• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX PENUTUP

9.2 Saran

Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. UMKM harus melaksanakan komunikasi pemasaran secara lebih terstruktur agar kualitas daya saing UMKM tercapai secara optimal.

2. Lembaga pembina UMKM perlu melakukan pembinaan mengenai komunikasi pemasaran dengan memberikan pengetahuan dan memfasilitasi UMKM dalam melaksanakan komunikasi pemasaran.

3. Lembaga pembina UMKM perlu melakukan pelatihan peningkatan kapasitas pelaku usaha, misalnya teknik desain dan pengemasan produk, merek dagang, izin produksi, dan label halal untuk mendukung kegiatan pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Amidi, et al. 2008, ‘Inovasi Teknologi bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui Serambi Difusi IPTEK’, Jurnal Pembangunan Manusia,

Edisi 6,

http://www.balitbangdasumsel.net/data/download/20100414125500.pdf diunduh tanggal 5 Mei 2010 jam 02.00 WIB.

Amir, M. Taufiq 2005, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan!, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Andijansyah 2009, ‘Analisis Efektivitas Promosi Produk Pembiayaan Syariah Sepeda Motor PT BPRS Al- Salam Amal Salman Studi Kasus BPRS Al- Salam Cabang Depok’, Skripsi Sarjana, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Clapham, Ronald 1991, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara,

Penerjemah Masri Maris, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Eva, Agustine 2007, ‘Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Menengah’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi

Informasi 2007, ISSN: 1907-5022,

http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1719/1500 diunduh tanggal 2 Mei 2010 jam 19.00 WIB.

Kusumastuti, Yatri Indah 2009, Komunikasi Bisnis, IPB Press, Bogor.

Kotler, Philip & Gary Armstrong 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Keduabelas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Machfoedz, Mahmud 2010, Komunikasi Pemasaran Modern, Cakra Ilmu, Yogyakarta.

Prisgunanto, Ilham 2006, Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rahmana, Arief 2009, ‘Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi

Informasi 2009, ISSN: 1907-5022,

http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1033/989 diunduh tanggal 2 Mei 2010 jam 20.00 WIB.

Sadoko, et al. 1995, Pengembangan Usaha Kecil: Pemihakan Setengah Hati,

Yayasan Akatiga, Bandung.

Sari, Latifah Kumala 2009, Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Fasilitas dan Pelayanan Jasa pada “Jagorawi Golf and Counry Club” Cibinong Bogor, Skripsi Sarjana, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun, M. & Effendi, S. (Editor) 1989, Metode Penelitian Survay, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

91

Sulistyastuti, Dyah Ratih 2004, ‘Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 9, Nomor 2 Desember 2004, Halaman 143-164, http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/617/543 diunduh tanggal 30 April 2010 jam 22.00 WIB.

Syarif, Teuku 2008, ‘Kajian Efektivitas Model Promosi Pemasaran Produk UMKM’,

http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/01_T.Syarif.pdf diunduh tanggal 30 April 2010 jam 20:59 WIB.

Tambunan, Tulus T.H. 2009, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Tjiptono, Fandy 2008, Strategi Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.

93

KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB) Oleh : Bio Hafsari Larasati

Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB Bogor No. Responden : ... I. Identitas Responden 1. Nama : ... 2. Jenis Kelamin : ... 3. Usia : ... 4. Pendidikan terakhir : ... 5. Posisi dalam Usaha : ...

II. Kondisi UMKM

1. Nama UMKM : ... 2. Sejak kapan UMKM Anda berdiri? ... 3. Bagaimana latar belakang pendirian usaha Anda?

... ... Silang jawaban benar di bawah ini:

4. Berapa jumlah pekerja yang dimiliki UMKM Saudara? a. 1-4 orang

b. 5-19 orang c. 20-99 orang

5. Berasal dari manakah mayoritas pekerja UMKM Saudara? a. Keluarga

b. Tetangga dan kerabat dekat c. Orang yang belum dikenal

6. Apa keterampilan yang harus dimiliki pekera dalam melakukan proses produksi?

……… ... 7. Bagaimanakah karakteristik pendidikan mayoritas pekerja UMKM Saudara?

a. Berpendidikan tinggi (perguruan tinggi) b. Berpendidikan sedang (SMP atau SMA) c. Berpendidikan rendah (SD)

d. Tidak bersekolah

8. Apa saja produk UMKM Saudara?

... ... 9. Apakah UMKM Saudara menyiapkan “ready stock”?

a. Ya b. Tidak

10.Berasal dari wilayah manakah konsumen potensial UMKM Saudara? (jawaban boleh lebih dari satu)

a.Lokal/ sekitar tempat usaha b.Hingga skala kota

c.Hingga mencakup beberapa kota sekitar d.Hingga skala nasional

e.Hingga skala internasional

11.Berasal dari kalangan manakah konsumen potensial UMKM Saudara? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Hanya kalangan atas b. Hanya kalangan menengah c. Hanya kalangan bawah

d. Mencakup kalangan menengah ke atas/ menengah ke bawah e. Mencakup semua kalangan

95

12.Berasal dari kategori usia manakah konsumen potensial UMKM Saudara? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. 0-12 tahun b. 13-18 tahun c. 19-30 tahun d. 30-64 tahun e. ≥ 65 tahun

13.Dengan mempertimbangkan konsumen sasaran, seberapa strategiskah lokasi UMKM Saudara?

a. Strategis

b. Kurang strategis c. Tidak strategis

14.Seberapa mudahkah akses konsumen terhadap produk UMKM Saudara? a. Sangat mudah

b. Mudah

c. Cukup mudah d. Sulit

e. Sangat sulit

15.Bagaimana upaya Saudara dalam mengemas produk?

……… ……… 16.Berapa aset (di luar tanah dan bangunan) yang dimiliki UMKM Saudara?

a. ≤ 50 juta

b. 50 Juta < x≤ 500 Juta c. 500 Juta < x ≤ 10 M

17.Berapa nilai penjualan UMKM Saudara dalam periode waktu satu tahun? a. ≤ 300 juta

b. 300 Juta < y≤ 2,5 M c. 2,5 M < y≤ 50 M

Isilah tabel berikut dengan skor dari skala 0-5 dengan penjelasan sebagai berikut:

0 Tidak mengalami hambatan 1 Hambatan sangat rendah 2 Hambatan rendah 3 Hambatan cukup tinggi 4 Hambatan tinggi 5 Hambatan sangat tinggi

18.Seberapa besarkah hambatan yang Saudara rasakan dalam pengembangan usaha?

NO JENIS HAMBATAN SKOR

1. Keterbatasan modal dan pendanaan 2. Keterbatasan akses pasar dan informasi 3. Keterbatasan keterampilan pekerja 4. Rendahnya teknologi

5. Masalah pemasaran

6. Masalah lainnya, sebutkan: TOTAL SKOR

III. Komunikasi Pemasaran

1. Apakah Saudara melaksanakan upaya pemasaran untuk mengembangkan UMKM?

a. Ya

b. Tidak, karena………

(Jika jawaban tidak, lanjutkan pada pertanyaan bagian IV. Daya Saing

UMKM)

2. Jenis komunikasi pemasaran apa sajakah yang dilaksanakan UMKM Saudara?... ...

97

3. Siapakah yang sering menjadi penyelenggara kegiatan pemasaran dalam UMKM Saudara?

a. UMKM secara mandiri b. LPPM IPB

c. Pemerintah d. Lainnya,

sebutkan... 4. Apakah UMKM Saudara melaksanakan komunikasi pemasaran secara rutin?

a. Ya b. Tidak

5. Seberapa sering Saudara melakukan komunikasi pemasaran dalam periode waktu satu tahun?

a. 1 kali, atau lebih jarang b. 2 sampai 3 kali

c. 4 sampai 5 kali d. 6 sampai 12 kali e. Lebih dari 12 kali

6. Berapa biaya yang Saudara keluarkan untuk melaksanakan komunikasi pemasaran dalam periode waktu satu tahun?

... ...

IV. Daya Saing UMKM

1. Berasal dari wilayah manakah konsumen UMKM Saudara? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Lokal/ sekitar tempat usaha b. Hingga skala kota

c. Hingga mencakup beberapa kota sekitar d. Hingga skala nasional

2. Berasal dari kalangan status sosial manakah konsumen UMKM Saudara? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Hanya kalangan atas b. Hanya kalangan menengah c. Hanya kalangan bawah

d. Mencakup kalangan menengah ke atas/ menengah ke bawah e. Mencakup semua kalangan

3. Berasal dari kategori usia manakah konsumen UMKM Saudara? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. 0-12 tahun b. 13-18 tahun c. 19-30 tahun d. 30-64 tahun e. ≥ 65 tahun

4. Apakah UMKM Saudara memiliki konsumen tetap (langganan)? a. Ya

b. Tidak

5. Berapakah nilai penjualan produk UMKM dalam periode waktu satu tahun? ... ...

99

Hasil Uji Korelasi Separman

1. Korelasi Tingkat Pendidikan Pelaku UMKM dengan Pelaksanaan

Komunikasi Pemasaran Correlations tingkat pendidikan pelaku UMKM pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM Spearman's rho tingkat pendidikan pelaku UMKM Correlation Coefficient 1.000 .707(**) Sig. (2-tailed) . .000 N 34 34 pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM Correlation Coefficient .707(**) 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . N 34 34

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Korelasi Skala Usaha dengan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Correlations skala usaha pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM Spearman's rho

skala usaha Correlation Coefficient

1.000 .391(*) Sig. (2-tailed) . .022 N 34 34 pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM Correlation Coefficient .391(*) 1.000 Sig. (2-tailed) .022 . N 34 34

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3. Korelasi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Tingkat

Produktivitas Correlations Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Tingkat Produktivitas Spearman's rho Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Correlation Coefficient 1.000 .418(*) Sig. (2-tailed) . .014 N 34 34

Tingkat Produktivitas Correlation Coefficient .418(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .014 .

N 34 34

4. Korelasi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Tingkat Profit Correlations Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM Tingkat Profitabilitas UMKM Spearman's rho Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM Correlation Coefficient 1.000 .554(**) Sig. (2-tailed) . .001 N 34 34 Tingkat Profitabilitas UMKM Correlation Coefficient .554(**) 1.000 Sig. (2-tailed) .001 . N 34 34

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5. Korelasi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Luas Cakupan

Pasar Correlations Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM Luas Cakupan Pasar UMKM Spearman's rho Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM Correlation Coefficient 1.000 .517(**) Sig. (2-tailed) . .002 N 34 34

Luas Cakupan Pasar

UMKM

Correlation Coefficient .517(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 34 34

ABSTRACT

Micro Small and Medium Enterprises (MSME) are the most relevant topic to be discussed in Indonesia because of their significant contribution to the economic development in this country. Too many benefits can be contributed by MSME, but in the fact, MSME have uncapability to facing market among others due to the weakness of MSME in financial, accessing information, and related to poor promotional action. To winning the competition with the other enterprises, MSME needs a good competitiveness quality. One of the way to reach it, can be done by give an attention to MSME’s marketing communication. This research tells about the characteristic of IPB MSME partnership, marketing communication act, and quality of competitiveness as this result. The method used in this study are quantitative and qualitative data. Quantitative data collected by interviewing peopled with questionnaires. Whereas, qualitative data collected by interviewing the tutor about partnership tutorial act. Marketing communication can be held by match this act with the characteristic of MSME. It can give some benefit to increase the competitiveness quality of MSME.

Keywords: Micro Small and Medium Enterprises, Marketing Communication, Quality of Competitiveness

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak masa Orde Baru, Indonesia menempatkan pembangunan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Berkenaan dengan hal tersebut, dunia usaha selama setengah abad terakhir telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa di atas planet ini. Berbagai jenis usaha tumbuh dan berkembang di Indonesia. Salah satu unit usaha yang menjamur, sekaligus mendominasi sektor industri Indonesia adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hampir 90 persen dari total usaha yang ada di dunia merupakan kontribusi dari UKM (Lin, 1998 seperti dikutip oleh Rahmana 2009).

Menurut Urata (2000, seperti dikutip oleh Sulistyastuti, 2004) yang telah mengamati perkembangan UMKM di Indonesia, UMKM memainkan beberapa peran penting di Indonesia, diantaranya adalah: (1) Pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia, (2) Penyedia kesempatan kerja, (3) Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat, (4) Pencipta pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitasnya serta keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan, (5) Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas. Sementara itu, Tambunan (2001, seperti dikutip oleh Sulistyastuti, 2004) menyebutkan bahwa UKM juga mampu mereduksi ketimpangan pendapatan (reducing income inequality) terutama di negara-negara berkembang. Peranan yang sangat signifikan dalam pencapaian kesempatan kerja dan berbagai nilai tambah yang telah diungkapkan di atas membuktikan bahwa UMKM mampu memberikan manfaat yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan.

2

UMKM memiliki peranan yang cukup berarti dalam perkembangan perekomomian nasional, namun sektor ini masih memiliki kendala, seperti keterbatasan modal dan pendanaan, keterbatasan akses pasar dan informasi, dan masalah pemasaran. Hal ini tentu mengakibatkan UMKM tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Menanggapi hal tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai salah satu perguruan tinggi menjalankan program kemitraan pembinaan UMKM yang merupakan wujud tugas dan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi.

Program kemitraan UMKM dilaksanakan oleh beberapa lembaga, diantaranya adalah Unit Pelayanan dan Pendampingan UKM (UPP-UKM) dan

Career Development And Alumni Affairs (CDA) IPB melalui Program Mahasiswa Wirausaha. UMKM mitra binaan IPB bergerak dalam beberapa jenis bidang usaha, diantaranya adalah UMKM pangan, jasa, pertanian, dan kerajinan. Saat ini tercatat 166 unit UMKM yang tergabung dalam program mitra binaan UPP-UKM LPPM IPB dan 83 UMKM yang tergabung dalam program CDA. Program pembinaan terhadap UMKM binaan IPB ini dirasa penting sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang berjiwa wirausaha.

Berbagai upaya pembinaan dan pemberdayaan UMKM diarahkan pada peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pelaku usaha dan pemanfaatan potensi yang dimiliki. Upaya ini dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan, diantaranya adalah pelatihan pembuatan pembukuan dan arus kas, pembinaan kegiatan pemasaran, dan penyelenggaraan pertemuan untuk memperluas jaringan.

Kegiatan pengembangan dan pemberdayaan yang dimaksud dapat dilakukan dengan meningkatkan daya saing UMKM. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan meningkatan kualitas komunikasi pemasaran. Mengingat ketatnya persaingan usaha di era global, komunikasi pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan UMKM. Dalam upaya menjalankan usahanya, UMKM tidak hanya mengalami persaingan dengan berbagai UMKM lain yang tumbuh dan berkembang, melainkan juga bersaing dengan usaha-usaha besar, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

UMKM dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bertahan dan bersaing dengan jenis usaha lainnya. Untuk mencapai keinginan tersebut, maka komunikasi pemasaran menjadi kegiatan operasional yang wajib dilaksanakan. Namun pelaksanaan kegiatan ini akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pelaksanaan komunikasi pemasaran yang efektif dan efisien merupakan suatu keputusan yang harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan matang. Realita ini menarik minat penulis untuk melakukan penelitian mengenai berbagai upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan UMKM, serta hubungannya dengan kualitas daya saing usaha.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang uraian latar belakang di atas, disusunlah beberapa masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM mitra binaan IPB?

2. Bagaimanakah hubungan karakteristik UMKM mitra binaan IPB dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran?

3. Bagaimanakah hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM mitra binaan IPB?

4

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka ditetapkan beberapa tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM mitra binaan IPB

2. Menganalisis hubungan karakteristik UMKM dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran

3. Menganalisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai karakteristik UMKM, pelaksanaan komunikasi pemasaran, dan pengaruhnya dengan kualitas daya saing UMKM. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi pelaku UMKM, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan sebagai upaya peningkatan daya saing UMKM.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan khasanah pengetahuan, khususnya dalam bidang komunikasi bisnis mengenai komunikasi pemasaran.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai kesesuaian kondisi lapangan dengan teori yang ada mengenai karakteristik UMKM, pelaksanaan komunikasi pemasaran, serta hubungannya terhadap daya saing UMKM.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi UMKM

Terdapat beberapa lembaga atau instansi yang memberikan definisi mengenai usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

‘Pasal 6

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a.memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b.memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar rupiah).

(3) Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)’.1

Sementara itu, Rahmana (2009) mengungkapkan batasan pengertian UMKM yang ditetapkan oleh BPS berdasarkan jumlah tenaga kerja, untuk usaha

1

Undang-Undang No.20 Tahun 2008

(http://www.smecda.com/Files/infosmecda/uu_permen/UU_2008_20_TENTANG_USAHA_MIK RO_KECIL_DAN_MENENGAH.pdf) diunduh tanggal 30 April 2010 jam 22.00 WIB.

6

kecil berjumlah lima sampai dengan sembilan belas orang, sementara usaha menengah berkisar antara dua puluh sampai dengan sembilan puluh sembilan tenaga kerja. Batasan pengertian UMKM diatas sesuai dengan defiinisi UMKM yang diberlakukan bagi Asian Development Bank (ADB) yang dikutip oleh Eva (2007).

2.1.2 Karakteristik UMKM

UMKM memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis usaha besar, termasuk karakteristik yang membedakan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah sendiri. Berdasarkan data BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009) dalam buku UMKM di Indonesia, diketahui bahwa dari segi tenaga kerja, lebih dari sepertiga (sekitar 34,5 persen) UMKM dikelola oleh tenaga kerja berusia di atas 45 tahun, dan hanya sekitar 5,2 persen pengusaha UMKM yang berumur di bawah 25 tahun.

Tambunan (2000) seperti dikutip oleh Sulistyastuti (2004) mengungkapkan bahwa tenaga kerja yang diperlukan oleh industri kecil tidak menuntut pendidikan formal yang tinggi. Sebagian besar tenaga kerja yang diperlukan oleh industri ini didasarkan atas pengalaman (learning by doing) yang terkait dengan faktor historis (path dependence). Tulisan lanjutan Tambunan (2009) mengenai UMKM mengungkapkan bahwa struktur pengusaha menurut tingkat pendidikan formal memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan rata-rata pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala usaha, yang umumnya berasosiasi positif dengan tingkat kompleksitas usaha yang memerlukan keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin banyak pengusaha dengan pendidikan formal tersier.

Mengacu pada data BPS (2006) yang dikutip Tambunan (2009) diketahui bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mengungkapkan alasan kegiatan usaha yang mereka lakukan adalah latar belakang ekonomi. Artinya usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan dan atau merupakan startegi untuk bertahan hidup. Hal ini didukung dengan kondisi tingkat pendidikan pengusaha yang mayoritas tergolong rendah. Usaha ini dilakukan dengan alasan tidak ada lagi jenis pekerjaan lain yang dapat dilakukan dengan tingkat pendidikan formal yang tergolong rendah. Beberapa pengusaha juga menjalankan usaha dengan mempertimbangkan prospek usaha ke depan, seperti adanya peluang dan pangsa pasar yang aman dan besar. Namun, sebagian lainnya mengungkapkan latar belakang keturunan, artinya meneruskan usaha warisan keluarga.

Data BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009) juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak UMKM, namun tidak seluruh UMKM ini berbadan hukum. Justru sebagian besar UMKM yang ada, yakni sekitar 95,1 persen dari jumlah unit usaha tidak berbadan hukum. Hal ini dapat diterima dengan alasan kebanyakan UMKM memiliki modal yang sangat minim dan terbentur berbagai birokrasi dan persyaratan yang rumit dan kompleks untuk mendapatkan pelayanan dalam pengembangan usahanya.

Menurut Sulistyastuti (2004), yang juga menjadi karakteristik UMKM adalah pemakaian bahan baku lokal. Keberadaan UMKM seringkali terkait dengan tingginya intensitas pemakaian bahan baku lokal, misalnya UMKM kerajinan meubel ukiran khas Jepara, batik asal Pekalongan dan berbagai komoditas lokal unggulan lain yang dijadikan bahan baku dalam usaha.

8

2.1.3 Peran dan Kontribusi UMKM

Dewasa ini, UMKM diberi perhatian yang cukup besar dalam perkembangannya di berbagai belahan dunia. Ini merupakan hal yang wajar, mengingat pentingnya peranan UMKM baik dalam bidang sosial, ekonomi, hingga bidang politik.

2.1.3.1 Peranan UMKM dalam Bidang Sosial

Menurut Clapham (1991), tujuan sosial dari UMKM sekurang-kurangnya untuk mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebutuhan dasar rakyat. Sadoko (1995) juga menegaskan bahwa peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu, usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk pemerintah lokal.

Peranan UMKM untuk kepentingan konsumen berpendapatan rendah penting untuk menjamin persediaan barang bermutu sederhana pada harga yang terjangkau. Dapat dikatakan bahwa perusahaan kecil memberikan sumbangan yang sangat penting dalam bentuk turut menurunkan biaya hidup bagi kelompok- kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Oleh karena itu, Clapham (1991) menyebutkan bahwa UMKM mampu memberikan sumbangan yang besar dari segi kedaulatan konsumen.

Selain berperan dalam kedaulatan konsumen, UMKM memiliki peranan yang sangat berarti dalam hal penciptaan lapangan kerja. Clapham (1991) menyebutkan bahwa lebih dari 75 persen lapangan kerja di luar sektor pertanian di negara sedang berkembang diciptakan oleh perusahaan kecil dan menengah di

sektor industri pengolahan, perdagangan, dan selebihnya di sektor jasa. Mendukung pernyataan tersebut, Lin dikutip oleh Rahmana (2009) juga menyatakan bahwa hampir 90 persen dari total usaha yang ada di dunia merupakan kontribusi dari UKM. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia, mempunyai peranan yang signifikan dalam penanggulangan masalah pengangguran.

Melihat peranan UKM yang sangat signifikan dalam penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah, Sulistyastuti (2004) berpendapat bahwa UKM mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan, terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, tak heran jika Clapham (1991) juga berpendapat bahwa sektor perusahaan kecil dan menengah dipandang lembaga yang cocok untuk menghilangkan dualisme ekonomi dan sosial.

2.1.3.2 Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi

UMKM dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya nasional menurut prinsip-prinsip ekonomi, termasuk pemanfaatan tenaga kerja untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimum dan sesuai dengan kepentingan rakyat (Clapham, 1991). Indoconsult dikutip Sadoko (1995) juga mengungkapkan bahwa usaha kecil memberikan kontribusi yang tinggi (sekitar 55 persen) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor-sektor perdagangan, transportasi, dan industri. Sektor ini juga mempunyai peranan cukup penting dalam penghasilan devisa negara melalui usaha pakaian jadi (garments), barang-barang kerajinan termasuk meubel dan pelayanan bagi turis.

10

Rahmana (2009) menegaskan kembali bahwa UKM di Indonesia telah menunjukkan perannya dalam penciptaan atau pertumbuhan kesempatan kerja dan

Dokumen terkait