• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Petani pesisir pantai selatan D. I. Yogyakarta dianjurkan menggunakan

night soil 10 ton/hektar sebagai pengganti pupuk kandang untuk budidaya

bawang merah di tanah pasir pantai.

2. Perlu diadakan kajian analisis ekonomi mengenai penerapan night soil pada

budidaya bawang merah di lahan pasir pantai untuk mendapatkan gross

margin tertinggi.

62

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ahmad Taufik Lubis, Zulkifli Nasution, dan Sarifuddin. 2013. Pengaruh Air Laut, Zeolit, dan Pasir Vulkan Terhadap Status Hara pada Tanah Gambut serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 2 (1): 13-25

Arinal Haq Izzawati Nurrahma dan Maya Melati. 2013. Pengaruh Jenis Pupuk dan Dekomposer terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Organik. Bul. Agrohorti 1 (1): 149 - 155.

Atrisno FZ. 1996. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Night soil dan Beberapa

Ukuran Agregat Tanah Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produksi kacang Kedelai (Glycine max. L. Merr) Varietas Wilis pada Tanah Latosol (Oxic Dystropept) dari Darmaga. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2014. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis /view/id/1267. Diakses 9 Mei 2015.

Bagus K. Udiarto, Wiwin Setiawati dan Euis Suryaningsih. 2005. Pengenalan Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 46 h.

Benyamin Lakitan. 2001. Dasar - Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 h.

Burriesci, N., Valente S., Ottana R., Cimino G., and Zipelli C. 1984. Utilization of zeolites in spinach growing. ZEOLITES Vol. 4: 58.

Deselina. 2010. Respon Pertumbuhan Semai Jati (Gmelina arborea Roxb.) Putih

dengan Pemberian Humanure pada Tanah Kritis : Percobaan Pot. Rafflesia Vol. 15 (1) : 180 186.

Devi Wahyu Elisabeth, Mudji Santosa, dan Ninuk Herlina. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Komposisi Bahan Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah. Jurnal Produksi tanaman. Vol. 1 (3): 21 29.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Probolinggo. 2014. Pedologi. http://dpu.probolinggokota.go.id/web/index.php/kota/geo/pedologi. Diakses 24 Agustus 2016.

Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 232 h.

Endang Iriani. 2013. Prospek Pengembangan Inovasi Teknologi Bawang Merah di Lahan Sub Optimal (Lahan Pasir) dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah. Vol.11 (2) : 231 - 243 Eni Kaeni, Toekidjo dan Siti S. 2014. Efektivitas Suhu dan Lama Perendaman Bibit

Empat Kultivar Bawang Merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum)

pada Pertumbuhan dan Daya Tanggapnya terhadap Penyakit Moler. Jurnal Vegetalika. Vol. 3 (1): 53-65.

Erlina Ambarwati dan Prapto Yudono. 2003. Keragaan Stabilitas Hasil Bawang Merah. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 10 (2) : 1-10

Estu Rahayu. dan Nur Berlian V. A. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gardner, F.P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Crops Physiology: Field Crops Physiology. UI Press. Jakarta.

Gembong Tjitrosoepomo. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 266 h.

Gembong Tjitrosoepomo. 2010. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 450 h.

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumber daya Lahan. LP3M UMY. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. 253 hal.

Ida Ayu Mayun. 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritrop. Vol. 26 (1) : 33 - 40

Jonny Ludger Hutabarat. 2015. Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba,

Kecamatan Haranggaol Horison. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Kurnia. 2008 dalam Bosco P. S. 2010. Respons Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) terhadap Pemberian

Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi. Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan http://id-

text.123doc.org/document/30609-respons-pertumbuhan-dan-produksi- tanaman-jagung-manis-zea-mays-saccharata-sturt-terhadap-pemberian- limbah-kopi-dan-tepung-darah-sapi.htm. Di akses tanggal 25 Mei 2016. Minato, H. 1968. Characteristics and Uses of Natural Zeolites. Koatsugasu. Vol.

64

Muhammad Aprizal Budi Akhsan Jaya. 2015. Pengujian Berbagai Dosis Pupuk Kandang Domba dan Pupuk hayati Untuk Produksi Terong Ungu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muhammad Danial, Nur Anny S. Taufieq dan Wahidah Sanusi. 2008. Pemanfaatan Zeolit dan Bokashi Ampas Tahu untuk Menekan Konsentrasi Nikel dan Meningkatkan Pertumbuhan Baby Corn pada Tanah Tambang di Soroako. Jurnal Chemica. Vol. 9 (2) : 12 - 19

Mumpton, F. A. 1981. Utilization of naturel zeolites. Mineralogy and geology of natural zeolites, In: F.A. Mumpton (ed.). Mineralogy and geology of natural zeolites, Reviews in Mineralogy. MINER. SOC. AMER. 4:

177204.

Nani Sumarni dan Achmad Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 22 h.

Nasih Widya Yuwono. 2009. Membangun Kesuburan Tanah Di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 9 (2): 137-141

Normahani. 2015. Mengenal Pupuk Fosfat dan Fungsinya Bagi Tanaman. http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=1573&Itemid=5. Diakses 2 Juni 2016.

Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis., M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, B.H. Go, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Lampung: Universitas Lampung. Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai

Samas Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12 (2): 140 – 151

Polat, E., M. Karaca, H. Demir., and A. Naci Onus. 2004. Use of Natural Zeolite (Clinoptilolite) In Agriculture. Journal of Fruit and Ornamental Plant

Research. Vol. 12: 183-189

Rachman Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 h.

Rakhmat Sutarya dan Gerrard Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM-Press. Yogyakarta. 264 h.

Shintia D. Arwida. 2008. Kotoran Manusia Sebagai Bahan Penyubur Tanah. Majalah Salam. Diterbitkan 24 Juni 2008. Hal 16-19.

Salisbury, F.B. and Ross, C W. 1992. Plant Physiology 4th edition. Wadsworth

Publ. Co. California. 682 p.

Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 170 h.

Sri Hartutik, Sriatun dan Taslimah. 2008. Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Bunga Kenanga dan Pengaruh Persentase Zeolit Terhadap Ketersediaan Nitrogen Tanah. http://eprints.undip.ac.id/3008/1/Jurnal_tutik.pdf. Di akses 25 Mei 2016.

Steineck, S., Stintzing, R., Rodhe, L., Elmquist, H. and Jakobsson, C. 1999. Plant Nutrients in Human Urine and Food Refuse. Use of Municipal Organic Waste. Proceedings of NJF Seminar no. 292. November 23–25, 1998. Agricultural Research Centre, Jokioinen, Finland. DIAS report Plant Production. Volume 2 (13) : 125–130.

Sudiarso. 2004. Pupuk Dan Pemupukan (Prospek Pengolahan Limbah Organik Sebagai Pupuk). Makalah disampaikan pada Pelatihan Dosen-dosen PTN- PTS se Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. 22-31 Mei 2004. Malang.

Sudirja. 2007. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmerah/ Alternariapartrait.html. Diakses tanggal 4 Juni 2015.

Torii, K. 1978. Natural Zeolites: Occurrence, Properties, Use, eds. Sand, L.B.&

Mumpton, F.A. (Pergamon, Elmsford, NY), pp. 441-450.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Uswatun Hasanah dan Misbah Khunur. 1998. Studi Kelayakan Zeolit Alam di Daerah Blitar Sebagai Adsorben Untuk Alizarin Red. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Teknik (Engineering). Vol. 10 (1). Universitas Brawijaya. Malang.

Wiharyanto Oktiawan dan Ika Bagus Priyambada. 2005. Optimalisasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Dengan Pengomposan Lumpur Tinja (Studi Kasus Iplt Semarang). Jurnal Presipitasi. Vol. 3 (2) : 53 57

66

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian

G1

F2

A1

B2

C2

D3

A2

D1

E3

E1

B1

E2

D2

F1

B3

G3

A3

F3

G2

C3

C1

Keterangan: A, B, C, D, E, F, G = Perlakuan penelitian 1, 2, 3 = Ulangan perlakuan

Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan urea, ZA, SP-36, KCl, night soil dan zeolit. Kebutuhan N = 150 kg/hektar Kebutuhan P = 200 kg/hektar Kebutuhan K = 50 kg/hektar ∑ tanaman = e e = 2 , × ,

= 333.333 tanaman per hektar

1. Urea Kadar N = 46 % Kebutuhan urea = × e N e e ∑ × = × . × = 0,00032 kg/tanaman = 0,32 g/tanaman Pemupukan 10 HST = 0,32 g/tanaman × = 0,16 g/tanaman Pemupukan 30 HST = 0,32 g/tanaman × = 0,16 g/tanaman

2. ZA Kadar N = 21 % Kebutuhan ZA = × e N e e ∑ × = × . × = 0,00143 kg/tanaman = 1,43 g/tanaman Pemupukan 10 HST = 1,43 g/tanaman × = 0,72 g/tanaman

Pemupukan 30 HST = 1,43 g/tanaman × = 0,72 g/tanaman

3. SP-36 Kadar P = 36 % Kebutuhan SP-36 = × e P e e ∑ = × . = 0,00167 kg/tanaman = 1,67 g/tanaman

68 4. KCl Kadar K (K2O) = 60 % Kebutuhan KCl = × e e e ∑ = × . = 0,00025 kg/tanaman = 0,25 g/tanaman Pemupukan 10 HST = 0,25 g/tanaman × = 0,13 g/tanaman

Pemupukan 30 HST = 0,25 g/tanaman × = 0,13 g/tanaman

5. Night soil

Kebutuhan night soil 10 ton/hektar

= e ��ℎ �� e e

=

.

= 0,03 kg/tanaman = 30 g/tanaman Kebutuhan night soil 20 ton/hektar

= e ze e e

=

.

6. Zeolit

Kebutuhan zeolit 4 ton/hektar

= e ze e e

=

.

= 0,012 kg/tanaman = 12 g/tanaman Kebutuhan zeolit 8 ton/hektar

= e ze e e ∑ = 8 . = 0,024 kg/tanaman = 24 g/tanaman = 0,06 kg/tanaman = 60 g/tanaman

Lampiran 3. Hasil sidik ragam (Analysis of Variance)

1. Jumlah daun bawang merah 49 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 440,1974286 73,3662381 2,88 0,048 s

Perlakuan 6 440,1974286 73,3662381 2,88 0,048 s

Galat 14 356,1470667 25,4390762

Total 20 796,3444952

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,552773 12,49048 5,043717 40,38048

Keterangan : Huruf s menunjukkan berbeda nyata (significant) pada taraf α 5%.

2. Jumlah anakan bawang merah 49 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 14,65091429 2,44181905 2,76 0,0553 ns

Perlakuan 6 14,65091429 2,44181905 2,76 0,0553 ns

Galat 14 12,39706667 0,88550476

Total 20 27,04798095

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,541664 13,35221 0,941013 7,047619

Keterangan : Huruf ns menunjukkan tidak berbeda nyata (non-significant) pada

taraf α 5%.

3. Panjang akar bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 35,914181 5,9856968 0,88 0,537 ns

Perlakuan 6 35,914181 5,9856968 0,88 0,537 ns

Galat 14 95,7408 6,8386286

Total 20 131,654981

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,27279 18,26293 2,615077 14,31905

Keterangan : Huruf ns menunjukkan tidak berbeda nyata (non-significant) pada

70

4. Berat umbi per rumpun bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 563,8466476 93,9744413 3,61 0,0225 s

Perlakuan 6 563,8466476 93,9744413 3,61 0,0225 s

Galat 14 364,7354667 26,0525333

Total 20 928,5821143

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,607212 16,47797 5,104168 30,97571

Keterangan : Huruf s menunjukkan berbeda nyata (significant) pada taraf α 5%.

5. Berat segar tajuk bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 645,896695 107,649449 3,44 0,0267 s

Perlakuan 6 645,896695 107,649449 3,44 0,0267 s

Galat 14 438,6098 31,329271

Total 20 1084,506495

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,595567 17,06158 5,597256 32,80619

Keterangan : Huruf s menunjukkan berbeda nyata (significant) pada taraf α 5%.

6. Berat kering tajuk bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 17,45004762 2,90834127 3,39 0,028 s

Perlakuan 6 17,45004762 2,90834127 3,39 0,028 s

Galat 14 12,01353333 0,85810952

Total 20 29,46358095

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,592258 16,94233 0,926342 5,467619

7. Berat segar akar bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 0,57872381 0,09645397 1,66 0,2024 ns

Perlakuan 6 0,57872381 0,09645397 1,66 0,2024 ns

Galat 14 0,8114 0,05795714

Total 20 1,39012381

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,416311 30,67719 0,240743 0,784762

Keterangan : Huruf ns menunjukkan tidak berbeda nyata (non-significant) pada

taraf α 5%.

8. Berat kering akar bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 0,02332381 0,0038873 1,35 0,3011 ns

Perlakuan 6 0,02332381 0,0038873 1,35 0,3011 ns

Galat 14 0,0404 0,00288571

Total 20 0,06372381

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,366014 23,8498 0,053719 0,225238

Keterangan : Huruf ns menunjukkan tidak berbeda nyata (non-significant) pada

taraf α 5%.

9. Produktivitas bawang merah 55 hari setelah tanam

Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Hitung Prob.

Model 6 17,26772381 2,87795397 3,62 0,0222 s

Perlakuan 6 17,26772381 2,87795397 3,62 0,0222 s

Galat 14 11,13653333 0,79546667

Total 20 28,40425714

Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,607927 16,45119 0,891889 5,421429

72

10.Berat umbi per rumpun 55 hari setelah tanam menggunakan kontras ortogonal

Sumber db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Hitung F Prob.

Model 6 563,8466476 93,9744413 3,61 0,0225 s Perlakuan 6 563,8466476 93,9744413 3,61 0,0225 s Kontras A VS BCDEFG 1 469,2602032 469,2602032 18,01 0,0008 s BDF VS CEG 1 15,3088889 15,3088889 0,59 0,4561 ns BC VS DEFG 1 17,3611111 17,3611111 0,67 0,4280 ns DE VS FG 1 61,4721333 61,4721333 2,36 0,1468 ns A VS DEFG 1 484,1632267 484,1632267 18,58 0,0007 s A VS BC 1 293,7888000 293,7888000 11,28 0,0047 s Galat 14 Total 20 928,5821143 Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

0,607212 16,47797 5,104168 30,97571

11.Produktivitas bawang merah 55 hari setelah tanam menggunakan kontras ortogonal

Sumber db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Hitung F Prob.

Model 6 17,26772381 2,87795397 3,62 0,0222 s Perlakuan 6 17,26772381 2,87795397 3,62 0,0222 s Kontras A VS BCDEFG 1 14,39609603 14,39609603 18,1 0,0008 s BDF VS CEG 1 0,46400556 0,46400556 0,58 0,4577 ns BC VS DEFG 1 0,53046944 0,53046944 0,67 0,4278 ns DE VS FG 1 1,86440833 1,86440833 2,34 0,1481 ns A VS DEFG 1 14,850375 14,850375 18,67 0,0007 s A VS BC 1 9,01708889 9,01708889 11,34 0,0046 s Galat 14 11,13653333 0,79546667 Total 20 28,40425714 Koefisien

Determinasi Koefisien Varian Akar KTG Nilai Rata-rata

Lampiran 4. Deskripsi bawang merah varietas Biru

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 2830/Kpts/SR.120/7/2009

TANGGAL : 22 Juli 2009

DESKRIPSI BAWANG MERAH VARIETAS BIRU LANCOR

Asal : Dusun Cabean, Desa Pabean, Kecamatan Dringu,

Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Silsilah : seleksi populasi rumpun induk

Golongan varietas : Klon

Tinggi tanaman : 36 - 43 cm

Jumlah anakan : 5 - 13 anakan

Bentuk penampang daun : bulat

Keadaan tengah daun : berongga

Panjang daun : 30 - 36 cm

Diameter daun : 3,45 4,25 mm

Warna daun : hijau

Jumlah daun per umbi : 4 - 6 helai

Jumlah daun per rumpun : 27 - 42 helai Bentuk karangan bunga : seperti payung

Warna bunga : putih

Umur mulai berbunga : 37 – 39 hari setelah tanam

Umur panen : 53 – 56 hari setelah tanam (musim hujan)

62 65 hari setelah tanam (musim kemarau)

Bentuk umbi : bulat tinggi ujung lancip

Bentuk ujung umbi : lancip

Ukuran umbi : tinggi 3,25 – 3,55 cm, diameter 2,42 – 2,65 cm

Warna umbi : merah tua keunguan

Aroma : menyengat

Bentuk biji : bulat gepeng

Warna biji : hitam

Keadaan kulit umbi : tipis dan mudah dikupas

Berat per umbi kering panen : 8,05 – 9,06 g Berat umbi basah/rumpun kering panen : 41,9 – 48,8 g Susut berat umbi (basah-kering simpan) : 19,8 – 24,6 %

Daya simpan umbi suhu kamar (28-30o C) : 3 4 bulan setelah panen

Hasil umbi : 12,47 – 14,08 ton/ha (musim kemarau)

74

Populasi per hektar : 175.000 – 194.000 tanaman Kebutuhan benih per hektar : 1.250 kg umbi

Identitas rumpun induk populasi : tanaman milik Tarsan, Dusun Cabean, Desa Pabean, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur Nomor rumpun induk populasi : Bm.L4/JTM/PI.004/404/2007

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan

altitude 3 240 m dpl

Pengusul : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, BPSBTPH

Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo, Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo

Peneliti : Baswarsiati (BPTP Provinsi Jawa Timur), Agus

Pratomo, Nur Mahmudyah, Agus Firman Nusanjaya, Moh. Syaifudin Malik, Sudaryanto (BPSBTPH Provinsi Jawa Timur), Nanang Trijoko S, Bambang Suprayitno (Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo), Tarsan (petani pemilik)

MENTERI PERTANIAN ttd

Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan

Pengambilan night soil yang sudah

dikeringkan selama 30 hari.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai perlakuan yang diujicobakan.

Aplikasi perlakuan pada media tanam pasir pantai.

Tanaman bawang merah 7 hari setelah tanam.

Pemupukan susulan bawang merah dengan metode Placement.

Kondisi tanaman bawang merah pasca banjir.

76

Tanaman bawang merah pada 35 hari setelah tanam, mulai dari kiri ke kanan adalah perlakuan A, B, C, D, E, F dan G.

Tanaman bawang merah pada 49 hari setelah tanam, mulai dari kiri ke kanan adalah perlakuan A, B, C, D, E, F dan G.

Pemanenan bawang merah pada 55

hari setelah tanam. Proses pemisahan akar dengan tajuk bawang merah.

Pengamatan panjang akar bawang

Hasil tajuk bawang merah pada berbagai perlakuan.

78

Proses pengovenan jaringan tanaman bawang merah.

Penimbangan berat kering akar dan berat kering tajuk.

MENINGKATKAN KUALITAS PERTUMBUHAN DAN

HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DI

TANAH PASIR PANTAI

Application of Night Soil + Zeolite to Improve The Quality of

Growth and Yield of Biru Lancor Variety of Shallot (Allium

ascalonicum) in Coastal Sandy Soil

Fatia Mahdi Ibnu Sabili Sofan, Gunawan Budiyanto, Nafi Ananda Utama Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi night soil dan

zeolit sebagai pengganti pupuk kandang dan menentukan takaran night soil dan

zeolit yang efektif dan efisien terhadap kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah pasir pantai. Penelitian telah dilakukan dari bulan Februari 2016 sampai Juni 2016 di Lahan Percobaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rancangan faktor tunggal, terdiri dari 7 perlakuan yaitu : (A) Pupuk kandang 20 ton/hektar, (B) Night soil 10 ton/hektar, (C) Night soil 20 ton/hektar,

(D) Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar, (E) Night soil 20 ton/hektar +

Zeolit 4 ton/hektar, (F) Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar dan (G) Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis night soil

yang dikombinasikan zeolit mampu meningkatkan rerata jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk, berat umbi per rumpun dan produktivitas bawang merah yang ditanam di tanah pasir pantai jika dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang 20 ton/ha. Perlakuan night soil 10 ton/hektar lebih efektif dan efisien

dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah pasir pantai.

Kata kunci : Night soil, Zeolit, Tanah Pasir Pantai, Bawang Merah.

I.

PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Petani bawang merah di D. I Yogyakarta banyak terdapat di wilayah Bantul dengan menggunakan beberapa varietas bawang merah salah satunya varietas Biru (Endang Iriani, 2013). Sebagian petani bawang merah di

Bantul menanamnya di lahan pasir pantai karena berpotensi untuk pengembangan agribisnis bawang merah.

Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Menurut Gunawan Budiyanto (2014) masalah utama lahan pasir adalah kemampuan tanah dalam menyimpan air yang rendah dalam waktu yang lama, rendahnya kandungan unsur hara dan bahan organik. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penambahan bahan organik dan bahan pembenah tanah ke dalam tanah pasir.

Petani di lahan pasir pantai sering menggunakan pupuk kandang sebagai masukkan bahan organik ke dalam tanah pasir, namun ketersediaannya di wilayah tersebut cukup terbatas. Night soil merupakan salah satu pupuk yang berasal dari

hasil perombakan feses manusia yang diambil pada malam hari dari tangki septik

(septic tank) yang terkadang digunakan sebagai pupuk

(https://en.wikipedia.org/wiki/Night_soil diakses Januari 2016). Night soil

dihasilkan berupa bentukan padat yang diproses melalui metode penyaringan, aerasi dan pengeringan sehingga aman digunakan sebagai pupuk. Menurut Wiharyanto Oktiawan dan Ika Bagus Priyambada (2007), pengeringan lumpur tinja selama 30 hari telah memenuhi standar kompos yang ditetapkan oleh SNI No. 19-7030-2004.

Bahan pembenah tanah salah satunya adalah batuan zeolit. Zeolit merupakan salah satu bentuk kristal dari aluminosilikat terhidrat yang berbentuk sedemikian rupa hingga memiliki daya adsorbsi dan jerap yang besar. Kelebihannya adalah zeolit memiliki kemampuan menyimpan air sehingga dapat berfungsi sebagai tandon air di dalam tanah berpasir.

Dengan demikian diharapkan dengan penambahan night soil dan zeolit

dapat meningkatkan hasil produksi pangan, termasuk peningkatan kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah di lahan pasir pantai D. I. Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan night soil dan zeolit sebagai pengganti

pupuk kandang terhadap kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah pasir pantai.

2. Menentukan takaran penggunaan night soil dan zeolit yang efektif dan

efisien untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan hasil bawang merah di tanah pasir pantai.

II.

TATA CARA PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2016. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Peralatan yang digunakan adalah oven, polybag, penggaris, sekop, ember,

cangkul, karung, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir pantai, bibit bawang merah varietas Biru, Urea, ZA, SP 36, KCl, pasir zeolit, dan night soil yang diperoleh dari IPLT Semarang dan telah dijemur

kandang 20 ton/hektar, B) Night soil 10 ton/hektar, C) Night soil 20 ton/hektar, D)

Zeolit 4 ton/hektar + Night soil 10 ton/hektar, E) Zeolit 4 ton/hektar + Night soil

20 ton/hektar, F) Zeolit 8 ton/hektar + Night soil 10 ton/hektar, dan G) Zeolit 8

ton/hektar + Night soil 20 ton/hektar. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali

sehingga terdapat 21 unit perlakuan. Setiap unit terdiri dari 3 tanaman sampel sehingga terdapat 63 unit sampel.

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari persiapan media tanam dan aplikasi

night soil + zeolit, persiapan benih. Tanah pasir pantai ditimbang sebanyak 5 kg

dan masukkan ke dalam polybag. Selanjutnya night soil dan zeolit ditimbang

sesuai perlakuan. Adapun jumlah night soil dan zeolit yang harus ditimbang

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah night soil dan zeolit berdasarkan takaran perlakuan untuk tiap

tanaman bawang merah.

Takaran perlakuan Night soil (g) Zeolit (g)

Pupuk kandang 20 ton/hektar 0 0

Night soil 10 ton/hektar 30 0

Night soil 20 ton/hektar 60 0

Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar 30 12

Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar 60 12

Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar 30 24

Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 8 ton/hektar 60 24

Night soil dan zeolit dicampur dan diaduk secara merata. Pengaplikasian night soil

+ zeolit dilakukan bersamaan dengan pemupukan SP-36 sebanyak 1,67 g sebagai pupuk dasar pada 3 hari sebelum tanam. Pengaplikasian dilakukan dengan cara menyebar zeolit, night soil dan SP-36 lalu diaduk secara merata dengan media

tanam. Benih bawang merah yang akan digunakan berumur tanam 70 - 80 hari, berukuran sedang (5-10 g), penampilan umbi bibit segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam), dan telah disimpan selama 2 - 4 bulan setelah panen. Umbi dipilih dengan ukuran diameter yang seragam sekitar 1,5 - 1,8 cm atau 5 - 10 g. Sebelum ditanam, kulit terluar yang mengering dibersihkan dan dilakukan pemotongan seperempat bagian ujung umbi. Media tanam disiram air terlebih dahulu dan dibuat lubang tanam untuk memudahkan penanaman. Masukkan umbi bibit yang telah dipotong ujungnya dan telah kering ke dalam lubang tanam. Permukaan umbi disetarakan tingginya dengan media tanam agar umbi tidak membusuk. Perawatan tanaman bawang merah dilakukan dengan cara penyiraman, pemupukan susulan dan pengendalian hama dan penyakit. Panen dilakukan setelah tanaman bawang merah berumur 70 hari setelah tanam atau dengan ciri-ciri terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak, tanaman rebah, dan daun menguning. Pemanenan dilakukan pada saat keadaan tanah kering.

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah variabel pertumbuhan dan variabel hasil. Variabel pertumbuhan meliputi: a) Jumlah daun (helai), b)

Jumlah anakan (buah), c) Panjang akar (cm), d) Berat segar tajuk (g), e) Berat kering tajuk (g), f) Berat segar akar (g), dan g) Berat kering akar (g). Variabel hasil meliputi: a) Berat umbi per rumpun (g) dan b) Produktivitas (ton/hektar).

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (Analisys of Variance) dengan taraf α 5%, bila terdapat beda nyata antar perlakuan maka

dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s

Multiple Range Test). Adapun parameter berat umbi per rumpun dan produktivitas

juga dilakukan analisis menggunakan kontras ortogonal.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf α 5% menunjukkan bahwa

perlakuan memberikan pengaruh yang nyata pada parameter jumlah daun, berat segar tajuk dan berat kering tajuk, namun tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah anakan dan panjang akar bawang merah, berat segar akar dan berat kering akar. Adapun data rerata pertumbuhan bawang merah disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Rerata jumlah akar, jumlah anakan dan panjang akar tanaman bawang merah di tanah pasir pantai

Perlakuan Jumlah daun (helai) Jumlah anakan (buah) Panjang Akar (cm)

Pupuk kandang 20 ton/hektar 32,8 b 5,50 11,30

Night soil 10 ton/hektar 42,3 ab 7,56 14,88

Night soil 20 ton/hektar 35,7 b 7,00 15,03

Night soil 10 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar 40,4 ab 7,39 14,38 Night soil 20 ton/hektar + Zeolit 4 ton/hektar 45,9 a 7,94 15,73

Dokumen terkait