• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

Dari penelitian mengenai rubrik Daqu Utama yang berujudul Ada Apa

dengan Hari Ibu, peneliti memberi saran, yaitu:

1. Untuk para pembaca yang tertarik dengan penulisan sebuah majalah,

alangkah baiknya, jika memahami terlebih dahulu penulisan dalam buku

atau majalah. Agar menjadi bacaan yang bermanfaat.

2. Majalah Daqu dalam menulis dalam rubrik Daqu Utama alangkah baiknya

juga ditambahkan banyak tulisan dari peristiwa sehari-hari, tidak hanya

62

Anton, Meolino (et, al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

Arivia, Gadis, Mengapa Perempuan Menolak?, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2006.

Chaer, Abdul, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. Ke-3.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. Ke-1.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek), Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007.

Eriyanto, Analisis Wacana (pengantar analisis teks media), Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta, Cet. Ke-V.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset,1989, cet. Ke-92.

Haryatmoko, Dominasi Penuh Muslihat Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Hidayat, Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis.

Junaedhie, Kurniawan, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama.

Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN Jakarta Pers, 2006.

Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, cet. Ke-14.

Khamdan, Ibnu, Analisis Wacana Pesan Dakwah Islam Kumpulan Cerpen Jack&Sufi: Sufisme di Remang-remang Jakarta, Skripsi UIN, 2009.

63

Kusnawan, Asep, Berdakwah Lewat Tulisan, Bandung: Mujahid Press, 2004,cet.ke-2.

Ma’arif, Bambang S, Komunikasi Dakwah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010,cet. Ke-1.

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2008, cet pertama

Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.

Oetomo, Dede, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Permatasari, Pipit, Analisis Semiotika Terhadap Citra Perempuan Di Ruprik "Liputan Malam" Majalah Popular Edisi Januari Maret 2008, Skripsi UIN, 2008.

Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Samantho, Ahmad Y., Jurnalistik Islami, Bandung: Harakah, 2002, cet. Ke-1.

Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, cet.ke-5.

Tim Penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(akarta: Balai Pustaka, 2007, cet. Ke-4.

Utami,Sri, Analisis Wacana Pesan Dakwah Islam dalam Buku Beyond The Inspiration Karya Felix Y. Siauw Skripsi UIN, 2012.

Verhaar, W. M, Asas-asas Linguistik Umum, Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2001, cet. Ke-3.

Jabatan : Penulis Rubrik Ada Apa dengan Hari Ibu

Tempat : Kantor PPPA Daarul Qur’an Ciledug, Tangerang

Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2013 pukul 11.00 WIB

1. Bagaimana latar belakang berdirinya majalah Daarul Qur’an dan

kapan mulai terbit?

Majalah Daqu dibikin sebagai sarana komunikasi antara lembaga, donatur, dan masyarakat. Karena disini kita banyak program, kemudian bagaimana cara kita mengkomunikasikannya, seperti lewat web tapi kita tahu bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia masih dikota-kota besar saja. Sedangkan banyak jamaah kita yang diluar daerah, mungkin walaupun dikota besar tapi terbataslah. Maka kita coba bikin majalah Daqu untuk mencapai pelosok-pelosok, tidak hanya untuk para donator. Tujuan utamanya untuk para donator, tapi kemudian diperbesar untuk masyarakat umum biar tahu aktifitas, kegiatan kita. Dengan total 60.000 tiap edisi kita coba sebar ke donator, masyarakat, dan kepenerima program kita juga mendapatkan agar mereka tahu bahwa ada kegiatan. Edisi pertama terbit pada Januari 2012. Rencana awal terbit itu sekitar dua sampai tiga bulan sekali. Karena kemarin ada kendala disesi penulisan makanya sempat belum stabil. Tapi setahun ini kita sudah mulai stabil. Dari tahun 2012 sampai 2013 kita sudah ada 12 edisi.

2. Apa visi, misi dan tujuan majalah Daarul Qur’an?

Visinya seperti tadi, ingin menyampaikan semua kegiatan kita. Misinya kita ingin memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa dengan sedekah, dengan apapun yang diberikan kepada Daarul Qur’an itu semua

berefek baik, multi player efek kepada kalangan miskin, duafa, dan segala macem. Kemudian juga dengan hal-hal yang incident, musibah, bencana alam, segala macem. Sebenernya sih misi kita untuk mengajak kebaikan kepada semua orang dengan majalah Daqu. Kemudian majalah ini kita buat tidak seperti majalah yang hanya sekedar melaporkan kegiatan. Majalah ini kita buat hidup, pertama penulisannya kita ambil model feature, kemudian foto-foto yang hidup. Kalo bagi orang banyak lihat seperti National Geographic memang itu menjadi patokan yaa semua berita-berita itu. Jadi orang pun akan tergugah ketika membaca itu, tidak hanya sekedar menerima majalah para donator, selesai, biasanyakan gitu. Kita coba untuk tidak seperti itu, walaupun pesan yang dibawa berat tapi ini mudah dibaca untuk berbagai macam kalangan, baik yang mempunyai pendidikan tinggi ataupun rendah. Kemudian dengan gambar, kita coba dengan gambar yang bercerita, bukan gambar yang hanya sekedar ceremonial. Misalnya gambar ini fotonya sedang jabat tangan dengan warga, kita tidak seperti itu. Kita coba bikin gambar , foto-foto yang bercerita. Jadi ketika orang-orang melihat gambar pun sudah bisa melihat ada kegiatan.

3. Bagaimana struktur redaksi majalah Daarul Qur’an?

Dewan redaksi ada ustad Yusuf Mansur, ada bapak Anwar Sani selaku direktur PPPA, ustad Ahmad Jameel, lalu ustad Tarmizi Ashidiq. Pemimpin redaksinya Ustad Tarmizi Ashidiq. Redaktur pelaksana pak Sunaryo Adhiatmoko. Kontributor ada Nurbowo, Darmawan Eko S, Helmi Ariwibawa, Effendi Wahyu Piyantoro, Hendra Irawan. Fotografer ada Arsa Wening, Rusli HB, Mas Meng. Desain dan Layout ada Feryawi. Desain iklan ada Wahid Wahyudiyono, Sandi Salam. Dan sebenarnya kita juga banyak kontribusi-kontribusi dari daerah, kan tidak mungkin kita ambil berita-berita dari daerah lalu kita tiru. Kadang juga keterbasan orang dan segala macem, itu semua dari daerah. Untuk edisi kita pretentatif yaa tapi intinya dewan redaksi.

nanti kita kasih rincian-rinciannya. Jadi sebetulnya majalah ini bukan laporan gitu saja, tapi ini pengantar bahwa ada lohh kegiatan. Kalo laporan itu sendiri. Kemudian majalah Daqu untuk masyarakat umum, itu biasanya lewat iven-iven, seperti ada pengajian bulanan kita bawa majalah ini.

Karena bisa saja mereka baru tahu Daarul Qur’an tapi mereka belum tahu

kegiatannya apa. Atau setidaknya ketika kita kasih ini dan mereka membaca, mereka tergeraklah untuk berbuat. Karena selain program yang kita angkat disini ka nada kisah-kisah mereka yang bisa bertahan dan kreatif walaupun seadanya. Jadi semacam ingin memotifasi orange untuk berbuat baik, tidak harus punya uang, dengan keterbatasan mereka bisa berbuat seperti itu. Jadi, memang untuk donatur dan masyarakat umum.

5. Bagaimana manajemen dana untuk memproduksi majalah Daarul

Qur’an?

Management dana dar infak dan segala macemnya yaa lalu itu disisihkan.

6. Bagaimana dengan peredaran majalah Daarul Qur’an?

Peredarah majalah ini sudah sampai Jabodetabek. Untuk oplah kita sudah 60.000.

Hasil wawancara

Nama narasumber : Bapak Gumanti

Jabatan : Penulis Rubrik Ada Apa dengan Hari Ibu

Tempat : Kantor PPPA Daarul Qur’an Ciledug, Tangerang

Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2013 pukul 11.15 WIB

1. Apa yang melatarbelakangi pengangkatan tema Ada Apa Dengan Hari Ibu ini?

Banyak perempuan di Indonesia ini yang terpaksa berfungsi ganda, menjadi seorang ibu dan mencari nafkah. Banyak perempuan Indonesia yang menjadi TKW, sedangkan dikampung suaminya banyak yang pengangguran. Jadi sebenarnya ketimpangan dalam dunia kewanitaan di Indonesia itu sangat susah. Banya sekali problem yang dihadapi wanita di Indonesia. Pertama, askes kesehatan dia kurang, misalnya banyak angka kematian ibu, banyak mereka yang tidak sampai sehingga akhirnya mereka melahirkan dengan kebidan, segala macem yang mungkin kalau pendarahan mereka bisa meninggal, bahkan bayinya juga ikut meninggal. Lalu kondisi sosialnya juga seperti itu, pendidikan mereka bisa dikatakan mayoritas rendah. Rata-rata yang saya lihat dikampung wanita itu SD, lulus lalu menikah, kerja atau jadi buruh pabrik. Jadi sebetulnya kita ingin mengangkat bahwa wanita itu dalam Islam itu sangat mulia, melahirkan, mendidik anak. Kemudian kita ambil dari kejadian tadi

Mereka yang sudah menyumbangkan emansipasi seperti direktur, supir busway, tapi kita tidak pernah melihat perempuan ternyata ooh jauhh dibawah dan mereka tidak punya kreatif. Karena memang mereka bingung dengan keadaannya yang seperti itu

Utama ini yang menulis adalah tim, jadi tidak ada nama-nama penulisnya.

3. Apa latar belakang pendidikan anda?

Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, jurusan ilmu kesejahteraan sosial.

4. Bagaimana anda sendiri memandang hari ibu?

Hari ibu lebih kearah ceremonial, ceremonial dalam arti pemberian kesejahteraan, segala macem sejam kemudian selesai. Sebetulnya yang lebih penting itu bagaimana memperingati setiap hari ibu itu ada kebijakan tentang kaum wanita.

Tapi permasalahan mereka sungguh besar, angka kematian ibu dan bayi tinggi. Kemudian kasus mereka diruang public pun terbatas, contoh: ketika dia hamil, bekerja dikantor dan ingin cuti biasanya taruhannya adalah dia mendapatkan cuti atau dikeluarkan. Kemudian juga batasan untuk cuti juga hanya tiga bulan, tiga bulan itupun terhitung dari dia ingin melahirkan sampai pasca melahirkan. Biasanya ketika cuti lahir itu mengambilnya satu bulan sebelum bersalin, kemudian dua bulan untuk mengasuh anaknya. Menurut saya itu tidak adil bagi seorang wanita karena cuti merekapun juga tidak mendapatkan gaji. Harusnya idealnya memang enam bulan, dan enam bulan itu terhitung setelah dia melahirkan, karena dia bisa mengikuti program asi eksklusif. Karena itu berhubung dengan tingkat kecerdasan bayi.

5. Bagaimana alur berita yang ada di majalah Daqu mulai dari ide awal sampai menjadi suatu berita?

Biasanya kita rapat, rapat kumpul tim redaksi untuk menentukan tema apa ni yang akan diangkat kemudian kita sesuaikan juga. Misalnya ada

moment apa ketika itu yang ingin kita angkat, itu biasanya menjadi patokan tapi kalau memang tidak ada yaa kita akan mengangkat suatu tema yang unik, menyentuh dan belum pernah diangkat dengan media lain. Karena memang kalau diperhatikan tema-tema dalam Daqu Utama ini memang slalu berbeda yaa. Jadi inti besarnya kita rapat semua, kita kumpulkan ide apa, baru kita rumuskan tema-temanya. Karena kita lembaga sosial dan lembaga komunitas itu agak susah kalau kita tetapkan bulan ini tema yang ini, karena ini kan dinamis, masyarakat itukan dinamis cepat berubahnya. Karena yang ingin kita angkat itu realitas dimasyarakat.

6. Bagaimana struktur penulisan berita di majalah Daqu?

Kita coba menulis feature, struktur-struktur feature. Feature kalau dalam jurnalis itu jurnalis sastrawi, jurnalis bercerita. Jadi intinya kita ingin menggambarkan sebuah kisah dengan cara bercerita. Yang berarti bukan tulisan yang hanya dikemas dengan kata-kata indah saja, tapi bagaimana feature itu ditulis dengan coba mengkondisikan, misalnya daun itu bergoyang, detil lokasi, detil kejadian, detil peristiwa kita coba sampaikan disitu agar pembaca menjadi jelas bahwa ini loh keadaannya.

7. Dari mana memperoleh sumber data?

Sumber data langsung dari lapangan.

8. Apakah menurut anda tema-tema yang dibahas disini menggambarkan hal-hal yang menjadi permasalahan di masyarakat?

Iya. Seperti kisah ibu ini, ini benar-benar suatu tema yang mungkin dilihat realitas masyarakat kita seperti itu. Kemudian tema-tema lainnya seperti yang di desa Merapi dan sebagainya itu semua kita gambarkan.

9. Bagaimana menurut anda mengenai keikut sertaan kaum perempuan dalam menafkahi keluarganya?

utama, karena tugas utamanya adalah sebagai ibu. Kalau hanya sekedar membantu sekunder itu no problem karena kodrat wanita itu susah.

Misalnya saya dengan istri, saya sudah berbagi tugas, “lu aja yang cari

nafkah, gue jaga anak” itu tetep akan sulit, karena kodrat anak itu tetep

akan lebih nyambung dalam asuhan si ibu, bukan si ayah.

10.Pesan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca?

Masih ada ketimpangan di daerah ketika kita melihat sampai saat ini bahwa hari ibu hanya dimaknai dengan kita terima kasih, segala macam, apalagi kita dimedia sosial ada basi-basi lah.. aduh hari ibu aku gini, aku itu,setelah itu hilang. Tapi dengan kisah ini ingin kita tumbuhkan bahwa berat loh menjadi seorang ibu, bahwa berat loh hanya untuk bilang sayang pada ibu secara langsung, bukan distatus facebook atau twitter.

11.Apa harapan anda kepada pembaca setelah membaca tulisan mengenai hari ibu ini?

Dia lebih menyayangi dan mencintai ibunya.

12.Apa anda mengetahui pengaruh berita tersebut kepada masyarakat?

Dalam suatu kesempatan ada yang bercerita ketika membaca ini pada hari ibu dia menangis, langsung menelpon orang tuanya, terutama ibunya, kemudian minta maaf segala macem. Itu ada beberapa yang bercerita seperti itu. Tapi kalau kita mau tahu secara langsung itu butuh riset secara mendalam, tapi saya yakin pasti adalah.

Foto Wawancara

Dokumen terkait