• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

5.2.2 Saran dalam Kaitan Praktis

Harian Pos Metro selaku lembaga pers yang sudah dipercaya oleh masyarakat sudah seharusnya menerapkan Kode Etik Jurnalistik dalam setiap pemberitaannya. Oplah Harian Pos Metro yang naik dari tahun ke tahun mestinya harus disertai dengan kualitas pemberitaan dan rasa tanggung jawab yang besar untuk menghadirkan informasi yang faktual dan objektif. Memang dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, Harian Pos Metro sudah menerapkan Kode Etik Jurnalistik dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya persentase pelanggaran yang terjadi dalam setiap kategori.

Namun penelitian juga menemukan bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 masih terjadi dalam Harian Pos Metro. Bahkan, pelanggaran-pelanggaran yang terjadi termasuk dalam pelanggaran yang cukup berat. Redaksi Harian Pos Metro harus segera membenahi pelanggaran yang terjadi. Sebelum berita dinaikkan dalam suatu media, ada baiknya redaksi melakukan penyuntingan untuk melihat apakah berita tersebut sudah layak dikonsumsi masyarakat atau tidak. Jangan sampai karena mengejar target

deadline, kualitas pemberitaan yang dikorbankan. Kaidah-kaidah Kode Etik

Jurnalistik tidak boleh ditinggalkan karena Kode Etik Jurnalistik merupakan bukti profesionalisme dan tanggung jawab pers terhadap fungsi-fungsi di masyarakat.

Dalam Harian Pos Metro tema berita yang paling sering ditonjolkan tidak mesti dari kategori kriminalitas saja. Wartawan harus lebih kreatif dan mampu

69

melihat nilai berita dari setiap kejadian atau peristiwa. Conflict bukanlah satu-satunya nilai berita (news value). Wartawan Harian Pos Metro dapat juga memasukkan berita yang mengandung unsur human interest, pendidikan, ekonomi atau pembangunan.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori 2.1.1 Positivisme

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Positivisme berasal dari kata “positif”, kata positif di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang didasarkan fakta-fakta. Paradigma positivistisme merupakan suatu paradigma yang mempertanyakan realita dengan ‘apa’, atau menanyakan mengenai apa yang terjadi di masyarakat. Melihat fakta sosial sebagai realita yang bersifat umum yaitu hukum sebab-akibat.Dalam paradigma ini, peneliti tidak berinteraksi dengan objek penelitian sehingga terdapat jarak antara peneliti dan objek penelitian.Penelitian paradigma positivistik merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian paradigma positivistisme menggunakan metode empiris untuk dapat menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek penelitian. Dalam paradigma ini, peneliti harus menggambarkan realita yang ada di masyarakat secara objektif (Pujileksono, 2015 : 27).

Aguste Comte (1798-1857) yangt dikenal sebagai bapak sosiologi modern yang mencetuskan pemikiranya pada abad ke-19.Comte mengurangi secara garis besar prinsip-prinsip positivisme yang hingga kini masih digunakan. Menurut Comte, alam pikir manusia berkembang dalam tiga tahap : teologi, metafisik, dan positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang segala susatu didasarkan adanya dewa, roh, atau Tuhan.Pada tahap metafisik, penjelasan fenomena alam didasarkan pada pengertian-pengertian metafisik seperti subtansi, bentuk, dan sejenisnya.Pada jenjang positif, manusia mengadakan pencarian pada ilmu absolut yang positif.Inilah akar kata positivisme (Vardiansyah, 2008:56).

Comte juga menegaskan, dengan memberi penekanan pada aspek metodologi, positivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmu menganut tiga prinsip utama: empiris-objektif, deduktif-nomologis (jika...,maka...), serta

9

instrumental-bebas nilai. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada ilmu-ilmu alam, tapi juga harus berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Implikasinya menurut Vardiansyah (2008: 56) terurai sebagai berikut:

1. Prosedur meotodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana pada ilmu-ilmu yang objeknya benda alam, subjektivitas manusia tidak boleh mengganggu observasi atas tindakan sosial. Artinya, objek ilmu-ilmu sosial disejajarkan dengan objek ilmu-ilmu alam.

2. Seperti dalam ilmu-ilmu alam, hasil riset ilmu-ilmu sosial dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum yang universal, berlaku kapanpun dan dimanapun, yang dalam bahasa filsafat ilmu disebut nomothetik. 3. Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis, menyediakan pengetahuan yang

instrumental murni, tidak memihak. Pengetahuan harus dapat dipakai untuk keperluan apa saja, sehingga tidak bersifat etis. Dengan kata lain, sebagai ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial harus bebas nilai dan tidak berpihak. Ilmu adalah untuk ilmu.

2.1.2Komunikasi

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “Communication” yang bersumber pada kata “communis” yang berarti sama, dalam arti kata sama makna. Secara terminologis komunikasi berarti cara penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2002:4).

Carl. I Hovland mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Effendy, 2002:48). Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui jaringan apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2004:18).

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang ditemukan oleh Harold Laswell dalam karyanya, the structure and function of

commmunication in society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who Says

What In Which Chanel To Whom With What Effect? Jadi menurut paradigma

tersebut, Laswell mengartikan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Oleh karena pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi adalah (Mulyana dan Rakhmat, 1993: 16-17):

1. Sumber (source), adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi.

2. Penyandian (encoding), adalah suatu kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku verbal dan non verbalnya yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan.

3. Pesan (message), pesan terdiri dari lambang-lambang verbal atau non verbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu.

4. Saluran (channel), adalah alat fisik yang menjadi penghubung antara sumber dan penerima.

5. Penerima (receiver), adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan.

6. Penyandian balik (decoding), adalah proses internal penerima dan pemberian makna kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber.

7. Respon penerima (receiver response), adalah menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima pesan. Respon ini terbagi dua, yaitu respon minimum dan respon maksimum. Respon minimum adalah keputusan penerima untuk mengabaikan pesan atau tidak berbuat apapun setelah ia menerima pesan. Sebaliknya, respon

11

maksimum merupakan suatu tindakan penerima yang segera, terbuka dan mengandung kekerasan.

8. Umpan balik (feedback), adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya.

2.1.3 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004: 3).Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata

media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti

komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton,pemirsa atau pembaca. Beberapa istilah ini berkaitan dengan media massa (Nurudin, 2004: 2-3).

Selanjutnya Vivian (2008: 450) menyatakan bahwa komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur atau membujuk. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:

1. Komunikator terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

2. Pesan bersifat umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.

3. Komunikannya anonim dan heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

4. Media massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak adalah komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi massa bersifat satu arah

Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun

13

diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimulasi alat indra terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan balik tertunda (delayed)

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun.Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2005: 3).

Devito (dalam Fajar, 2009: 238-243) mengatakan bahwa popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam di antara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Menghibur

Devito menyebutkan, bahwa media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak.Tentu saja, sebenarnya mereka memberi hiburan untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan. Inilah sebab utamanya adanya komunikasi massa.

2. Fungsi Meyakinkan

Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade). Persuasi dapat datang dalam banyak bentuk, misalnya: a) Mengukuhkan atau memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang, b) mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; c) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, dan d) Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.

3. Menginformasikan

Menurut Devito, sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan dari sekolah, melainkan dari media. Kita belajar musik, politik, seni, film, sosiologi, psikologi, ekonomi dan masih banyak lagi subjek lainnya dari media.

4. Menganugerahkan Status

Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media.Tanpa pemuatan orang-orang tersebut tentulah tidak penting, setidak-tidaknya di mata masyarakat. Paul Lazarsfeld dan Robert Merton, dalam karya mereka yang berpengaruh “Mass Communication, Popular Taste, and Organized Social Action” (1951), mengatakan; “jika Anda benar-benar penting, Anda akan menjadi pusat perhatian massa dan jika Anda menjadi pusat perhatian massa, berarti Anda memang penting”.Sebaliknya tentu saja, jika Anda tidak mendapatkan perhatian massa, maka Anda tidak penting

5. Fungsi Membius

Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing).Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil.

6. Menciptakan Rasa Kebersatuan

Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang sedang sendirian, duduk dikamarnya menyaksikan televisi sambil menikmati makan malam. Program-program televisi membuat orang yang kesepian ini merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar. Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Selaku ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980), Sean MacBride (Cangara, 2006 :57-58) mengemukakan bahwa komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita

15

dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide. Karena itu komunikasi massa dapat berfungsi untuk: 1.Informasi 2.Sosialisasi 3.Motivasi 4.Bahan diskusi 5.Pendidikan 6.Memajukan kebudayaan 7.Hiburan 8.Integrasi. 2.1.4 Fotografi

Fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya.Dalam hal ini, tampak adanya persamaan antara fotografi dan seni lukis.Perbedaannya terletak pada media yang digunakan oleh kedua teknik tersebut.Seni lukis menggunakan kuas, cat dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk menghasilkan suatu karya. Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya (Giwanda, 2001: 2).

Ilmu fotografi sudah muncul sejak zaman dahulu.Buktinya, manusia prasejarah selalu berkeinginan untuk mengabadikan setiap peristiwa yang dialaminya. Peristiwa demi peristiwa didokumentasikan melalui berbagai cara. Salah satunya dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa tersebut pada dinding gua, kulit kayu atau kulit binatang melalui teknik melukis sampai teknik fotografi yang sangat sederhana.

Teknik fotografi sederhana mulai terungkap sekitar abad ke-10. Saat itu, ilmuwan Arab bernama Alhazen menjelaskan cara melihat gerhana matahari menggunakan ruang gelap. Ruangan tersebut dilengkapi dengan sebuah lubang kecil (pinhole) yang menghadap ke matahari.Untuk pertama kalinya, prinsip kerja

Alhazen berhasil ditemukan oleh Reinerus Gemma-Frisius (1554), seorang ahli fisika dan matematika dari Belanda (Giwanda, 2001: 3).

Saat ini, dunia fotografi telah memasuki babak baru, yaitu babak digital.Berbeda dengan babak konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan film, kamar gelap dan berbagai zat kimia untuk mencuci film dan mencetak foto.Dalam hal ini, kamera digital menggunakan chip yang disebut

charge couple device (CCD) untuk merekam gambar.Walaupun demikian, definisi

dasar yang menyatakan bahwa fotografi adalah teknik “melukis dengan cahaya” belum tergeser. Fotografi digital tetap diciptakan melaui proses kreativitas manusia dengan bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang menyangkut masalah pencahayaan, bukaan diafragma dan ruang tajam tidak mengalami perubahan.

Menurut Marvyn J. Rosen (dalam Giwanda, 2001: 7), fotografi digital memiliki beberapa keunggulan:

a. Hasil pemotretan dapat dilihat lebih cepat. Dengan dukungan peralatan eletronik, karya foto dapat digunakan untuk pameran (display), penerbitan dan pengiriman foto jarak jauh (melalui e-mail) dalam waktu yang relatif singkat.

b. Relatif lebih murah karena tidak menggunakan film (bebas biaya cuci cetak).

c. Mudah dalam pengoperasiannya

d. Lebih mudah diproses. Dukungan komputerisasi dapat memberikan efek khusus, seperti penyesuaian kontras foto dan koreksi warna.

e. Hasil yang permanen (tahan lama). Foto digital tidak akan mengalami perubahan, baik warna maupun ketajaman gambarnya. Berbeda dengan karya foto konvensional yang dapat berubah warna (rusak) jika melewati masa kadaluarsa.

f. Ramah lingkungan. Fotografi digital tidak menggunakan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, dampak fotografi telah menyebar ke seluruh dunia dan merambah beragam bidang kehidupan.Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi

17

sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan untuk dokumentasi pribadi dan keluarga, foto jurnalistik, juga kebutuhan yang bersifat formal sampai komersial sekalipun.

Merebaknya penggunaan fotografi dalam kehidupan manusia mengakibatkan munculnya penerapan fotografi yang dispesialisasikan untuk bidang tertentu, misalnya fotografi jurnalistik, pernikahan, arsitektur dan ilmiah. Dalam hal ini, seorang fotografer dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keahlian bidang yang bersangkutan, selain mengkhususkan diri pada pemotretan kehidupan laut, selain penguasaan fotografi, ia pun harus mengetahui dan menguasai kehidupan di bawah air dan mampu melakukan penyelaman (Giwanda, 2001: 8).

Fotografi merupakan bidang yang sangat luas.Pesatnya perkembangan fotografi mengakibatkan semakin banyaknya aspek kehidupan manusia yang tersentuh oleh dunia fotografi.Sampai akhirnya, tercipta spesialisasi fotografi di berbagai aspek kehidupan manusia.Selain kemampuan di bidang fotografi seorang fotografer harus memahami pengetahuan khusus tentang bidang spesialisasi yang dipilihnya.

Berikut uraian singkat mengenai bidang spesialisasi fotografi yang mengalami perkembangan cukup pesat(Giwanda, 2001: 56-57):

1. Foto Jurnalistik (Photo Journalism)

Fotografi dengan spesialisasi khusus untuk mencari dan menampilkan foto-foto yang bernilai berita.

2. Fotografi Pernikahan (Wedding Photography)

Fotografi yang mengkhususkan pada pengabdian momen-momen pernikahan. Untuk dapat menekuni bidang pemotretan ini diperlukan pemahaman teknis fotografi serta wawasan tentang adat istiadat dan tata cara pernikahan.

3. Fotografi Arsitektur (Architectural photography)

Fotografi yang mengkhususkan pada obyek-obyek arsitektur dengan pendekatan dokumenter, seni dan komersial.Kebutuhan fotografi arsitektur meningkat seiring dengan maraknya bisnis properti.

Pertunjukan busana yang semakin marak turut mendorong tumbuhnya industri fotografi, terutama media cetak. Secara teknis, fotografer fashion dituntut memiliki kemampuan komposisi gambar serta mampu memadukan busana dan modelnya menjadi suatu gambar yang harmoni, menarik dan senantiasa segar dalam setiap pemotretan.

5. Fotografi Ilmiah (Scientific Photography)

Fotografi ilmiah mencakup keperluan khusus yang berkaitan dengan aspek-aspek ilmiah.Contohnya, penelitian mikrobiologi membutuhkan fotografi mikroskopik untuk memotret jasad renik yang terlihat di bawah mikroskop.Dengan demikian, seorang fotografer harus memahami peralatan mikrofotografi dan pengetahuan tentang jasad renik tersebut. 6. Fotografi Udara (Aerial Photography)

Fotografi udara banyak digunakan untuk keperluan survey, pemetaan, penggunaan tata ruang atau pertanian.

7. Fotografi Komersial

Fotografi komersial merupakan pemotretan khusus untuk mengkomunikasikan informasi produk.Fotografi ini bertujuan agar orang yang melihat produk tersebut tertarik untuk mencoba dan membelinya, di antaranya pembuatan katalog dan company profile.

8. Fine art Photography

Fine art photography memandang fotografi sebagai media untuk mengekspresikan karya seni. Seperti layaknya kanvas, kuas dan cat yang dibutuhkan seorang pelukis, seorang fotografer membutuhkan kamera dan media foto lainnya untuk menghasilkan karya seni yang mengesankan. 2.1.5 Fotografi Jurnalistik

Foto jurnalistik adalah foto yang bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca tertentu, dan informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat sesingkat mungkin (Wijaya, 2011: 10).Definisi ini menjelaskan bahwa ada pesan tertentu yang terdapat dalam foto tersebut sehingga layak untuk disiarkan kepada masyarakat. Sedangkan Kobre (Gani, 2013: 47) mengatakan bahwa:

Photojournalism report with camera. Their job is to search out the news and report it in visual form. Today’s news photographers must

19

combine the skills of an investigative reporter and determination of a beat report with the flair of feature writer. Photojournalism are visual reporters who interpret the news with cameras rather than pencil” Defenisi tersebut menjelaskan bahwa sebuah foto jurnalistik merupakan laporan yang mempergunakan kamera untuk menghasilkan bentuk visual.Seorang jurnalis foto hendaklah mampu menggabungkan antara keahlian membuat laporan investigasi dan membedakannya dengan penulisan feature.Dengan demikian, Kobre menegaskan bahwa foto jurnalistik adalah pelaporan visual yang menginterpretasikan berita lebih baik dibandingkan tulisan. Namun secara umum, foto jurnalistik merupakan gambar yang dihasilkan lewat proses fotografi untuk menyampaikan suatu pesan, informasi, cerita suatu peristiwa yang menarik bagi publik dan disebarluaskan lewat media massa.

Kita sering mendengar istilah, satu foto mengandung seribu bahasa. Istilah tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya kehadiran foto, dalam media apa pun. Pernahkah kita membaca atau menjumpai media massa cetak tanpa ada sebuah foto di dalamnya? Rasanya tidak ada media massa cetak (surat kabar, tabloid dan majalah) di negeri ini yang tidak menyertakan foto dalam setiap terbitannya. Foto seringkali menjadi daya tarik bagi pembaca sebelum membaca berita, terutama foto yang dimuat di halaman pertama surat kabar, yang biasanya berhubungan dengan headline berita hari itu. Artinya, penyajian dalam bentuk foto akan menjadi incaran pertama pembaca untuk melihatnya, kemudian baru membaca. Dari sekian banyak foto yang dapat ditampilkan dalam surat kabar, tentu hanya satu foto yang akan dijadikan foto utama yang memiliki nilai berita tinggi. Foto utama disajikan dalam ukuran yang besar dan berwarna.

Foto jurnalistik merupakan sajian gambar atau foto yang dapat berdiri sendiri sebagai visualisasi suatu peristiwa.Foto jurnalistik pun dapat melekat pada suatu berita sebagai pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan dalam berita.Terkadang, berita tanpa foto menjadi kurang lengkap.Foto jurnalistik dapat menjalankan fungsi sebagai rekaman visual dalam suatu pemberitaan. Foto jurnalistik biasanya dicirikan oleh berbagai unsur yang harus dipenuhi, antara lain (a) Memiliki nilai berita tersendiri, (b) Bersifat melengkapi suatu berita/artikel, dan (c) Dimuat dalam suatu media (Yunus, 2010: 90-91).

Secara sederhana, karakter foto jurnalistik sudah terlihat dari nilai berita

Dokumen terkait