• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEM BAHASAN

5.2 Saran

Penelitian ini hanya membahas perilaku fungsi gramatikal dan kaidah struktur frasa verba dalam Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.Namun penelitian ini masih terbatas pada data-data dan referensi yang digunakan penulis sehingga masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis berharap supaya penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi agar diperoleh generalisasi tentang struktur frasa.Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu linguistik dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pelestarian bahasa daerah khususnya Bahasa Batak Toba.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI 2003:588).

2.1.1Frasa

Menurut aliran struktural frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang berpotensi menduduki satu jabatan kalimat.Menurut pandangan seorang penganut sintaksis generatif, (Radford dalam Mulyadi, 2008: 23), mengatakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.Menurut Keraf (1984:138) frasa adalah sutu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Sementara itu Bahasa menurut Chomsky, disusun melalui frasa dan kata, sementara frasa itu sendiri terdiri lagi atas kata dan frasa.Setiap frasa dapat diturunkan dengan kata atau frasa susunannya.Penurunan frasa demikian dilakukan terus sehingga terjadi kalimat yang seluruhnya terdiri atas kata.

Frasa terdiri dari dua komponen yaitu inti (sebuah kategori leksikal) dan proyeksi (sebuah kategori frasa).Inti dari kategori frasa adalah kategori leksikal.Dalam tata bahasa generatif ada empat macam kategori frasa, yaitu: a. Frasa nomina (FN) adalah frasa yang intinya nomina (N) atau didominasi

oleh nomina.

c. Frasa adjektiva (FA) didominasi oleh adjektiva. d. Frasa preposisi (FP) didominasi oleh preposisi.

2.1.2Frasa Verba (FV)

Frasa verba adalah konstituen bahasa yang intinya adalah verba atau kata kerja. Inti terletak satu level lebih rendah dalam hirarki X-bar. Kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, pembuatan, keadaan, yang bukan sifat atau kualitas. Struktur frasa dalam BBT analisis X-bar bertalian dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket) dan specifier (spec). Frasa verba adalah frasa yang mempunyai fungsi sama dengan kata kerja biasanya menjadi predikat dalam sebuah kalimat. Misalnya :

1. Adik mencuci piring 2. Ibu memasak nasi

Terlihat jelas bahwa mencuci pada kalimat (1) dan memasak pada kalimat (2), sebagai frasa verba (FV) berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

2.2.2 Struktur Frasa Verba dalam Bahasa Indonesia

Frasa verba adalah struktur bahasa yang intinya adalah verba (V). Inti terletak satu level rendah dalam hirarki X-bar. Verba adalah kata yang menyatakan tindakan (Ramlan, 1991).Kaidah struktur frasa verba dalam BBT, berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar (V’), keterangan (ket) juga terletak di bawah V-bar

komplemen, dan specifier (spec) sebagai satuan argumen yang di bawahi langsung oleh V-bar ganda (FV) maka hubungan ketiganya sebagai berikut:

Komplemen memperluas V menjadi V-bar (V’)

Keterangan memperluas V-bar menjadi V-bar (V’) yang lebih tinggi Specifier memperluas V-bar menjadi V-bar ganda (FV)

Rumusan ini bermakna leksikal V bersama dengan komplemen membentuk konstituen V-bar berikutnya.Proyeksi maksimalnya adalah kalau specifier muncul pada frasa tersebut.

Adapun contoh kaidah struktur frasa verba dalam BBT adalah sebagai berikut :

Mangaloppa ‘Memasak’

Frasa verba yang mendominasi V’ dan inti leksikalnya tidak bercabang.Frasa verba dapat langsung menurunkan V tanpa komplemen, keterangan dan specifier.

FV

V”

V’

V

2.2Landasan Teori 2.2.1 Teori X-bar

Setiap penelitian pasti membutuhkan landasan teori sebagai kerangka dasar. Landasan teori yang digunakan adalah sesuatu yang berkaitan dan diharapkan mampu menjadi acuan semua pembahasan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori X-bar.

Dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah sebuah simpul akhir yang mendominasi kata atau proyeksi leksikal dari sebuah kategori kata (Napoli, 1996 dalam Mulyadi, 2008:23). Maksudnya, inti dari frasa nomina (FN) ialah nomina, inti dari frasa Adjektiva (FA) ialah adjektiva, inti dari frasa verba (FV) ialah Verba, dan begitu pula seterusnya. Dalam hierarki X-bar, inti terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hirearki X-bar, Verba sebagai inti dari Frasa Verba terletak satu level lebih rendah dari frasanya.

Misalnya, Mr. Jhont [return] ‘Tuan Jhont kembali’ FV

V”

V’

V

Kata return ‘kembali’ merupakan inti verba atau kategori leksikal dari kategori frasa verba di atas.

Dalam (Haegeman, 1992:08) dijelaskan bahwa hubungan antara kategori leksikal dan ketegori frasa dapat digambarkan dalam dua tataran proyeksi, yaitu proyeksi X (kategori Bar) dan proyeksi maksimal X (kategori Bar tertinggi). Diantara kedua kategori tersebut terdapat proyeksi menengah (intermediate projection). Proyeksi menengah (proyeksi antara) tersebut lebih besar daripada kategori leksikal, tetapi lebih kecil daripada kategori frasa. Artinya, antara kategori leksikal [V] dan kategori frasa [FV] terdapat [V’] sebagai penengah atau perantara keduanya. Kategori inilah yang menjadi dasar munculnya teori X-bar.

Frasa verba terbentuk oleh tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen (komp.) adalah sebuah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-bar pertama (kategori leksikal) (Haegeman, 1992:09).

Contoh: Mr. Jhont [read the megazine] FV ↓ ↓ ↓ ↓

‘Tuan Jhont membaca koran’ V”

V’

V N

Read the megazine

Frasa verba diatas terdiri dari inti frasa read ‘membaca’ ditambahkan nomina the megazine ‘koran’ yang berperilaku sebagai komplemen.

Keterangan (ket.) adalah konstituen opsional dan dapat berulang atau bersifat pariferal (pilihan) yang dibawahi langsung oleh X-bar, tetapi posisinya setingkat diatas komplemen (Haegeman, 1992:09).

Contoh: a. Mr. Jhont [read the megazine in the office]. ‘Tuan Jhont membaca koran di kantor’

b. Mr. Jhont [read the megazine in this morning]. ‘Tuan Jhont membaca koran pagi ini’

Frasa verba diatas terdiri atas inti frasa read”membaca” ditambahkan nomina the megazine ‘koran’ sebagai keterangan, serta frasa preposisi in the office ’dikantor’ dan frasa nomina this morning ‘pagi ini’. Frasa preposisi dan frasa nomina tersebut berperilaku sebagai keterangan.

FV

V”

V’ FP

V N

Read the megazine in the office Read the megazine in this morning

‘membaca koran di kantor’ ‘membaca koran pagi ini’

Specifier (spec) adalah sebuah argumen yang sifatnya eskternal dan posisinya setingkat di atas keterangan, yakni langsung dibawahi oleh X-bar ganda atau frasa X (FX). Specifier berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu (haegeman, 1992:10).

Contoh: [All read the megazine in the office] ‘Semua membaca koran di kantor’

FV

Spec V”

V’ FP

V FN

All read the megazine in the office ‘Semua membaca koran di kantor’

Frasa verba diatas terdiri atas inti frasa read ‘membaca’ ditambah frasa nomina the megazine ‘koran’ sebagai komplemen, frasa preposisi in the office ‘ di kantor’ sebagai keterangan, dan penjumlah all ‘semua’ yang bertindak sebagai specifier.

Hubungan hierarkis dari struktur frasa tersebut dapat digambarkan

dibawah ini: V” (FV)

.... V’ ...

... V ...

Apabila skema itu dilengkapi dengan komplemen, keterangan, dan specifier, maka strukturnya akan menjadi skema berikut:

V”=Spec : V’ V’=V’ : Ket. V’= V : Komp.

Jadi, sebuah komplemen berkombinasi dengan V untuk membentuk V’, keterangan berkombinasi dengan V’ untuk membentuk V’ yang lebih tinggi sehingga sebuah proyeksi dapat memuat beberapa simpul V’, dan specifier berkombinasi dengan V’ tertinggi untuk membentuk V” atau proyeksi maksimal dari verba (Haegeman, 1992: 11).

Selanjutnya dalam teori X-bar, frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal (Radford dalam Asmira, 2010). Artinya, sebuah leksikal dari suatu kategori kata seperti verba, nomina, adjektiva, dan preposisi yang belum diubah atau dilekatkan dengan kata lain, yaitu elemen-elemen yang menjadi pewatasnya, maka kedudukannya akan sama dengan kategori frasanya apabila didistribusikan.

Contohnya: a. Mr. Jhont [meeting] ‘Tuan Jhont rapat’

b.Mr. Jhont [will meet] ‘Tuan Jhont akan Rapat’

Verba [meeting] ‘rapat’ pada contoh di atas sama distribusinya dengan frasa verba (FV) [will meeting] ‘akan rapat’. Status kedua kategori ini sama. Kesimpulannya, sebuah frasa verba dapat dibatasi sebagai sebuah frasa yang memuat inti verba dengan atau tanpa elemen-elemen lain sebagai pewatasnya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat ssesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1198).Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2003:912).

Torong (1999) dalam skripsinya Frasa Adjektiva Bahasa Karo : Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Karo dibentuk oleh komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Struktur mendasar FA ialah adjektiva plus komplemen yang berkategori adverbia, adjektiva dan preposisi.Struktur FA dapat diperluas dengan keterangan yang berkategori FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau kanan inti leksikal dalam skema X-bar. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dalam menerapkan teori X-bar dalam mengkaji Frasa Verba dalam Bahasa Batak Toba.

Menurut Mulyadi (2002) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Frasa Nomina Bahasa Indonesia: Analisis teori X-bar, menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata. Inti mempunyai dua ciri yaitu, pertama inti memarkahi ciri kategorinya, misalnya inti dari FN adalah N. Kedua, inti terletak satu level lebih

dalam hierarki X-bar nomina sebagai inti dari FN terletak satu level lebih rendah daripada frasanya. Kategori ini mempunyai bar kosong atau bisa pula dikatakan tanpa bar. Cara kerja teoriX-bar dalam tulisan ini menjadi gambaran bagi penulis untuk menerapkan teori X-bar pada Frasa Verba dalam bahasa Batak Toba.

Siagian (2007) dalam skripsinya “Struktur frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-bar” menyatakan bahwa perilaku frasa adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori-kategori yang hanya dapat berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah kategori Adverbia, frasa Preposisi, dan Adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas hanya berupa kategori kata, tetapi juga kategori frasa yaitu Frasa Preposisi. Selain itu, inti leksikal pada Frasa Adjektiva bahasa Batak Toba bukan hanya terdiri dari satu kata melainkan dapat juga terdiri dari dua kata.

Siagian menemukan dua belas kaidah Frasa Adjektiva bahasa Batak Toba. Penelitian ini memberikan sumbangan untuk menerapkan teori X-bar yang diaplikasikan dalam FA bahasa Batak Toba.

Situmorang (2007) dalam skripsinya Frasa Nomina Bahasa Batak Toba : Analisis Teori X-bar menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa Batak Toba yang dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal. FN dalam bahasa Batak Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keteragan (ket), dan Specifier (spec).

Lubis (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Numeralia Dalam Bahasa Pesisir Sibolga : Analisis Teori X-Bar menjabarkan lima belas struktur kaidah FNum bahasa pesisir Sibolga yang dapat dibentuk oleh numeralia sebagai intil leksikal. Frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier. Struktur mendasar Frasa Numeralia adalah Numeralia plus komplemen. Komplemen dalam bahasa Pesisir Sibolga tidak terbatas pada kategori Nomina saja, melainkan juga pada kategori Numeralia. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memahami penggunaan teori X-bar.

Menurut Mulyadi (2010) dalam artikelnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis teori X-bar menjelaskan struktur internal FNum bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan dan specifier. Posisi komplemen dalam FNum dalam bahasa Indonesia, specifier terjadi berulang, sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi yang dibentuknya. Tulisan ini memberikan sumbangan bagi penulis untuk memahami analisis teori X-bar.

Pasaribu (2012) dalam skripsinya yang berjudul Struktur Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa, struktur internal frasa bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yaitu specifier, keterangan, dan komplemen. Komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi hanya berkategori nomina. Kemudian, frasa verba bahasa Pakpak Dairi diperluas oleh kehadiran keterangan. Keterangan dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi tidak terbatas, yaitu dapat berupa aspek, FN, FP, dan FAdj. Spesifier yang melengkapi frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori penjumlah dan kata penunjuk.

Simamora (2013) dalam skripsinya yang berjudul Frasa Preposisi bahasa Batak Toba (Analisis Teori X-bar) menjelaskan bahwa fungsi gramatikal komplemen, keterangan, dan specifier memiliki perilaku yang berbeda dalam membentuk struktur FP dalam bahasa Batak Toba. Komplemen bersifat wajib, sedangkan keterangan dan specifier bersifat opsional. Struktur mendasar Frasa Preposisi dalam bahasa Batak Toba adalah preposisi plus komplemen. Keterangan dan specifier, karena bersifat opsional, tidak selalu muncul pasa struktur Frasa Preposisi. Akibatnya, tidak ada slot yang dibuat untuk keduanya pada diagram pohon. Penelitian ini memberi sumbangan bagi penulis sebagai gambaran dalam menerapkan teori X-bar pada Frasa Verba dalam bahasa Batak Toba.

Selanjutnya, teori X-bar sudah digunakan oleh Saragih (2014) dalam skripsinya Frasa Adjektiva bahasa Simalungun: Analisis Teori X-bar menjelaskan perilaku Frasa Adjektiva bahasa Simalungun terbatas pada kategori-kategori yang hanya dapat berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah kategori adverbia, frasa preposisi, dan adjektiva.

Saragih menyebutkan sembilan struktur kaidah FA bahasa Simalungun yang dapat dibentuk oleh adjektiva sebagai inti leksikal. Penelitian ini memberi sumbangan dalam mempelajari teori X-bar yang diaplikasikan dalam FA bahasa Simalungun.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan beridentifikasi diri (Chaer 2007:32). Setiap bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila bunyi tersebut tidak mengandung makna. Bahasa biasanya digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan tujuan kepada orang lain.

Seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat.Salah satu di antaranya adalah Bahasa Batak Toba.Bahasa Batak Toba (selanjutnya disingkat BBT) merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih digunakan oleh masyarakat penuturnya untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan BBT juga dapat dipengaruhi oleh besarnya jumlah penutur BBT. Penutur bahasa ini adalah semua masyarakat suku Batak Toba dan masyarakat lain yang tinggal di Desa Simungun,Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ataupun masyarakat suku Batak Toba yang tinggal di daerah lain. Perkembangan penduduk, perluasan lingkungan pemukinan, dan pengaruh bahasa lain sangat mempengaruhi perkembangan BBT. Kajian sintaksis terhadap BBT, terutama menyangkut frasa dan klausa masih terbatas.Jika dibandingkan dengan kajian fonologi dan morfologi, kajian sintaksis masih menempati urutan terendah (Sibarani 1997:11).

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi (Ramlan 1987:20).Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat (Samsuri, 1985:93).Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang nonpredikat (Kridalaksana dkk, 1994:162).Frasa dapat dikaji secara struktural maupun generatif.Frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” (Chaer 1994:360).

Tata bahasa generatif adalah cabang linguistik teoritis yang bekerja untuk menyediakan seperangkat aturan secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata yang mampu membuat tata bahasa yang benar.Studi tentang tata bahasa generatif dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang filsuf Amerika yang juga seorang penulis dan pengajar di bidang linguistik, Noam Chomsky.Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan gagasan barunya yang tertuang dalam buku yang berjudulSyntactic Structure.Gagasan barunya yang tertuang dalam buku itulah yang kemudian oleh para ahli linguistik disebut dengan Tata Bahasa Generatif Transformasi.

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian tata bahasa generatif transformasi. Teori ini awalnya diterapkan pada tataran frasa ( dengan simbol x”) dan kategori antara (intermediate category) yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa ( simbol x’ ). Dengan demikian jelas bahwa teori X-bar adalah teori tentang struktur frasa.Teori X-bar menjelaskan apa yang umum dalam struktur frasa. Dalam teori X-bar semua frasa ini didominasi oleh satu inti leksikal struktur frasa.

Teori ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa.Teori ini telah pernah disinggung sebelumnya, oleh Silitonga (1990) yang membicarakan prinsip-prinsip umum dan prosedur penerapan teori X-bardalam sebuah bahasa.Keterangan dan Specifier pada struktur frasa nomina bahasa Indonesia dapat langsung dibawahi oleh N’ (N-bar), sedangkan pada teori X-bar hanya komplemen yang langsung dibawahi langsung oleh X’(X-bar).

Sejauh yang diamati, penelitian terhadap struktur frasa verba (FV) Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar lebih efisien dan penggunaannya pun sama sekali belum pernah dilakukan. Penggunaan teori X-bar bersifat universal, artinya bahwa teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu bersusunan SVO, SOV, dan sebagainya. Sehingga, dalam BBT, teori ini bisa digunakan untuk menganalisis struktur BBT sendiri yang mengandung kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa yang hanya dapat dikaji menggunakan teori X-Bar.

Dalam Teori X-bar semua frasa dijelaskan dengan satu inti leksikal. Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Setiap inti proyeksi yang ditandai (X’)

merupakan simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan dapat iteratif (berulang) (Haegemen, 1991 : 84). Inti yang dimaksudkan adalah inti dari FV adalah verba, inti dari FN adalah nomina, inti dari FA adalah adjektiva, dan inti dari FNum adalah numeralia. Misalnya, membaca merupakan inti verba pada frasa sedang membaca.Maka sedang membaca dikatakan FV.Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (disebut juga tataran sintaksis).Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektifa, atau numeralia (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X’), keterangan berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi (X’) dan specifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar tertinggi (X” atau FX)

Gagasan utama teori X-bar adalah bahwa di dalam struktur internal frasa yang berbeda dalam sebuah bahasa ditemukan pola yang sama pada setiap struktur (Sell dalam Mulyadi, 2002). Selain itu, meskipun dijumpai perbedaan susunan kata pada bahasa-bahasa di dunia, perbedaan itu tetap dapat dijelaskan dengan menggunakan teori X-bar. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji frasa verba dalam BBT dengan menggunakan teori X-bar agar diketahui kaidah strukturfrasa dalam BBT. Hal ini sangat menarik untuk diteliti dalam mengungkapkan dan memaparkan struktur serta perilaku fungsi gramatikal dalam BBT. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu linguistik.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur verba bahasa Batak Toba menurut teori X-bar?

2. Bagaimanakah kaidah struktur frasa verba bahasa Batak Toba menurut teori X-bar?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti oleh seorang peneliti, agar penelitian yang dilakukan dapat efektif dan efesien. Pada penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frase verba dalam BBT berdasarkan teori X- bar dan menetapkan kaidah struktur frasa verba.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu :

a. Mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal komplemen(Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa bahasa Batak Toba berdasarkan Teori X-bar.

b. Menjabarkan kaidah struktur frasa verba bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentang frasa verba dalam bahasa Batak Toba b. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis

bahasaBatak Toba yang menggunakan pendekatan generatif khususnya yang berhubugan dengan Frasa Verba.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti, khususnya bagi peneliti bahasa Batak Toba yang ingin mengkaji penelitian yang sama.

b. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru yaitu kajian tentang Frasa verba pada bahasa Batak Toba Analisis X-bar.

FRASA VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA

(ANALISIS TEORI X-BAR)

Oleh

IRMA F.K SIHOMBING

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan menjabarkan kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar.Data yang digunakan adalah data lisan dan tulisan dengan metode wawancara, dan metode simak.Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, dan teknik ganti.Teori yang digunakan adalah teori X-bar.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur internal frasa verba dalam Bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen (komp) berkategori nomina; keterangan (ket) berkategori frasa adjektiva, frasa preposisi, dan aspek; specifier (spec) berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu. Kaidah struktur frasa verba Bahasa Batak Toba yang terbentuk dengan menggunakan teori X-bar, yaitu:

(1) FV Inti; (2) FV Inti + Komp; (3) FV Inti + Ket; (4) FV Inti + Komp + Ket; (5) FV Spec + Inti; (6) FV Spec + Inti + Komp; (7) FV Spec + Inti + Ket; (8) FV Ket + Inti; (9) FV Ket + Inti + Komp; (10) FV Inti + Spec.

Kata Kunci: Struktur Frasa Verba, Bahasa Batak Toba, Fungsi Gramatikal, Teori X-bar.

FRASE VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA (ANALISIS TEORI X-BAR)

SKRIPSI

OLEH

IRMA F.K SIHOMBING NIM 100701053

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

Dokumen terkait