• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Saran

1. Bagi anak-anak tunagrahita SLB CLangenharjo Sukoharjo diharapkan untuk berani dalam mengambil keputusan, jangan mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar, tetap percaya diri dengan keadaan yang ada, tatap bersyukur, jangan mudah menyerah tetap berusaha untuk selalu patuh kepada guru, orang tua maupun masyarakat. Teruslah melangkah dalam menjalani kehidupan ini, walaupun banyak tantangan dan rintangannya, semua akan indah pada waktunya sendiri.

2. Bagi guru kelas atau guru bidang study berikan yang terbaik. Setiap keberhasilan anak tunagrahita, kebanggan tersendiri bagi guru.

3. Bagi SLB CLangenharjo Sukoharjo hendaknya lebih memaksimalkan lagi sarana dan prasarana yang dimiliki guna menunjang aktivitas dan kreatifitas anak tunagrahita, seperti menyalurkan hobi dan keterampilan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin & Alief Budiyono. 2010. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.STAIN Press Purwokerto. Yogyakarta.

Arifah, Ifa. 2014. Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Siswa Tunagrahita Di Kelas 5 SD Gunungdani, Pengasih, Kulon Progo (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014) Yogyakarta.

Amin, M. 1994. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud. Jakarta.A, Hellen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Quantum Teaching. Jakarta. Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. PT. Rafilka

Aditama. Bandung.

Efendi Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogi Anak Berkelainan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Febriana, Deni. 2011. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Teras.

Fuandy, Ahmad. 2013. Cognitive Behavior Theraphy. PT. Indeks. Jakarta.

Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Yrama Widya. Bandung.

Komalasari & Eka Wahyu. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Indeks.Jakarta.

Kurnanto, Edi. 2013. Konseling Kelompok. Alfabeta CV. Bandung.

Kemis dan Ati Rosnawati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. PT. Luxima Metro Media. Jakarta.

Moleong, Lexy. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Oemarjoedi, Kasandra. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi. Kreativ. Jakarta.

Putranto, Bambang. 2015. Tips Menangani Siswa Yang Membutuhkan Perhatian Khusu. Diva Press. Yogyakarta.

Dalam Lingkup Pendidikan dan Persepsi Siswa Terhadap Efektivitas Mengajar Guru Matematika, (Skripsi, Universitas Indonesia, 2012) Depok

Rohmah Prilia Zulfatur. 2016. Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Pengemis Glandangan dan Orang Terlantar. (skripsi, unversitas IAIN, 2016) Surakarta.

Somantri, T. Sutjihati. 2006. Ortopedagogik Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: PT. Rafika Aditama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabeta CV. Bandung.

Thompson, Jenny. 2014. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: esensi

Yusuf, Syamsu &A. Juntika Nurihsan. 2011. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya dan UPI.

Winkel&M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di institusi Pendidikan. Bandung: Media Abadi

Lampiran 1. Interview Guide

A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah SLB C Langenharjo Sukoharjo

2. Bagaimana karakteristik anak tunagrahita?

3. Mengapa perlu dilaksanakan bimbingan kelompok demgan pendekatan CBT?

4. Dimana pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan CBT? 5. Kapan pelaksanaan bimbingan kelompok Dengan pendekatan CBT? 6. Mengapa perlu dilaksanakan bimbingan kelompok dengan pendekatan

CBT?

7. Siapa saja yang berperan dalam proses bimbingan kelompok dengan pendekatan CBT?

8. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan CBT?

9. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan CBT mampu menumbuhkan tanggung jawab anak tunagrahita?

B. Pedoman Wawancara Wali Kelas 1. Apa pengertian anak tunagrahita?

2. Bagaimana karakteristik anak tunagrahita itu? 3. Faktor apa yang menyebabkan ketunagrahitaan?

4. Apakah ada permasalahan dalam mendidik anak tunagrahita?

5. Bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam mendidik anak tunagrahita?

6. Apa yang anda ketahui mengenai bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

7. Siapa yang berperan dalam proses bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

8. Mengapa perlu dilaksanakan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

9. Dimana pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

10. Kapan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

11. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

12. Apakah selama ini proses bimbingan kelompok dengan pendekatan CBT berjalan secara efektif?

13. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekata CBT mampu menumbuhkan tanggung jawab anak tunagrahita?

C. Pedoman Wawancara Guru Pembimbing 1. Apa pengertian anak tunagrahita?

2. Bagaimana karakter anak tunagrahita itu? 3. Factor apa yang menyebabkan ketunagrahitaan? 4. Bagaimana cara guru mendidik anak tunagrahita?

5. Bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam mendidik anak tunagrahita?

6. Apa yang anda ketahuai tentang bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

7. Mengapa perlu diadakan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

8. Apa yang anda ketahui mengenai bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

9. Dimana pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

10. Kapan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

11. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

12. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy mampu menumbuhkan tanggung jawab anak tunagrahita?

Lampiran 2

Transkrip Hasil Wawancara (W1S1)

A. Wawancara dengan Kepala SLB C Langenharjo Sukoharjo Peneliti : Maya Kartika

Hari/ tanggal : 08 Oktober 2018 Tempat : ruang kepala sekolah Narasumber : Bapak, Sutino S.Pd.

Peneliti : sebelumnya mohon maaf pak sudah mengganggu waktunya sebentar. Langsung saja pak saya ingin bertanya, menurut bapak, apa yang dimaksud dengan anak tunagrahita?

Narasumber : oh nggeh mbk, mboten nopo-nopo,, Anak tunagrahita itu adalah anak yang mengalami gangguan itelektual atau lemah fikir anak tunagrahita sendiri terbagi menjadi tiga golongan yaitu ringan, sedang dan berat. Anak tunagrahita sedang mampu untuk dididik tetapi setara dengan anak normal pada kelas V SD mbk. sedangkan anak tunagrahita sedang mampu untuk mengurus dirinya sendiri, tetapi kurang dalam memahami pelajaran dibandingkan anak tunagrahita ringan. Berbeda dengan anak tunagrahita ringan dan sedang, anak tunagrahita berat rentang untuk mengurus dirinya sendiri.

Peneliti : nggeh pak, jadi bagaimana cara mengetahui anak tunagrahita tersebut ringan, sedang ataupun berat?

Narasumber : dari perilaku keseharian anak tunagrahita itu sendiri mbak, saat diajak untuk berkomunikasi ada yg nyambung dan ada yang merespon tetapi lama, ada juga yang tidak merespon sama sekali.

Peneliti : dalam penelitian ini saya akan meneliti anak tunagrahita ringan pak

Narasumber : oh iya mbak, monggo terserah njenengan mau meneliti yang mana, hahaha…

Peneliti : heheeee.. nggeh pak, langsung saja. Bagaimana karakteristik anak tunagrahita ringan itu pak?

Narasumber : karakteristik anak tunagrahita itu mereka yang mempunyai masalah pada kemampuan berpikir, tidak mampu membangun hubungan dengan orang lain, tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit Karena mereka kesulitan untuk berkosentrasi.

Peneliti : Mengapa perlu dilaksanakan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy pak?

Narasumber : karena manfaatnya yang begitu besar mbak, yaitu untuk membantu siswa-siswi agar dapat merubah tingkah laku menjadi lebih baik, dengan bimbingan kelompok mereka dapat berkomunikasi dengan teman-temannya, tidak hanya diam dan melamun saja tetapi ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelas. sehingga dengan adanya kegiatan ini dapat membantu anak tunagrahita menumbuhkan tanggung jawabnya di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Peneliti : Dimana pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy dilaksanakan? Narasumber : pelaksanaannya itu di ruang kelas mbak, di ruang

keterampilan, di lapangan sekolah

Peneliti : Kapan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

Narasumber : untuk pelaksanannya setiap hari selasa, kamis dan jumat mbak setelah jam istirahat.

Peneliti : Siapa saja yang berperan dalam proses bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy? Narasumber : semua pihak memiliki peran penting dalam proses

bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy mbak, karena tanpa adanya dukungan dari semua pihak maka prosesnya bimbingan Kelompok dengan pndekatan cognitive behavior therapy tidak akan berjalan dengan baik dan efektif mbak.

Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

Narasumber : prosesnya sendiri dilakukan dengan melaksanakan kegiatan keterampilan yang dilakukan secara kelompok, seperti kegiatan salon, batik, tanam-menanam tumbuhan dan. Tujuan dari kegiatan tersebut supaya siswa-siswi tunagrahita dapat saling berkomunikasi dan berpartisipasi

dengan teman satu sama lain. Dalam kegiatan tersebut dapat diamati tanggung jawab siswa-siswi di dalam masing-masing kelompok. Kegiatan salon dilaksanakan setiap hari selasa mulai jam 9 mbak, lalu untuk kegiatan batik dan tanam menanam tumbuhan dilaksanakan setiap hari kamis dan jumat. Selain itu ada sholat dhuhur berjama’ah setiap hari mbak, kerena dengan sholat berjamaah maka siswa-siswi akan selalu mengingat yang maha pencipta.

Peneliti : Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy mampu menumbuhkan tanggung jawab anak tunagrahita Ringan?

Narasumber : iya mbak, seperti yang sudah dijelaskan tadi, bahwa tujuan bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Theraphy itu untuk membantu peserta didik agar memiliki tanggung jawab dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat. Dengan bertanggung jawab maka dapat membentuk karakter anak tunagrahita menjadi lebih baik.

Lampiran 3

Transkrip Hasil Wawancara (W2S2)

A. Wawancara dengan Wali Kelas IX C Peneliti : Maya Kartika

Hari/ tanggal : 08 Oktober 2018 Tempat : ruang guru

Narasumber :Bapak Mulyono, S.Pd.

Saat sedang jam istirahat, sekitar pukul 09.00 WIB, Bapak Mulyono menyempatkan waktunya untuk saya wawancarai, berikut hasil wawancara saya dengan Bu Ratna:

Peneliti : sebelumnya mohon maaf bu sudah mengganggu waktunya sebentar, perkenalkan nama saya Maya Kartika dari IAIN Surakarta. Kedatangan saya kesini ingin melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Kelompok dengan

Pendekatan Cognitive Behavior Therapy dalam Menumbuhkan Tanggung Jawab anak Tunagrahita Ringan di SLB C Langenharjo Sukoharjo”. Dan kebetulan ibu sebagai wali kelas IX C. Langsung saja bu saya ingin bertanya, menurut ibu, apa yang dimaksud dengan anak tunagrahita?

Narasumber : oh iya tidak apa-apa mbak, menurut saya anak tunagrahita ringan itu anak yang mengalami keterlambatan dalam pemikiran tapi mampu didik, sikapnya juga beragam ada yang suka menyendiri dan melamun, ada yang suka bergerombol dengan teman-temannya. jadi perilakunya itu hampir sama dengan anak normal pada umumnya. Bedanya ya dipemikirannya yang lambat.

Peneliti : Bagaimana karakterisitik anak tunagrahita?

Narasumber : karakteristik anak tunagrahita itu mereka lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru mbak dan mereka cenderung cuek dan tidak mau tau dengan kejadian yang ada dilingkungan sekitarnya. Mereka juga mudah melupakan hal-hal yang sudah berlalu, jadi agar anak tunagrahita tidak lupa maka harus mendapatkan pengulangan materi yang sudah diberikan. Karena anak tunagrahita membutuhkan pengulangan terus menerus supaya tidak lupa. Selain itu anak tunagrahita termasuk peserta didik yang kurang bertanggung jawab dalam melakukan agenda kelas. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kepribadian sosialnya. Jadi mereka harus benar-benar dibimbing dan diarahkan supaya menjadi perilaku yang lebih baik.

Peneliti : faktor apa saja yang menyebabkan ketunagrahitaan? Narasumber : faktor-faktor yang mempengaruhi ketunagrahitaan

terdapat dua kemungkinan yaitu medis dan pengaruh lingkungan sekitar, soalnya tanda-tandanya tidak kelihatan

sehingga anak tunagrahita tumbuh dan berkembang layaknya anak normal pada umumnya mbak, anak tunagrahita kan suka menyendiri dan kalo diajak ngobrol susah nyambungnya jadi kebanyakan mereka dihindari teman-temannya dan dibully. yang terdapat di SLB C Langenharjo Sukoharjo ini kebanyakan disebabkan Karena factor medis dan pengaruh lingkungan.

Peneliti : Apakah ada permasalahan dalam mendidik anak tunagrahita?

Narasumber : permasalahannya mereka pelupa, jadi harus mengulang lagi pelajaran yang sama.

Peneliti : Bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam mendidik anak tunagrahita?

Narasumber : salah satunya mbak, saya sebagai salah satu guru disini, sebelum pelajaran dimulai saya bertanya kepada mereka, siapa yang masih ingat pembelajaran kemaren saya memberikan permen. Jadi dengan hal tersebut mereka berusaha untuk mengingatnya.

Peneliti : Apa yang Anda ketahui mengenai bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy?

Narasumber : bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy adalah bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan secara kelompok sehingga meraka saling berinteraksi dengan kelompoknya dan dapat mempertanggung jawabkan kegiatan yang dilakukan dengan kelompoknya. Kegiatan ini bertujuan untuk merubah tingkah laku menjadi lebih baik.

Peneliti : Siapa saja yang berperan dalam proses bimbingan bina pribadi dan sosial?

Narasumber : semua pihak ikut berperan mbak, karena untuk memberi pelayanan yang efektif dan hasil yang baik maka

membutuhkan peran semua pihak. Jadi mulai dari para guru dan staff karyawan serta orang tua siswa juga diajak agar berjalan dengan efektif.

Peneliti : Mengapa perlu dilaksanakan bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy?

Narasumber : dengan agenda yang sudah dilakuakan selama ini bahwa bimbingan kelompok dengan Cognitive Bhehavior Therapy dapat menumbuhkan tanggung jawab anak tunagrahita, karena dengan bimbingan kelompok anak tunagrahita melakukan agenda secara berkelompok dan dibimbing. menurut saya agenda ini sangat efektif dalam upaya menumbuhkan tanggung jawab anak tunagrahita. Bentuk-bentuk kegiatannya memberikan bekal pembelajaran bagi mereka agar dalam kehidupan kedepan maereka mampu permasalahan dan mempertanggung jawabkan tindakannya. Peneliti : Dimana pelaksanaan bimbingan kelompok dengan

pendekatan Cognitive Behavior Theraphy?

Narasumber : pelaksanaannya bisa dilakukan dimana saja mbak, karena tadi, disini kita meng-include dalam setiap kegiatan, bisa di dalam kelas, di lapangan, ruang keterampilan

Peneliti : Kapan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Theraphy ?

Narasumber : pelaksanaannya bisa kapan saja mbak, hampir setiap saat, namun untuk pembelajarannya sendiri dilakukan pada hari selasa, kamis dan hari jum’at.

Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Theraphy?

Narasumber : seperti yang sudah dijelaskan tadi mbak, jadi kita meng-include bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Theraphy ini dalam kegiatan sehari-hari, misalnya saat jam istirahat pastinya kan para siswa-siswi

jajan, nah kita mengajarkan mereka untuk membuang sampah jajanan ditempat sampah yang telah disediakan. Selain itu juga bisa dimasukkan dalam kegiatan kelas seperti piket kelas yang telah dibagi ke masing-masing siswa-siswi untuk dilaksanakan. Jadi seperti yang saya bilang tadi mbak setiap hari selasa, kamis dan jumat kegiatan wajib untuk diikuti oleh masing-masing peserta didik. Seperti kegaiatan salon, batik dan tanam menanam tumbuhan.

Peneliti : Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy mampu menumbuhkan tanggung jawab terhadap anak tunagrahita?

Narasumber : nggeh tentu bisa mbak, setelah adanya bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy ini, siswa-siswi tunagrahita mulai menunjukkan perubahan yang cukup baik, setelah mereka naik ketahap SMA mereka sudah berani untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawabkan dengan kegiatan dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat.

Lampiran 4

Transkrip Hasil Wawancara (W3S3)

A. Wawancara dengan wali kelas VI Penelitia : Maya Kartika

Hari/ tanggal : 08 Oktober 2018 Tempat : ruang Salon

Narasumber : Bu, Ika Davis Tiana, S.Pd.I

Setelah mewawancarai Bp Mulyono dan waktu istirahat masih, peneliti menyempatkan waktu untuk mewawancarai Bu Ika. Berikut hasil wawancara saya dengan Bu Ika:

Peneliti : sebelumnya mohon maaf bu sudah mengganggu waktunya sebentar, perkenalkan nama saya Maya Kartika dari IAIN Surakarta. Kedatangan saya kesini ingin melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Cognitive Behavior Therapy Dakam Menumbuhkan Tanggung Jawab Anak Tunagrahita Ringan di SLB C Langenharjo Sukoharjo”. Dan kebetulan ibu sebagai guru pendamping peneliti dan sekaligus salah satu yang juga memberikan bimbingan bina pribadi dan sosial.

Langsung saja bu saya ingin bertanya, menurut ibu, apa yang dimaksud dengan anak tunagrahita?

Narasumber : iya mbak ndak apa-apa, anak tunagrahita, menurut saya mereka itu seperti anak normal pada umumnya tetapi bedanya anak tunagrahita butuh perhatian khusus. Bagi saya mereka itu special karena dibalik kekurangannya mereka mempunyai kelebihan dibanding anak normal pada umumnya, jika kemampuannya sering diasah maka mereka menjadi seseorang yang berbakat. Tetapi banyak yang salah mengartikan bahwa anak tunagrahita hanyalah seseorang yang tidak ada artinya. Di lingkungan masyarakat mereka sering dijauhi teman-temannya. jadi banyak dari mereka yang tidak suka bergaul.

Peneliti : Bagaimana karakteristik anak tunagrahita itu?

Narasumber : Anak tunagrahita ini menunjukkan perilaku yang cuek dan tidak mau tau, istilahnya itu kurang peka mbak. Selain itu Mereka mengalami keterasingan sosial, jarang bermain dengan teman sebayanya, kurang memiliki keterampilan sosial. Suka menyendiri di tempat sepi,dan tidak mudah bergaul.

Peneliti : Faktor apa yang menyebabkan ketunagrahitaan?

Narasumber : ada dua factor yang menyebabkan anak menjadi tunagrahita, factor lingkungan dan factor medis. Didalam lingkungan anak yang memilimki perilaku yang tidak sewajarnya mereka cenderung dihindari banyak orang termasuk teman-temannya. hal inilah yang menyebabkan anak menjadi minder dan suka menyendiri. Selain itu hal yang membuat anak menjadi tunagrahita bisa juga dari pertumbuhannya lamban dan kurang respon saat diajak bicara.

Narasumber : kami memposisikan diri sebagai temannya mbak. Hal ini kami lakukan supaya anak tunagrahita tidak takut sehingga mereka berani mengungkapkan pendapatnya. Kami juga tidak memaksa dan mengharuskan segala sesuatu hal, karena kami tidak ingin mereka tertekan dengan agenda yang ada, tetapi kami membimbing dan mengarahkan segala sesuatu hal dengan tenang dan jelas. Mengajarkan pembelajaran pada anak tunagrahita itu tidak hanya satu kali tetapi harus diulang ulang lagi sampai menjadi terbiasa. Peneliti : Apakah ada permasalahan dalam mendidik anak

tunagrahita?

Narasumber : permasalahannya anak tunagrahita itu lamban dalam hal berfikir, pembelajaran yang sudah diajarkan dalam hitungan menit mereka lupa. Jadi kami harus selalu mengulang pembelajaran yang sudah diajarkan karena dengan mengulang pembelajarannya lagi maka anak tunagrahita menjadi tebiasa dengan hal yang sudah tidak asing.

Peneliti : Bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam mendidik anak tunalaras?

Narasumber : kita selain menjadi guru mereka disini juga memberi pengertian kepada mereka bahwa mereka bisa menganggap kita sebagai sahabatnya sendiri mbak, jadi kalau ada masalah mereka terbuka dengan kita dan mereka akan nyaman dengan hal tersebut.

Peneliti : Apa yang Anda ketahui mengenai bimbingan kelompok dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy?

Narasumber : bimbingan Cognitive Behavior therapy merupakan salah satu program yang ada di SMPLB bagian C mbak, pembinaannya dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab

Peneliti : Siapa saja yang berperan dalam proses bimbingan bina pribadi dan sosial?

Narasumber : semua pihak ikut berperan mbak, tidak bisa kalau hanya pihak sekolah saja yang berperan tapi keluarga juga harus ikut andil agar hasilnya efektif sesuai dengan tujuannya. Peneliti : Mengapa perlu dilaksanakan bimbingan kelompok dengan

Pendekatan cognitive behavior therapy?

Narasumber : karena bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy ini mampu membantu mereka untuk berani mengambil keputusan dan mempertanggung jawabkannya, dengan bimbingan kelompok dapat membiasakan anak tunagrahita untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

Peneliti : Dimana pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekat

Cognitive behavior therapy?

Narasumber : pelaksanaannya di ruang salon, diruang kelas dan diluar ruangan mbak. Kami juga menerapkannya dalam kesehariannya, supaya menjadi kebiasaan yang sudah tertanam dalam diri mereka.

Peneliti : Kapan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behaviortherapy?

Narasumber : pelaksanannya dijadwalkan setiap hari selasa, kamis dan jum’at mbak, namun materi prakteknya itu bisa dilakukakan setiap hari mbak.

Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy?

Narasumber : proses pelaksanannya sendiri itu diterapkan melalui pembelajaran materi dan langsung dipraktekkan dalam kegiatan yang sudah diagendakan dan diterapkan dalam

kegiatan sehari-hari mbak. Kita memberikan contoh kepada mereka dalam setiap agenda dimulai.

Peneliti : Apakah selama ini proses bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy berjalan secara efektif?

Narasumber : iya mbak, karena selain dari pihak sekolah, kita juga meminta para orang tua atau keluarganya untuk bekerjasama agar tidak sia-sia kita membimbing anak tunagrahita mbak.

Peneliti : Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy mampu menumbuhkan tanggung jawab terhadap anak tunagrahita?

Narasumber : bisa mbak, setelah adanya bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy ini, mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jadi kita berhasil membimbing mereka dan tujuan dari bimbingan kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy tercapai.

Lampiran dokumentasi 1.foto SLB B-C dari depan

2. kegiatan bimbingan salon

4. Kegiatan Batik

Dokumen terkait