• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk penelitian lebih lanjut agar meneliti jaringan switching knockout untuk input yang lebih besar kedalam concentrator dengan output yang lebih kecil dengan menggunakan simulasi matlab agar memudahkan dalam penelitian.

Peneliti juga menyarankan untuk meneliti jaringan switching knockout dengan two stage multicast output – buffered ATM switch (MOBAS) untuk mendapatkan nilai maximum throughput, probabilitas blocking, fault tolerance, dan complexity.

BAB II

JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT

2.1 Konsep Switching

Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit masukan dan keluaran yang disebut dengan inlet dan outlet. Fungsi utama dari sistem switching adalah membangun jalan listrik diantara sepasang inlet dan outlet tertentu, dimana hardware yang digunakan untuk membangun koneksi seperti itu disebut matriks switching atau switching network[1].

Switching network terdiri dari Ninlet dan M outlet seperti pada Gambar 2.1. Apabila jumlah inlet sama dengan outlet M = N, maka jaringan switching itu disebut symetric network (jaringan simetris)[2].

Gambar 2.1Jaringan switching denganN inlet dan M outlet

Jaringan switching tidak membedakan antara inlet/oulet yang tersambung ke pelanggan maupun ke trunk. Sebuah sistem switching tersusun dari elemen-elemen yang melakukan fungsi-fungsi switching, kontrol dan signaling.Dengan ditemukannya sistem transmisi serat optik, menyebabkan peningkatan kecepatan transmisi yang menuntut suatu rancangan sistem switching yang sesuai dengan kebutuhan transmisi tersebut. Rancangan elemen switching yang dibutuhkan adalah rancangan yang dapat meneruskan paket data secara cepat, dapat dikembangkan dengan skala yang lebih besar dan dapat secara mudah

untuk diimplementasikan. Suatu elemen switching dapat digambarkan sebagai suatu elemen jaringan yang menyalurkan paket data dari terminal masukan menuju terminal keluaran. Kata terminal dapat berarti sebagai suatu titik yang terdapat pada elemen switching. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa switching adalah proses transfer data dari terminal masukan menuju terminal keluaran. Gambar 2.2 memperlihatkan elemen switching terdiri dari tiga komponen dasar yaitu: modul masukan, switching fabric, dan modul keluaran[2].

Gambar 2.2 Tipe elemen switching

Ketiga komponen switch tersebut dijelaskan sebagai berikut[2] : 1. Modul masukan

Modul masukan akan menerima paket yang datang pada terminal masukan. Modul masukan akan menyaring paket yang datang tersebut berdasarkan alamat yang terdapat pada header dari paket tersebut. Alamat tersebut akan disesuaikan dengan daftar yang terdapat pada virtual circuit yang terdapat pada modul masukan. Fungsi ini juga dilakukan pada modul keluaran. Fungsi lain dilaksanakan pada modul masukan adalah sinkronisasi, pengelompokan paket menjadi beberapa kategori, pengecekan error dan beberapa fungsi lainnya sesuai dengan teknologi yang ada pada switching tersebut.

2. Switching fabric

Switching fabric melakukan fungsi switching dalam arti sebenarnya yaitu meroutekan paket dari terminal masukan menuju terminal keluaran. Switching fabric terdiri atas

jaringan transmisi dan elemen switching. Jaringan transmisi lain ini bersifat pasif dalam arti bahwa hanya sebagai saluran saja. Pada sisi lain elemen switching melaksanakan fungsi seperti internal routing.

3. Modul keluaran

Modul keluaran berfungsi untuk menghubungkan paket ke media transmisi dan ke berbagai jenis teknologi seperti kontrol error, data filtering, tergantung pada kemampuan yang terdapat pada modul keluaran tersebut.

2.2 Jaringan Interkoneksi

Komunikasi diantara terminal-terminal yang berbeda harus dapat dilakukan dengan suatu media tertentu. Interkoneksi yang efektif diantara prosesor dan modul memori sangat penting dalam lingkungan komputer. Menggunakan arsitektur bertopologi bus bukan merupakan solusi yang praktis karena bus hanya sebuah pilihan yang baik ketika digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen dengan jumlah yang sedikit. Jumlah komponen dalam sebuah modul IC bertambah seiring waktu. Oleh karena itu, topologi bus bukan topologi yang cocok untuk kebutuhan interkoneksi komponen-komponen didalam modul IC. Selain itu juga tidak dapat diskalakan, diuji dan kurang dapat disesuaikan, serta menghasilkan kinerja toleransi kesalahan yang kecil. Disisi lain, sebuah crossbar yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 menyediakan interkoneksi penuh diantara semua terminal dari suatu sistem. Pnmerupakan input yang datang yang memiliki jalur masing-masing pada output Mn.Sistem crossbar ini memungkinkan P1 memiliki akses terminal menuju M1, M2, M3, …, Mn. begitu pula pada inputan P2, …, Pn memiliki terminal yang sama pada masing-masing output M1, M2, M3, …, Mn.

Gambar 2.3 Arsitektur crossbar

2.3 Karakteristik Jaringan Interkoneksi

Berikut ini akan dipaparkan karakteristik jaringan interkoneksi berdasarkan topologi, teknik switching, sinkronisasi, strategi pengaturan dan algoritma peroutean[3].

2.3.1 Topologi

Topologi jaringan merujuk pada pengaturan statis dari kanal dan node dalam suatu jaringan interkoneksi, yakni jalur yang dijalani oleh paket. Memilih topologi jaringan adalah langkah awal dalam perancangan suatu jaringan karena strategi routing dan metode kendali aliran tergantung pada topologi jaringan. Suatu peta jalan diinginkan sebelum jalur dapat dipilih dan melintasi dari route terjadwal. Topologi tidak hanya menetapkan tipe jaringan tapi juga detail-detailnya seperti radix dari switch, jumlah tingkatan, lebar dan laju bit pada kanal. Memilih topologi yang baik merupakan suatu pekerjaan untuk mencocokkan jaringan yang besar, sehingga dibutuhkan teknologi pengemasan yang tersedia. Pada satu sisi, rancangan dikendalikan oleh jumlah port dan lebar pita serta faktor kerja per port dan sisi yang lainnya oleh pin per chip dan papan yang tersedia oleh kepadatan dan panjang kawat atau kabel serta laju sinyal yang tersedia. Topologi dipilih berdasarkan biaya dan kinerjanya. Biayanya ditentukan oleh jumlah dan kompleksitas dari chip-chip yang dibutuhkan untuk

merealisasikan jaringan, kepadatan, panjang dari interkoneksi pada papan atau melalui kabel antara chip-chip ini. Kinerja dari topologi ini memiliki dua komponen, yaitu lebar pita dan latency. Keduanya ditentukan oleh faktor selain topologi, contohnya kendali alarm, strategi routing, dan pola trafik. Untuk mengevaluasi topologinya saja, dikembangkan pengukuran seperti bisectional bandwidth, kanal beban, dan penundaan jalur yang merefleksikan pengaruh yang kuat dari topologi kinerjanya.

Masalah umum yang tidak diinginkan perancang jaringan yaitu permasalahan yang dihadapi untuk mencocokkan topologi jaringan ke komunikasi data. Pada permulaannya ini seperti cara yang baik, tetapi hasilnya jika suatu mesin bekerja menghasilkan suatu algoritma membagi-bagi dan menaklukkan ( divide and conquer algorithm ) dengan pola komunikasi berstruktur pohon. Karena ketidakseimbangan beban yang dinamis atau ketidaksesuaian antara masalah ukuran dan mesin, beban pada jaringan tersebut biasanya memiliki keseimbangan yang buruk. Jika data dan urutan dialokasikan pada beban yang seimbang , kecocokan antara masalah dan jaringan hilang. Suatu masalah yang menyangkut jaringan yang spesifik biasanya tidak dipetakan secara baik untuk menyediakan teknologi pengemasan, membutuhkan saluran yang panjang atau derajat node yang tinggi. Akhirnya, jaringan-jaringan seperti itu menjadi tidak fleksibel. Jika algoritma dapat dengan mudah berubah dengan mudah. Ini menyebabkan selalu lebih mudah menggunakan suatu jaringan bertujuan umum yang baik daripada merancang jaringan dengan topologi yang cocok ke masalah[3].

2.3.2 Teknik Switching

Secara umum digunakan tiga teknik switching, yaitu circuit switching, packet switching, dan message switching. Tetapi yang sering digunakan adalah circuit switching dan packet switching.

Pada circuit switching, jalur antara sumber dan tujuan harus telah disediakan sebelum komunikasi terjadi dan koneksi ini harus tetap dijaga sampai pesan mencapai tujuannya. Setiap koneksi yang dibangun melalui jaringan circuit switching mengakibatkan dibangunnya kanal komunikasi fisik diantara terminal sumber dengan terminal tujuan. Kanal komunikasi ini digunakan secara khusus selama terjadi koneksi. Jaringan circuit switching juga menyediakan kanal dengan laju yang tetap.

Pada hubungan circuit switching, koneksi biasanya terjadi secara fisik bersifat point to point. Kerugian terbesar dari teknik ini adalah penggunaan jalur yang bertambah banyak untuk penambahan jumlah node sehingga biaya akan semakin meningkat dan pengaturan switching menjadi sangat kompleks. Kelemahan yang lain adalah munculnya idle time bagi jalur yang tidak digunakan, yang akan menambah infisiensi.

Pemecahan yang baik yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan di atas adalah dengan metode packet switching. Dengan pendekatan ini, pesan yang dikirim dipecah-pecah dengan besar tertentu dan pada tiap pecahan data ditambahkan informasi kendali. Informasi kendali ini, dalam bentuk yang paling minim, digunakan untuk membantu proses pencarian route dalam suatu jaringan sehingga pesan dapat sampai ke alamat tujuan.

Penggunaan packet switching mempunyai keuntungan dibandingkan dengan penggunaan circuit switching antara lain[4]:

1. Efisiensi jalur lebih besar karena hubungan antar node dapat menggunakan jalur yang dipakai bersama secara dinamis tergantung banyaknya paket yang dikirim.

2. Bisa mengatasi permasalahan laju data yang berbeda antara dua jenis jaringan yang berbeda laju datanya.

mulai menurun. Sedangkan pada model packet switching, paket tetap bisa dikirimkan, tetapi akan lambat sampai ke tujuan (delivery delay meningkat).

2.3.3 Sinkronisasi

Dalam suatu jaringan interkoneksi sinkron, kegiatan pada elemen switching dan terminal masukan maupun terminal keluaran ( I/O ) dikendalikan oleh sebuah clock pusat sehingga semuanya bekerja secara sinkron. Sedangkan pada jaringan interkoneksi asinkron tidak[4].

2.3.4 Strategi Pengaturan

Pengaturan sebuah jaringan dapat dilakukan dengan cara terpusat ataupun terdistribusi. Dalam strategi pengaturan terpusat, sebuah pengendali pusat harus memiliki semua informasi global dari sistem pada setiap waktu. Ini akan menghasilkan dan mengirimkan sinyal kontrol kepada terminal yang berbeda pada jaringan tergantung dari informasi yang dikumpulkan. Kompleksitas sistem bertambah dengan seiring bertambahnya jumlah terminal dan dampaknya mengakibatkan sistem dapat terhenti. Berbeda dengan jaringan terdistribusi, pesan-pesan yang diroutekan mengandung informasi peroutean yang dibutuhkan. Informasi ini ditambahkan kepada pesan dan akan dibaca dan digunakan oleh elemen switching untuk meroutekan pesan-pesan tersebut sampai ke tujuan[4].

2.3.5 Algoritma Perutean

Algoritma perutean tergantung pada sumber dan tujuan dari suatu pesan dan jalur interkoneksi yang digunakan ketika melalui jaringan. Peroutean dapat disesuaikan ataupun di tentukan. Pada jaringan non-rearrangeable, jalur yang telah ditentukan mekanisme perouteannya tidak dapat diubah sesuai dengan trafik yang terjadi pada jaringan, artinya tidak dapat dialihkan ke route yang berbeda apabila terjadi kepadatan trafik pada route yang sedang digunakan, sehingga koneksi akan segera di-block[4].

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia telekomunikasi yang sangat membutuhkan transfer data yang cepat baik dalam pentransferan suara maupun data agar terhindarnya dari delay antrian atau pun loss packet dan masalah-masalah lain yang dapat menyebabkan data yang dikirim menjadi cacat sehingga mengharuskan adanya pengembangan-pengembangan dalam jaringan telekomunikasi baik perangkat keras maupun perangkat lunak agar dapat menciptakan inovasi-inovasi yang berguna bagi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat-perangkat ini sangatlah diperlukan dalam pentransferan data maupun suara terutama perangkat keras yang memiliki kinerja pentransferan yang baik dan biaya yang murah.

Pentransferan data dan suara tidak pernah terlepas dari pentingnya switching pada jaringannya. Switching memiliki fungsi utama yaitu membangun jalur diantara sepasang masukan (inlet) ke keluaran (outlet) tertentu. Sebuah sistem switching tersusun dari elemen-elemen yang melakukan fungsi-fungsi yaitu switching (menyambungkan), control (mengendalikan sistem pada switch) dan signaling (pemberitahuan). Jaringan switching tidak membedakan inlet/outlet yang tersambung ke pelanggan maupun ke trunk. Untuk membedakannya dilakukan oleh sistem kontrol.

Pada switching diharuskan agar memiliki output yang baik. Outputbufferswitch menghasilkan kualitas dan delay yang baik, namun masalah yang terjadi pada outputbuffer ini adalah bahwa kapasitasnya dibatasi oleh kecepatan memorinya. Jadi penyelesaian masalah ini adalah dengan membatasi jumlah sel yang tiba pada outputport dalam setiap time slot sehingga mengurangi beban yang ditanggung oleh memori dalam melakukan switching.

Sel-sel yang melebihi kapasitas akan di buang dari switching. Konsep inilah yang dinamakan dengan switching knockout.

Dengan konsep switching knockout ini dapat memberikan probabilitas blocking yang kecildan memberikan troughput yang besar. Oleh karena itu di tugas akhir ini akandibahas tentang analisis jaringan switching knockout.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa besar nilai utiliti agar mendapatkan nilai throughput yang besar

2. Berapa besar nilai utiliti agar paket yang datang pada switch tidak terblocking dalam jumlah yang besar.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mendapatkan nilai throughput yang baik pada proses pengiriman paket pada switching knockout sehingga peluang hilangnya paket semakin kecil.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat luasnya topik yang dapat dibahas pada switchingknockout ini maka pembahasan keseluruhan switchingknockout ini dibatasi secara umum, dan hanya membahas tentang kinerja switchingknockout.

Sehubungan dengan hal tersebut, hanya diuraikan beberapa topik permasalahan yaitu : 1. Hanya membahas kinerja switching yaitu probabilitas blocking dan throughput

2. Utiliti atau kemampuan sistem untuk melewatkanpaketyang akan digunakan pada jaringandengan nilai utiliti sebesar 0,1 sampaidengan nilai utiliti sebesar 0,9.

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah : • Studi literatur

Yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain.

1.6 Sistematika Penulisan

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode dan sistematika penulisan.

BAB II JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT

Bab ini membahas tentang jaringan interkoneksi banyak tingkat secara umum, karakteristik, topologi, teknik switching, sinkronisasi, algoritma peruteandan klasifikasi jaringan interkoneksi.

BAB III JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT

Pada bab ini berisikan tentang basic arsitektur single stage switching knockout, topologi jaringan switching knockout, prinsip kerja jaringan switching knockout, routing konstruksi concentrator, dan pengoperasian barrel shifter

BAB IV ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT

Bab ini berisikan tentangperhitungan throughput dan probabilitas blocking danhasil perhitungan throughput dan probabilitas blocking jaringan switching knockout.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah diperoleh.

ABSTRAK

Switching knockout adalah sebuah arsitektur packetswitching yang baru dengan performansi yang tinggi menggunakan topologi jaringan switching terkoneksi penuh dimana masing-masing input mempunyai jalur langsung ke setiap output sehingga tidak terjadi blockingswitch paket pada setiap output. Satu-satunya blocking yang dapat terjadi pada switch output yaitu ketika paket datang secara simultan dari input yang berbeda menuju output yang sama. Dengan mempertimbangkan paket loss yang tidak dapat dihindari di dalam jaringan, switching knockout menggunakan concentrator yang dirancang di setiap output untuk mengurangi jumlah buffer-buffer yang terpisah yang dibutuhkan untuk menerima paket-paket yang datang secara serempak. Mengacu kepada concentrator, arsitektur buffer bersama memungkinkan penggunaan seluruh memori buffer secara bersama-sama pada masing-masing outputnya dan semua paket diletakkan pada jalur output berbasis FIFO(First In First Out)

Dalam Tugas Akhir ini dianalisis kinerja jaringan switchingknockout dengan tolak ukur kinerja yang digunakan adalah probabilitas blocking dan throughput pada setiap utiliti yang berbeda. Setelah dilakukan analisis probabilitas blocking pada jaringan switching knockout, bahwa untuk 8 input to 4 output pada setiap utiliti0,1;0,2;0,3;0,4;0,5;0,6;0,7;0,8;0,9 diperoleh hasil probabillitas sel hilang 0,0001664 x 10-3; 0,002597 x 10-3; 0,01289 x 10-3; 0,03951 x 10-3; 0,09392 x 10-3; 0,1897 x 10-3; 0,3424 x 10-3; 0,5697 x 10-3; 0,8884 x 10-3 dan diperoleh nilai throughputnya yaitu 0,099999833; 0,199997403; 0,29998711; 0,39996049; 0,49990608; 0,5998103; 0,6996576; 0,7994303; 0,8991116.

TUGAS AKHIR

” ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT”

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada

Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Oleh:

NIM : 100402011 DENI DESTIAN HARAHAP

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT

Oleh:

DENI DESTIAN HARAHAP NIM : 100402011 Disetujui oleh : Pembimbing IR. M. ZULFIN, MT NIP : 196401251991031001 Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT-USU

IR. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si NIP : 195405311986011002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

ABSTRAK

Switching knockout adalah sebuah arsitektur packetswitching yang baru dengan performansi yang tinggi menggunakan topologi jaringan switching terkoneksi penuh dimana masing-masing input mempunyai jalur langsung ke setiap output sehingga tidak terjadi blockingswitch paket pada setiap output. Satu-satunya blocking yang dapat terjadi pada switch output yaitu ketika paket datang secara simultan dari input yang berbeda menuju output yang sama. Dengan mempertimbangkan paket loss yang tidak dapat dihindari di dalam jaringan, switching knockout menggunakan concentrator yang dirancang di setiap output untuk mengurangi jumlah buffer-buffer yang terpisah yang dibutuhkan untuk menerima paket-paket yang datang secara serempak. Mengacu kepada concentrator, arsitektur buffer bersama memungkinkan penggunaan seluruh memori buffer secara bersama-sama pada masing-masing outputnya dan semua paket diletakkan pada jalur output berbasis FIFO(First In First Out)

Dalam Tugas Akhir ini dianalisis kinerja jaringan switchingknockout dengan tolak ukur kinerja yang digunakan adalah probabilitas blocking dan throughput pada setiap utiliti yang berbeda. Setelah dilakukan analisis probabilitas blocking pada jaringan switching knockout, bahwa untuk 8 input to 4 output pada setiap utiliti0,1;0,2;0,3;0,4;0,5;0,6;0,7;0,8;0,9 diperoleh hasil probabillitas sel hilang 0,0001664 x 10-3; 0,002597 x 10-3; 0,01289 x 10-3; 0,03951 x 10-3; 0,09392 x 10-3; 0,1897 x 10-3; 0,3424 x 10-3; 0,5697 x 10-3; 0,8884 x 10-3 dan diperoleh nilai throughputnya yaitu 0,099999833; 0,199997403; 0,29998711; 0,39996049; 0,49990608; 0,5998103; 0,6996576; 0,7994303; 0,8991116.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Berkah dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis atas semangat dan doanya kepada penulis dengan segala pengorbanan dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya.

2. Bapak Ir. M. Zulfin MT sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis yang selalu bersedia memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.

6. Seluruh sahabat penulis Fatih Silmi Muhammad, Muhammad Fadllan Dwika, Benny Wiliiam, Suwendri, Adi Mahyudi Hutasuhud, Willy Manurung, Irsyad Khairi Tanjung,Diky Ikhsan Nasution, Zulfahmi Dhuha, Yahya Ahmadi Brata, Dewi Riska Sari Barus, Nur Adilah Lubis, Winarni Agil,Dwi Purnama Sari dan teman-teman stambuk 2010 lainnya, atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan selama penulis bergelut di kampus.

7. Seluruh senior dan junior di Departemen Teknik Elektro, atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Semua orang yang pernah mengisi setiap detik waktu yang telah dilalui bersama penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mereka, pengalaman penulis tidaklah lengkap.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini sangat penulis harapkan.

Kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih

Medan,September 2014 Penulis

DENI DESTIAN HARAHAP

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL ...vii

BAB IPENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penulisan ... 2 1.4 Batasan Masalah ... 2 1.5 Metodologi Penulisan ... 3 1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB IIJARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT ... 5

2.1 Konsep Switching ... 5

2.2 Jaringan Interkoneksi ... 7

2.3 Karakteristik Jaringan Interkoneksi ... 8

2.3.1 Topologi ... 8

2.3.2 Teknik Switching ... 9

2.3.3 Sinkronisasi ... 11

2.3.4 Strategi Pengaturan ... 11

2.3.5 Algoritma Perutean ... 11

BAB IIIJARINGAN SWITCHING KNOCKOUT ... 12

3.1 Knockout-based switch ... 12

3.2 Basic Arsitektur Single-Stage Switching Knockout... 13

3.3 Topologi Jaringan Switching Knockout ... 15

1.4 Prinsip Kerja Switching Knockout ... 16

3.5 Routing Konstruksi Concentrator ... 21

3.6 Pengoperasian Barrel Shifter ... 23

BAB IVANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT... 27

4.2.2 Grafik Throughput dan Probabilitas Blocking ... 31

BAB VPENUTUP ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Gambaran fungsional dari jaringan interkoneksi ... .... 5

Gambar 2.2Tipe elemen switching ... … 6

Gambar 2.3Arsitektur crossbar ... ... 8

Gambar 3.1Struktur paket switch ... … 13

Gambar 3.2Struktur interkoneksi knockout………. 14

Gambar 3.3Bus interface knockout switch... … 15

Gambar 3.4 Switching knockout4 input to 2 output ... … 16

Gambar 3.5 Metode sistem switching knockout ... … 19

Gambar 3.6 Penggambaran Diagram alir switching knockout ... … 20

Gambar 3.7 (a)2 x2 contention switch (b) keadaan 2x2 contention switch….. 21

Gambar 3.8 Knockout concentrator 8 input ke 4 output ... … 23

Gambar 3.9 Pengoperasian Barrel shifter ... … 24

Gambar 3.10 Format data transmisi……….. 25

Gambar 3.11 Pentransmisian activity bit paket pada switching knockout 8 input ke 4 output……… 26

Gambar 4.1 Grafik Throughput vs UtilitySwitchingknockout 8 input to 4 output………... 30

Gambar 4.2 Grafik Probabilitas blocking vs UtilitySwitchingknockout 8 input to 4 output……….. 31

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1Utility dan probabilitas blocking switching knockout 8 input to 4 output………. 27

Tabel 4.2Utility dan Throughput switching knockout 8 input to 4 output……….. 28

Tabel 4.3Throughput dan probabilitas blocking switching knockout 8

Dokumen terkait