• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2004, yang dimaksud dengan KDRT

adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, atau

pelantaran rumah tangga termasuk ancaman utuk melakukan perbuatan, pemaksaan,

atau perampasan kemerdekaan scara melawan hukum dalam lingku rumah tangga.

Yang dimaksud dengan “kekerasan seksual” dalam ketentuan (UUPDKRT) di atas

adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan

hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan

seksual dengan orang lain untuk tujuankomersial atau tujuan tertentu.

Dijelaskan dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2004, yang

dimaksudkekerasan seksual dalm ketenruan ini adalah setiap perbuatan yang berupa

2

Desnika Alfath, http;//Tindak Kekerasan Seksual Terhadap Istrihttp ://digilib.uin-/3099/1/BAB%20I,V.pdf h. 20. (16 Mei 2016)

pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak

wajardan tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan

komersial dan atau tujuan tertentu. Berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan

masih sering kita jupai dimana-mana, di dalam rumah tangga, diligkungan kerja,

dalam lingkungansosial, dan dalam kehidupan bernegara. Kekerasan dalam kamus

besar Basaha Indonesia di artikan:

a. Perihal yang bersfat, berciri khas

b. Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau

matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain

c. paksaan

Menurut penulis, azl dengan marite rape itu berbeda. Azl adalah

mengeluarkan sperma diluar vagina istri.Jadi, pada mulanya suami istri melakukan

suami istri.Akan tetapi, pada saat sperma ingin keluar, suami tidak mengeluarkan

pada ovum.Suami mengeluarkan sperma diluar vagina istri.Akibatnya, istri tidak

merasakan kenikmatan saat berhubungan.Menurut pendapat para ulama, azl termasuk

salah satu bentuk pemaksaan hubungan seksual.Sedangkan marital rape, adalah

melakukan pemerkosaan atau kekerasan yang dilakukan suami kepada istri untuk

melakukan hubungan seksual dengan suaminya.Akan tetapi, suami memaksa dan

tidak mau mengerti.

Menurut hukum Islam melarang adanya pemaksaan hubungan seksual yang

dilakukan suami terhadap istri atau marital rape. Marital rape bertentangan dengan

relasi suami istri, Islam setidaknya menggariskan 2 prinsip ajaran yaitu, persamaan

suami istri dan relasi yang baik atau mu‟asyarah bi al ma‟ruf.

Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku orang atau kelompok

terhadap orang atau kelompok lain, verbal ataupun nonverbal yang menimbulkan

efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis. Kekerasan didalam rumah tangga

bisa berupa kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan ekonomi, dan kekerasan

seksual.Pemerkosaan merupakan bentuk kekerasan seksual yang dialami laki-laki

maupun perempuan.Kekerasan seksual bisa dilakukan laki-laki terhadap perempuan

begitupun sebaliknya.Akan tetapi, pada umumnya terjadi pada pelaku laki-laki dan

korban perempuan.

Menurut Quraish shihab, seorang ahli tafsir indonesia yang terkenal

berpendapat pemerkosaan itu haram hukumnya dalam islam, walaupun dilakukan

terhadap istrinya. Dalam agama Islam, istri memang berkewajiban turut pada perintah

suami. Tapi kalau permintaan dan perintah suami itu melanggar norma agama seperti

meminta hubungan seksual ketika masa nifas, terlarang hukumnya atas nama agama

bagi sang istri untuk menuruti perintah suami. Istri mempunyai hak untuk

mengadukan pada hakim atas perbuatan suaminya itu.

Didalam hukum Islam, salah satu unsur penting dalam penetapan hukum

adalah maqasid asy-syari’ah. Prinsip maqasid asy-syari‟ah (perlindungan maslahah

primer, kepentingan umum, dan hak-hak dasar manusia), sexual equality (persamaan

hak bagi laki-laki dan perempuan) dan mu‟asyarah bi al ma‟ruf (relasi suami istri yang baik dan patut) sebagaimana yang diajarkan hukum islam. Menurut penulis,

harus dikampayekan dalam rangka menyikapi marital rape, baik sebagai bentuk

kekerasan terhadap perempuan maupun sebagai masalah hukum dan

perunang-undangan. Suami, dalam pandangan hukum islam tidak memiliki hak monopoli

seksual atas istrinya. Hubungan seksual suami istri harus dilakukan diatas kerelaan

dan kesetaran dua pihak.3

3

Veratih Iskadi Putri, Tinjauan Fiqih Terhadap Bentuk Pemaksaan Hubungan Seksual Suami Terhadap Istri. http;//file:///C:/Users//Documents/%20/102448-%20%20.PDF. h. 82-83-84. (17 Mei 2016)

58

A. Kesimpulan

Kekerasan seksual suami terhadap istri merupakan bentuk kekerasan (marital rape) yang terberat yang pernah dialami perempuan (istri) karena tidak hanya membawa dampak buruk yang bersifat fisik (medis) tapi juga psikis, selain dari itu pelaku adalah suami yang telah berjanji untuk melindungi, mengayomi, menyayangi tapi malah menjadi orang yang menyakiti istri dengan dalih kepatuhan karena suami adalah pemimpin (kepala keluarga) dalam rumah tangga, lain dari perbuatan kekerasan seksual suami terhadap istri tidak menutup kemungkinan juga suami menjadi korban KDRT. Tetapi dalam perkembangannya suami sangat jarang menjadi korban dalam KDRT. Kebanyakan korban kekerasan adalah perempuan (istri). Kekerasan seksual (marital rape) terus bertambah, bahkan semakin bervariasi (bermacam-macam). Setelah penyusun membahas dan meninjau tentang kekerasan seksual terhadap istri dalam perspektif hifdz al-nasl (keturunan) sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab terlebih dahulu pada skripsi ini, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kekerasan seksual suami terhadap istri dalam rumah tangga yang salah satu dampaknya adalah rusaknya alat reproduksi tidak dibenarkan dalam islam dengan alasan, Pertama, dari sisi maqasid al-syariah tindak kekerasan tersual terhadap istri tidak mencerminkankan terpenuhinya tujuan syariah dalam perkawinan dan beberapa poin inti dari maslahah ad-Daruriyyah yaitu, hifdz

al-nafs dan hifdz al-nasl. dampak dari kekerasan seksual suami terhadap istri

(alat reproduksi). Kedua dari sisi tindak pidana islam perilaku tindak kekerasan seksual suami terhadap istri masuk dalam kategori hukum pidana qishash pencederaan (penganiayaan) yaitu pelaku dihukum sesuai dengan perbuatannya.

2. Kekerasan seksual terhadap istri meliputi, pemaksaan hubungan seksual, melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak disukai istri, melakukan hubungan tersebut disertai dengan kekerasan dan ancaman yang mengakibatkan luka fisik dan gangguan (psikis), hingga kekerasan seksual mengakibatkan rusaknya alat reproduksi atau kematian pada janin.

3. Kekerasan dalam hukum pidana indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 8 UUPKDRT adalah setiap perbuatan yang serupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai, pemaksan hubungan seksual terhaap salah satu orang dalam ruang lingkup rumah tangganya dengan tujuan komersial atau tujuan tertentu. B. Implikasi Penelitian

1. Bahwa dalam memahami tindak kekerasan seksual terhadap istri dalam rumah tangga tidak semata didasarkan pada keyakinan institusi pernikahan yang sarat dengan nilai-nilai moral. Hampir mustahil mengkaji tindak kekerasan sksual terhadap istri tanpa memahami relasi kuasa yang dikonstruk secara budaya dan memanipulasi nilai-nilai agama.

2. Memahami tindak kekerasan seksual terhadap istri dalam perspektif hifdz al-nasl harus dihubungkan dengan maqasid al-syari’ah yang paling utama adalah

al-kuliyat al-khams tanpa memahami sering kali dengan dalih telah mendapat

mandat dari tuhan sebagai pemimpin istr, kekerasan seksual dengan pemaksaan seksual dalam hubungan suami istri bisa dilakukan.

3. Segala benruk kekerasan terhadap perempuan terutama kekerasan seksual terhadap istri dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan.

4. Masalah kekerasan seksual terhadap istri adalah masalah yang serius, maka dibutuhkan penegasan dan penegakan hukum yang pasti agar tidak terjadi laki kekerasan seksual terhadap istri, setidaknya mengurangi laju perkembangannya yang kian hari kian meningkat dan berangam. Pada saat yang bersamaan pula, perlu digalakkan pula upaya-upaya perberdayaan dan penyadaran perempuan terhadap hak-hak seksualitasnya.

61

Albeta Bandung, 2009.

Ahmadi, Abu. Psikologi social, Cet. 1; Yogyakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Alfath, Desnika http;//Tindak Kekerasan Seksual Terhadap Istrihttp ://digilib.uin-suka.ac.id/3099/1/BAB%20I,V.pdf h. 20. (16 Mei 2016)

Bagoes , Ida Mantra. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 40.

Departemen Agama R.I, Al-Qur’an Terjemahnya, akarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, Cet. I; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Djanah, Fathul. Kekerasan Terhadap Istri, Cet. 1; Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007.

Fuadudding, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, Cet. 1; Jakarta: The Asia Foundation. 1999.

Ghoffar, Abdul. Menyikapi Tingkah Laku Suami (Cet. 1; Jakarta: Almahira, 2006. Hadiati, Moerti Soeroso,. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif

Yuridis-Viktimologis (Cet; 1. Jakarta: Sinar Grafika, 2010) h. 62.

Harahap, La. Pengertian seksual. http://repository .usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 31479 /5/Chapter%20I.pdf (13 Juni 2016)

http://jurnal-pdf, kbbi.web.id/istri=tgl (23-maret-2016)

http;//file:///C:/Users//Documents/%20/102448-%20%20.PDF. h. 82-83-84. (17 Mei 2016)

https:// www.geogle.co.id/pdf. search?q= Kekerasan seksual suami terhadap

istri&aqs=chrome=( 23-maret-2016)

Intan, Salmah Sorotan Terhadap Jender dan Kontroversi Kepemimpinan Perempuan

(Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 245-246-247. Iskadi, Veratih Putri. Tinjauan Fiqih Terhadap Bentuk Pemaksaan Hubungan

Seksual Suami Terhadap Istri.

Jamaa, La Pandangan Ulama Kekerasan Seksual Istri.-Kekerasan Seksual Terhaap

Istri. http:// hakamabbas.blogspot.com. (11 Mei 2016).

Kamsinah, Problematika Remaja dan Pendidikan Seksual, Cet. 1; Makassar: Alauddin University press, 2011.

Keluargasakinah,10-tips-keharmonisanpasangansuamiistri, (https:// membangun-keluarga-sakinah-mawaddah warahmah/10-tips-keharmonisan-pasangan-suami-istri/210048582376718/ (16April- 2016)

Kementerian Agama RI. Qur’an dan Terjemahannya. Cet 1; Bandung: Syaamil Quran.

Lianawati, Ester. kekerasan Terhadap Istri diseluruh dunia

“http://wordpress.com/2008/psikologi dalam ramah Hukum.

Mahmud, Akilah. Keluarga Sakinah Menurut Pandanga Islam, Cet. 1; Makassar: Alauddin University, 2012.

Maloko, Thahir Dinamika Hukum Dalam Perkawinan, (Cet. I; Makassar: Alauddi University Press, 2012.

Mufidah Ch, Paradigma Gender, Cet. 2; Bayu Media Publishing: Malang, 2004. R, Rahman Perempuan Antara Idealitas dan Realitas Masyarakat Perspektif Hukum

Islam (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press 2014), h. 242-243

.

Ribka, Diana. Kekerasan Seksual terhadap istri file:///C:/Users/Downloads/.pdf. Tgl 3 Mei 2016.

Sekar, Mayang. pengertian memelihara keturunan. http:// .blogspot.co.id/2011/ 12 /tujuan-hukum-islam.html (13 Juni 2016)

Suaedi, Ahmad. Kekerasan dalam Perspektif Pesantren, Cet. 1; Jakarta: Grafindo, 2002.

sunggono, Bambang Metodologi Penelitian Hukum, Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

Suryabrata, Sumadi. Metodelitian penelitian,Cet. 1; jakarta: CV. Rajawali, 1983. Syahraeni, Bimbingan keluarga Sakinah, Cet. 1; Makassar: Alauddin University

Press, 2013.

Ulfatmi. Keluarga sakinah dalam perspektif islam (Kementerian agama RI 2011), h. Umar , Marzuki Sa’abah, Seks dan kita , Cet. 1; Jakarta: Gema insane press, 1997. Widayati, Rizky. http:///C:/Users//Downloads/Jurnal - Hubungan Keharmonisan

SURIATI ANDAYANI, Lahir di sungguminasa, 08 Januari 1994. Merupakan anak ke enam dari 7 bersaudara. Anak kandung dari pasangan

SYAMSUDDIN dan AISYAH

SDI Tamarunang tempat pendidikan pertama yang di tempuh pada tahun 2001 dan tamat pada tahun 2006. Kemudian penyusun melanjutkan pendidikan di SMP Gowa Raya pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009. Setelah lulus, kemudian penyusun melanjutkan sekolah di SMA Gowa Raya dan tamat pada tahun 2012.

Setelah itu, penyusun melanjutkan studi di kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2012 di fakultas Syariah dan Hukum dan mengambil Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Penulis merampungkan studi S1 dan selesai pada Bulan Juni Tahun 2016. Penulis sangat bersyukur di beri kesempatan oleh Allah swt bisa menimba ilmu yang merupakan bekal di masa depan. Penulis sangat berharap dapat mengamalkan ilmu yang sudah di peroleh dengan baik dan dapat membahagiakan kedua orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung serta berusaha menjadi manusia yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dokumen terkait