurut Pasal 12 (1) pidana penjara dibedakan menjadi:

a) Pidana penjara seumur hidup. b) Pidana penjara sementara waktu.

Pidana penjara seumur hidup diancamkan pada kejahatan-kejahatan yang sangat berat, yakni80

1) Sebagai pidana alternatif dari pidana mati, seperti Pasal 104, Pasal 365 ayat (4), Pasal 368 ayat (2)

:

2) Berdiri sendiri dalam arti tidak sebagai alternatif pidana mati tetapi sebagai alternatifnya adalah pidana penjara sementara setinggi-tingginya 20 tahun, misalnya Pasal 106, Pasal 108 KUHP

Pidana penjara sementara waktu, paling rendah 1 hari dan paling tinggi (maksimum umum) 15 tahun (12 ayat 2). Pidana penjara sementara dapat (mungkin) dijatuhkan melebihi dari 15 tahun secara berturut-turut, yakni dalam hal yang ditentukan dalam Pasal 12 ayat 3.

79

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 34.

80

64 3. Pidana kurungan

Merupakan bentuk-bentuk dari hukuman perampasan kemerdekaan bagi si terhukum yaitu pemisahan si terhukum dari pergaulan hidup masyarakat ramai dalam waktu tertentu dimana sifatnya sama dengan hukuman penjara yaitu merupakan perampasan kemerdekaan seseorang. Pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda, jika seseorang tersebut tidak dapat atau tidak mampu membayar denda yang harus dibayarnya, dalam hal perkaranya tidak begitu berat. 81

4. Pidana Denda

Pidana denda diancamkan atau dijatuhkan terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Oleh karena itu, pidana denda merupakan satu-satunya pidana yang dapat dipikul oleh orang lain selain terpidana. Walaupun denda dijatuhkan terhadap terpidana pribadi, tidak ada larangan jika denda tersebut secara sukarela dibayar oleh orang atas nama terpidana.82

5. Pidana tutupan

Dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang untuk menggantikan pidana penjara yang sebenarnya dapat dijatuhkan oleh Hakim bagi pelaku dari sesuatu kejahatan, atas dasar bahwa kejahatan tersebut oleh pelakunya telah dilakukan karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati.83

81

Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 23.

82

Ibid., hlm. 24.

83

65

KUHP merumuskan beberapa pidana tambahan, antara lain:84 a. Pencabutan hak-hak tertentu

Dalam pasal 35 KUHP ditentukan bahwa yang boleh dicabut dalam putusan Hakim dari hak si bersalah ialah:

1) Hak untuk menjabat segala jabatan atau jabatan tertentu.

2) Hak untuk menjadi anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, baik udara, darat, laut, maupun Kepolisian.

3) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Umum.

4) Hak menjadi penasihat, penguasa dan menjadi wali

5) Kekuasaan orang tua, perwalian dan pengampuan atas anak. 6) Hak untuk mengerjakan tertentu.

b. Perampasan barang-barang tertentu

Dalam hal perampasan barang-barang tertentu tercantum dalam pasal 39, 40, 41, 42 KUHP

1) Barang-barang milik terhukum yang diperoleh dari kejahatan. 2) Barang-barang milik terhukum yang dipakai untuk melakukan

kejahatan.

c. Pengumuman Putusan Hakim

Semua Putusan Hakim sebenarnya sudah diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum, hukuman tambahan yang berupa pengumuman Putusan Hakim disini dimaksudkan agar putusan itu disiarkan istimewa

84

66

secara jelas menurut apa yang ditentukan oleh Hakim dan biayanya di tanggung oleh terhukum.

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sanksi pidana dibagi atas:

1. Pidana Mati

Dalam Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat beberapa pasal yang menggunakan pidana mati, antara lain: Pasal 113 ayat (2), Pasal 114 ayat (2), Pasal 116 ayat (2), Pasal 118 ayat (2), Pasal 119 ayat (2), Pasal 121 ayat (2), Pasal 133 ayat (2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, menyebutkan bahwa pelaku tindak pidana dapat dipidana dengan pidana mati atau penjara, yang artinya tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang dapat dihukum mati apabila melakukan tindak pidana yang telah diatur oleh Undang-Undang itu sendiri.

2. Pidana penjara

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdapat beberapa pasal yang menggunakan pidana penjara, antara lain: Pasal 113 ayat (2), Pasal 114 ayat (2), Pasal 116 ayat (2), Pasal 118 ayat (2), Pasal 119 ayat (2), Pasal 121 ayat (2), Pasal 133 ayat (2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga menyebutkan alternatif dari pidana mati yaitu berupa penjara seumur hidup.

3. Tindakan berupa Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk pengembalian kehormatan dan pemulihan nama baik. Dalam arti mengisolasikan seseorang ke suatu tempat

67

tertentu untuk dipulihkan, karena sesuatu penyakit atau keadaan. Hal ini merupakan salah satu strategi pemberantasan masalah narkoba. Rehabilitasi semata-mata tidak untuk mengisolasikan pasien narkoba dari lingkungan masyarakat umum agar terasing dari orang lain, melainkan untuk memulihkan pasien yang ketergantungan.85

Para pecandu narkotika tidak jarang memberikan dampak terhadap rasa aib bagi anggota keluarganya. Mereka sembunyi-sembunyi untuk melakukan perawatan medis sendiri (swamedikasi), padahal tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Oleh sebab itu, peranan masyarakat untuk membangun fasilitas sarana rehabilitasi medis amat diperlukan dalam rangka rehabilitasi sosial.86

Disisi lain, para terpidana narkotika diharapkan mendapat fasilitas lembaga pemasyarakatan khusus, yang dijauhkan dengan para pelaku tindak pidana lainnya. Para terpidana narkotika selama menjalani hukuman, dapat pula dimanfaatkan oleh aparat penegak hukum untuk dilakukan pelatihan tentang kewajiban memberikan informasi, pelatihan keterampilan dalam teknik pembelian terselubung sehingga dapat menunjang peranan penegak hukum.87

Ketentuan Umum Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menjelaskan rehabilitasi medis merupakan kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika. rehabilitasi pecandu narkotika dapat dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.

85

Ballen Kennedy, Djaman Siregar, Budaya Malu Solusi Memberantas Masalah Narkoba, Jakarta: Gramedium, hlm. 142.

86

Siswantoro Sunarso, Op.cit., hlm. 197.

87

68

Yaitu rumah sakit yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun masyarakat. Selain pengobatan atau perawatan melalui rehabilitasi medis, proses penyembuhan pecandu narkotika dapat diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.88

Rehabilitasi sosial merupakan kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.89

Rehabilitasi sosial bekas pecandu narkotika dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Menteri Sosial, yaitu lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat.

Dalam UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, salah satu tujuannya yang tercantum dalam pasal (4) adalah menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika. Namun fakta di lapangan, para penyalah guna dan pecandu narkotika dijatuhi hukuman penjara dan mendekam di Lembaga Permasyarkatan. Hal ini terjadi karena penegak hukum menginterpretasikan bahwa memiliki, menguasai, membawa narkotika dibawah ketentuan surat edaran MA, dapat dikonstruksi dalam pasal sebagai pengedar, sehingga sangat jarang pasal penyalah guna berdiri sendiri. Disisi lain penegak hukum yang menangani kasus penyalah guna narkotika jarang melakukan langkah-langkah pemeriksaan secara medis dan psikis untuk menentukan seorang yang ditangkap sebagai penyalahguna atau pengedar, serta tidak pernah melakukan pemeriksaan terhadap tingkatan kecanduan dan rencana

88

http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-rehabilitasi-narkoba.html (diakses tanggal 5 September 2015 pukul 20.30).

89

69

terapi rehabilitasinya, sehingga Hakim merasa sulit dalam memutuskan tindakan berupa rehabilitasi.90

90

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/11/19/813/dekriminalisasi-penyalah-guna-narkotika-dalam-konstruksi-hukum-positif-di-indonesia (diakses tanggal 5 September 2015 pukul 20.40).

70 BAB III

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP OKNUM POLRI SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

(Studi Putusan No. 479/Pid.B/2011/PN.Mdn)

A. Kasus Posisi

1. Kronologis

Pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekira pukul 16.00 WIB bertempat di Jalan H.M. kecamatan Medan Kota, Kota Medan (tepatnya di depan Rumah Sakit Umum Bhakti) yang berada dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan.

Bermula pada hari Selasa tanggal 14 Desember 2010 sekitar pukul 15.30 Wib, Sulaiman Efendi (petugas Polisi dari Direktorat Narkoba POLDA Sumut) berkenalan dengan saksi bernama Feriawan di belakang Hotel Madani Jalan Sisingamangaraja Medan, saksi memesan shabu-shabu sebanyak 5 Gie (gram) dengan harga Rp.7.000.000,- (tujuh juta rupiah) atau Rp.1.400.000,- /Gie lalu saksi berkata “Apa perlu sekarang shabu-shabunya? Atau besok siang saja?”.

Pada hari Selasa 14 Desember 2010 pukul 12.00 Wib saksi Feriawan dan saksi Alexander Sidabutar menemui terdakwa di Kantor RES INTEL SUB DEN GEGANA BRIMOB, meminta terdakwa untuk membelikan shabu-shabu 5 Gie (gram) dengan menyerahkan uang sebanyak Rp. 4.400.000,00- (empat juta empat ratus ribu rupiah) kepada terdakwa, dan selanjutnya terdakwa pergi menuju jembatan layang Jalan K.L. Yos Sudarso Kelurahan Brayan Kecamatan Medan Barat Kota Medan untuk menemui penjual

shabu-71

shabu bernama Rudi, selanjutnya terdakwa dan Rudi pergi menuju Rumah Sakit Bhakti.

Terdakwa dan Rudi pergi ke Rumah Sakit Bhakti dengan maksud untuk menyerahkan shabu-shabu tersebut kepada saksi Feriawaan, kemudian terdakwa dan Rudi berhenti di depan Makam Pahlawan Jalan Sisimangaraja Medan lalu terdakwa menyerahkan uang sebesar Rp. 4.400.000,00- (empat juta empat ratus ribu rupiah).

Kekurangannya akan di minta dari saksi Feryawan dan pada saat itu juga terdakwa menerima 1 (satu) bungkusan koran berisi shabu-shabu sebanyak 5 (lima) bungkus plastik kecil klip berisi narkotika Golongan I jenis shabu-shabu dan terdakwa meminta Rudi menunggunya di depan Makam Pahlawan, selanjutnya terdakwa pergi menuju Rumah Sakit Umum Bhakti, sekira pukul 16.00 Wib terdakwa tiba di depan Rumah Sakit Umum Bhakti

Ditempat tersebut sudah menunggu saksi Feriawan dan saksi Alexander Sidabutar yang sedang duduk di salah satu warung dan ditempat tersebut juga mobil parkir di dalamnya duduk saksi Sulaiman Efendi, selanjutnya terdakwa menemui saksi Feriawan dan saksi Alexander Sidabutar, dan saksi menanyakan apakah sudah ada barangnya, lalu terdakwa meletakkan bungkusan koran tersebut diatas meja, lalu saksi Feriawan dan saksi Alexander Sidabutar mengatakan untuk terdakwa menyerahkan bungkusan koran tersebut kepada orang yang menunggu di dalam mobil yang parkir di depan Rumah Sakit tersebut, selanjutnya terdakwa masuk ke dalam mobil lalu menyerahkan bungkusan koran kepada saksi Sulaiman Efendi, karena

72

sebelumnya saksi Sulaiman Efendi dengan saksi Feriawan sepakat transaksi jual beli dilaksanakan di depan RSU Bhakti, lalu terdakwa menanyakan “mana uangnya Pak”, lalu saksi Sulaiman Efendi mengatakan “sebentar dulu, saya lihat dulu asli atau tidak”.

Kemudian saksi Sulaiman Efendi membuka bungkusan tersebut dan ternyata isinya 5 (lima) bungkus plastik klip, shabu-shabu seberat 5,68 (lima koma enam puluh delapan) gram dengan berat bersih 2,36 (dua koma tiga puluh enam) gram, setelah itu saksi Sulaiman Efendi memanggil saksi Bona Ali untuk melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan disitu barang bukti berupa 5 (lima) bungkus plastik kecil klip berisi narkotika golongan I jenis shabu-shabu seberat 5,68 (lima koma enam puluh delapan) gram dengan berat bersih 2,36 (dua koma tiga puluh enam) gram.

2. Dakwaan

Surat dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan dakwaan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Hakim tidak dapat menjatuhkan pidana di luas batas-batas dakwaan. Hal-hal yang diuraikan dalam dakwaan dapat dilihat dari Pasal 143 KUHAP.91

Dakwaan Pertama

Dengan berat bruto 5,68 (lima koma enam puluh delapan) gram atau berat bersih 2,36 (dua koma tiga puluh enam) gram milik Henry Dunant Purba, Amd adalah benar mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam

91

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hlm. 167.

73

golongan I (satu) nomor urut 61 Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 114 ayat (1) UU R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

Atau

Dakwaan Kedua

Dengan berat bruto 5,68 (lima koma enam puluh delapan) gram atau berat bersih 2,36 (dua koma tiga puluh enam) gram milik Henry Dunant Purba, Amd adalah benar mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I (satu) nomor urut 61 Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (1) UU R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Atau

Dakwaan Ketiga

Dengan 25 (dua puluh lima) ml urine milik Henry Dunant Purba, Amd benar mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I (satu) nomor urut 61 Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UU R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Tuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara

74

yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.92

Definisi diatas mirip dengan definisi Wirjono Prodjodikoro: menuntut seorang terdakwa di muka Hakim Pidana adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada Hakim, dengan permohonan, supaya Hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa.93

Fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan dalam dipersidangan secara berturut-turut dikemukakan berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, alat bukti petunjuk dan alat bukti surat serta dikuatkan dengan barang bukti sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa Henry Dunant Purba, Amd telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak dan melawan hukum membeli, menerima Narkotika Golongan I” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (1) UU R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam dakwaan Pertama;

2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Henry Dunant Purba, Amd selama 6 (enam) tahun potong tahanan sementara yang telah dijalani, denda sebesar Rp. 1.000.000.000,00- (satu miliar rupiah) subsidair 6 (enam) bulan penjara;

3. Menetapkan barang bukti berupa 5 (lima) bungkus Plastik Klip transparan berisikan Narkotika Jenis shabu-shabu seberat 2,36 (dua koma tiga puluh

92

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 butir 7.

93

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Jakarta: Sumur Bandung, 1876, hlm. 12.

75

enam) gram dan 1 (satu) Unit Handphone Merk Nokia Type 2700 Classic dirampas untuk dimusnahkan serta 1 (satu) Lembar Kartu Tanda Anggota Polri An. Henry Dunant Purba, Amd dan 1 (satu) lembar Kartu Senpi An. Henry Dunant Purba, Amd dikembalikan kepada terdakwa Henry Dunant Purba, Amd;

4. Menetapkan agar terdakwa Henry Dunant Purba, Amd membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,00- (dua ribu rupiah).

4. Fakta-fakta Hukum a. Keterangan Saksi

Keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang mengenai suatu perisitwa pidana yang saksi dengar sendiri, saksi lihat sendiri, dan saksi alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya. Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi tercantum dalam pasal 168 KUHAP.94

(1) Sulaiman Efendi, lahir di Medan, umur 50 Tahun, Laki-laki, Indonesia, alamat Jalan Sisimangaraja Km.10,5 No. 60 Medan (POLDA SUMATERA UTARA), Agama Islam, pekerjaan sebagai Polisi, setelah bersumpah menurut agama Islam, pada pokoknya menerangkan bahwa :

Keterangan saksi-saksi tersebut saling berhubungan satu sama lain atau mempunyai keterangan yang sama. Berdasarkan keterangan beberapa saksi yang diperoleh bahwa benar terdakwa melakukan transaksi jual beli atau sebagai perantara dan menyerahkan Narkotika Golongan I.

94

76

a. Saksi Sulaiman Efendi mengenal terdakwa setelah dilakukan penangkapan terhadap terdakwa.

b. Saksi Sulaiman Efendi merupakan anggota POLRI dari Direktorat Narkoba POLDA Sumut.

c. Saksi Sulaiman Efendi membenarkan pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar pukul 16.00 Wib di Jalan H.M. Joni tepatnya di depan Rumah Sakit Umum Bhakti Kecamatan Medan Kota Medan, saksi Sulaiman bersama saksi Bona Ali melakukan penangkapan terhadap terdakwa Henry Dunant Purba, Amd pada saat menyerahkan 1 (satu) bungkus kertas koran yang terdiri dari 5 (lima) Bungkus plastik klip berisikan shabu-shabu kepada saksi.

d. Dari tangan terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas koran yang terdiri dari 5 (lima) bungkus plastik klip berisikan shabu-shabu dengan berat bruto 5,68 (lima koma enam puluh delapan) gram atau berat bersih 2,36 (dua koma tiga puluh enam) gram.

e. Pada hari Selasa tanggal 14 Desember 2010 sekitar pukul 15.30 Wib, saksi Sulaiman menghubungi seseorang melalui handphone No. Sim Card 081376662154 dengan mengatakan “ada kerja, nanti malam ketemu di belakang Hotel Madani Jalan Sisimangaraja Medan sekitar pukul 15.00 Wib”.

f. Kemudian saksi Sulaiman bertemu dengan orang yang menelepon saksi sebelumnya di salah satu warung minuman yang berada di belakang

77

Hotel Madani, dan orang tersebut memperkenalkan diri bernama Feriawan.

g. Saksi Sulaiman memesan shabu kepada Feriawan sebanyak 5 (lima) gram dengan harga Rp. 7.000.000.,00- (tujuh juta rupiah) dengan harga per gram Rp. 1.400.000,00- (satu juta empat ratus rupiah).

h. Beberapa lama kemudian teman Feriawan bernama Alexander Sidabutar ikut bergabung lalu mengatakan “apa sekarang perlu shabu-shabunya”.

i. Pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar pukul 13.30 Wib, saksi Sulaiman menghubungi Feriawan melalui handphone lalu Feriawan menjawab “nanti kita ketemu di Stadion Teladan Medan”. j. Sekitar pukul 14.30 Wib, saksi Sulaiman pergi bersama saksi Bona Ali

ke Stadion Teladan. Namun, Feriawan mengatakan “datang saja ke Jalan H.M. Joni di depan RSU Bhakti”.

k. Sekitar pukul 15.00 Wib, saksi Sulaiman bertemu dengan Feriawan dan Alexander Sidabutar di Jalan H.M. Joni Medan dekat lapangan Futsal di depan RSU Bhakti lalu saksi Feriawan mengatakan “sudah ada barangnya, sabar ya Pak’.

l. Saksi Sulaiman sengaja berganti mobil agar tidak di pantau Feriawan. m. Sekitar pukul 16.00 Wib, ketika saksi Sulaiman menunggu di dalam

mobil, dan terdakwa datang menemui saksi Sulaiman dengan mengatakan “ini pak pesanan shabu-shabunya” sambil menyerahkan

78

bungkusan koran berisi 5 (lima) bungkus plastik klip yang di dalamnya berisi shabu-shabu.

n. Terdakwa mengatakan “mana uangnya Pak”, oleh saksi Sulaiman mengatakan “tunggu sebentar, saya lihat dulu asli atau palsu”.

o. Saksi Sulaiman menghubungi saksi Bona Ali kemudian saksi dan saksi Bona Ali menangkap terdakwa dan menyita barang bukti berupa 5 (lima) bungkus plastik klip berisi shabu.

(2) Bona Ali, lahir di Medan, umur 32 Tahun, Laki-laki, Warga Negara Indonesia, alamat Jalan Sisimangaraja Km.10,5 No. 60 Medan (POLDA SUMATERA UTARA), Kristen, Pekerjaan sebagai Polisi, SMA, setelah berjanji menurut agama Kristen, pada pokoknya menerangkan bahwa: a. Benar saksi Bona Ali mengenal terdakwa setelah dilakukan

penangkapan terhadap terdakwa.

b. Saksi Bona Ali adalah anggota Kepolisian dari Direktorat Narkoba POLDA Sumut.

c. Pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar pukul 16.00 Wib bertepatan di Jalan H.M. Joni di depan Rumah Sakit Umum Bhakti Kecamatan Medan, Kota Medan, saksi Bona Ali bersama saksi SULAIMAN EFENDI melakukan penangkapan terhadap terdakwa Henry Dunant Purba, Amd pada waktu menyerahkan 1 (satu) bungkus kertas koran yang terdiri dari 5 (lima) Bungkus plastik klip berisikan Narkotika Jenis shabu-shabu.

79

d. Dari tangan terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas koran yang terdiri dari 5 (lima) bungkus plastik klip berisikan shabu-shabu dengan berat bruto 5,68 (lima koma enam puluh delapan) gram atau berat bersih 2,36 (dua koma tiga puluh enam) gram.

e. Pada hari Selasa tanggal 14 Desember 2010 sekitar pukul 15.30 Wib, saksi Bona Ali melihat saksi Sulaiman Efendi menghubungi seseorang melalui handphone namun saksi tidak tahu apa yang sedang dibicarakan.

f. Saksi Bona Ali melihat saksi Sulaiman Efendi bertemu dengan seseorang di salah satu warung minuman yang berada di belakang Hotel Madani, sedangkan saksi memantau dari jauh.

g. Pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar pukul 13.30 Wib, saksi Bona Ali pergi bersama saksi Sulaiman Efendi ke Stadion Teladan untuk menemui seseorang namun tidak jadi.

h. Sekitar pukul 15.00 Wib, saksi Bona Ali pergi bersama dengan saksi Sulaiman Efendi ke Jalan H.M. Joni Medan dekat lapangan Futsal di depan RSU Bhakti.

i. Saksi hanya memantau dari jauh sedangkan saksi Sulaiman Efendi berada di dalam mobil yang diparkirkan dekat warung.

j. Sekitar pukul 16.00 Wib, saksi Bona Ali dihubungi saksi Sulaiman Efendi untuk melakukan penangkapan terhadap terdakwa yang ketika itu terdakwa menyerahkan bungkusan koran yang terdiri dari 5 (lima) bungkus plastik klip berisi shabu-shabu kepada saksi Sulaiman Efendi.

80

k. Saksi membenarkan barang bukti tersebut. b. Surat

Surat yang termasuk alat bukti adalah ”surat resmi” yang dibuat “pejabat umum” yang berwenang untuk membuatnya, tapi agar surat resmi yang bersangkutan dapat bernilai sebagai alat bukti dalam perkara pidana, surat resmi itu harus memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialami si pejabat, serta menjelaskan dengan tegas alasan keterangan yang dibuatnya.95

Surat dalam perkara berupa Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika No. Lab 5623/KNF/XII/2010 tanggal 23 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh AKBP. Kasmin Ginting, Ssi, Dkk selaku pemeriksa oada Pusat LABORATORIUM FORENSIK

Dokumen terkait