BAB V PENUTUP
B. Saran-saran
Berkaitan dengan pembahasan Unjuk rasa atau Demonstrasi dalam UU NO 9 Tahun 1998 (Persepktif Hukum Islam). Penulis mempunyai saran-saran sebagai berikut:
1. Sekalipun melakukan unjuk rasa atau demonstrasi dibolehkan oleh hukum negara dan hukum Islam, hendaknya massa yang menggelar aksi tersebut tetap menjaga akhlak, adab dan memetahui segala peraturan dan UU yang mengatur hal tersebut. Massa bukan hanya melaksanakan saja akan tetapi harus mengetahui apa-apa yang menjadi kewajiban yang harus dijaga dalam menggelas aksinya.
2. Baik masyakat sipil, pemerintah, ulama dan lain-lainnya hendaknya selalu mengamalkan tugas amar ma’ruf nahi munkardengan sebaik-baiknya, karena dengan mengamalkan hal tersebut kita akan jadi bangsa yang akan selalu menasehati dalam hal kebaikan dan menimalisir segala macam keburukan atau kemunkaran.
3. Dan kepada aparat keamanan, yang ditugaskan untuk mengamankan setiap aksi demonstrasi, harusnya bersikap lembut dan toleransi terhadap mereka serta dalam mengamankan setiap aksi demonstrasi, hendaknya aparat keamanan tidak melakukan tindakan diluar batas yang dapat melanggar asas demokrasi dan UU untuk menjaga dan mengamankan setiap aksi para demonstran.
60
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal, Abidin,Konsepsi Negara Bermoral Menurut Imam Al Ghazali, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet I.
Al-Badri, Abdul Aziz,Ulama Mengoreksi Penguasa, Penerjemah Salim Muhamad Wakid, Solo: Pustaka Mantiq, 1991, Cet. II.
Ali, Muhamad Daud dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam Di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995.
Al-Malibary, Zainuddin,Terjemah Irsyadul ‘Ibad; Panduan Ke Jalan Kebenaran, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1992.
Al-Maududi, Abu A’la,Hak- Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Penerjemah Bambang Iriana Djajatmadja, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Al-Muslih,Abdullah, Prinsip-Prinsip Islam Untuk Kehidupan, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1999, Cet. II.
An Nabhani, Taqiyuddin,Sistem Pemerintahan Islam; Doktrin, Sejarah dan Realitas Empirik, Penerjemah Magfur Wahid, ( Jakarta: Al- Izzah, 1996, Cet. I
Artmanda, Frista W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media. Ash Shalabi, Ali, Muhamad,Biografi Ali bin Abi Thalib, Penerjemah: Muslich
Teman dan Ahmad Yaman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012.
Ash Shalabi,Ali Muhamad, Fikih Kemenangan dan Kejayaan, Penerjemah Samson Rahman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Bahri,Hamid, Para Diktator Terheboh Di Dunia Yang Berhasil Digulingkan, Jogjakarta: FlashBooks, 2012.
Budiarjo,Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Davis, Allen F. dan Woodman, Harold D,Konflik dan Konsensus Dalam Sejarah AmerikaModern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991.
Djajadi,Muhamad, Iqbal, Kisah Perjuangan Reformasi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999.
Djalil, Abdul,Fiqh Rakyat: Pertautan Fiqh dengan Kekuasaan, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2000.
Djazuli, A,Fiqih Siyasah: ImplementasiKemaslahatan Ummat Dalam
Rambu-rambu Syari’ah, Jakarta: Prenada Media, 2003.
HR, Ridwan, Fiqih Politik: Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, Yogyakarta: FH UII PRESS, 2007.
http://www.alkhoirot.net/2012/05/demonstrasi-dalam-islam.html. http://www.alkhoirot.net/2012/05/demonstrasi-dalam-islam.html.
Hussain, Syekh Syaukat, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Penerjemah Abdul Rochim, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Huwaydi, Fahmi, Demokrasi, Oposisi dan Masyarakat Madani, Bandung: Mizan, 1996.
Iqbal, Afzal, Diplomasi Islam, Penerjemah; Samson Rahman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.
Kamali, Muhamad Hashim,Kebebasan Berpendapat Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1996, Cet. I.
Karim, Abdul, M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Luhulima,James, Hari-Hari Panjang Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto danBeberapa Pristiwa Terkait, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001. Mahmudunnashir, Syed,Islam, Konsepsi dan Sejarahnya, penerjemah; Adang
Affandi,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.
Masyhur, Syeikh Musthafa,Fiqih Dakwah, Penerjemah Abu Ridho dkk, Jakarta: Al-I’tishom, 2000, Cet. I.
Maududi, Abul A’la,Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1985. Musa, Bakar,Kebebasan Dalam Islam, Bandung: PT Alma’rif, 1998.
Partanto, Pius A. dan Al-Barry, M. Dahlan,Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka, 1994.
Pranowo, Bambang,Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran SosiologiPerspektif Islam, Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008. Pulungan,J Suyuthi, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah
Ditinjau Dari Pandangan Al-Quran,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994.
62
Qardhawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Penerjemah Drs. As’ad Yasin,
Jakarta: Gema Insani Press, 1996, Cet. V.
Qudamah,Ibnu, Mukhtasar Minhajul-Qashidin, Penerjemah Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999, Cet. III.
Rais, M. Dhiauddin,Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Revitch, Diane,Demokrasi Klasik dan Modern, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Rickleks, M, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008.
Rizieq, Al Habib Muhamad, bin Husein Syihab, Dialog FPI; Amar Ma’ruf Nahi
Munkar, Pustaka Ibnu Sidah, 2008, Cet. II.
Saefuddin, Didin, Buchori, Sejarah Politik Islam, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009.
Sarwat, Ahmad, Fiqih Politik, Jakarta: DU CENTER
Sopyan, Yayan,Tarikh Tasyri’; Sejarah Pembentukan Hukum Islam, Depok: Gramata Publishing, 2010.
Tanuredjo, BadumanPasung Kebebasan; Menelisik Kelahiran UU Unjuk Rasa, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 1999.
Taymiyah, Ibnu,Kumpulan Fatwa Fatwa Ibnu Taymiyah, Jakarta: Darul Haq, 2007.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2003.
Utsman, Hafiz,Hasil-Hasil Keputusan Muktamar Dan Permusyawarahan Lainnya, Jakarta: Lajnah Taklif Wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006.
Wijaya, Ahmad, Burhan,Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Menangani AksiMassa Unjuk Rasa Di Bawah Kondisi Konflik Peran, PascaSarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN I998
TENTANG
KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMA T TUHAN Y ANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :
a. bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia;
b. bahwa kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
c. bahwa untuk membangun negara demokrasi yang menyelenggarakan keadilan sosial dan menjamin hak asasi manusia diperlukan adanya suasana yang aman, tertib,dan damai; d.bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara bertanggungjawab
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum;
Mengingat :
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945; Dengan persetujuan
DEW AN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAlKAN PENDAPAT Dl MUKA UMUM
BAB I
KETENTUANUMUM Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan. tulisan. dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Di muka umum adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain tennasuk juga di tempat
yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.
3. Unjuk rasa atau Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum.
4. Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum.
5. Rapat umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema tertentu.
64 6. Mimbar bebas adalah kegiatan penyampaian pendapat di muka umum yang dilakukan
secara bebas terbuka tanpa tema tertentu.
7. Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia. 8. Polri adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 2
(1) Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN Pasal 3
Kemerdekaan menyampaikan pendapal di muka umum dilaksanakan berlandaskan pada : a. asas keseimbangan antara hak dan kewajiban;
b. asas musyawarah dan mufakat; c. asas kepastian hukum dan keadilan; d. asas profesionalitas; dan
e. asas manfaat.
Pasal 4
Tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah : a. mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;
c. mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi;
d. menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5
Warga ncgara yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk : a. mengeluarkan pikiran secara bebas;
b. memperoleh perlindungan hukum.
Pasal 6
Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain; b. menghonnati aturan-aturan moral yang diakui umum;
c. menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. menjaga dan menghonnati keamanan dan ketertiban umum; dan
Pasal 7
Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di rnuka umurn oleh warga negara. aparatur pernerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. melindungi hak asasi manusia; b. rnenghargai asas legalitas;
c. menghargai prinsjp praduga tidak bersalah; dan d. rnenyelenggarakan pengamanan.
Pasal 8
Masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab untuk berupaya agar penyarnpaian pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan damai.
BAB IV
BENTUK-BENTUK DAN TATA CARA PENYAMPAIAN PENDAPAT Dl MUKA UMUM
Pasal 9
(1) Bentuk penyampaian pendapatdi muka urnum dapat dilaksanakan dengan: a. unjuk rasa atau dernonstrasj;
b. pawai;
c. rapat umurn; dan atau d. mimbar bebas.
(2) Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum. kecuali :
a. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah. instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api. terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional;
b. pada hari besar nasional.
(3) Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang membawa benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan umum.
Pasal l0
(1) Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri.
(2) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan oleh yang bersangkutan. pemimpin, alau penanggungjawab kelompok.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat ) jam sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh Polri setempat. (4) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi
kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan. Pasal 11
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal l0 ayat (1) memuat : a. maksud dan tujuan;
b. tempat, lokasi, dan rute; c. waktu dan lama;
d. bentuk;
66 f. nama dan alamat organisasi, kelompok atau perorangan;
g. alat peraga yang dipergunakan; dan atau h. jumlah peserta.
Pasal l2
(1) Penanggungjawab kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 9, dan Pasal 11 wajib bertanggung jawab agar kegiatan tersebut terlaksana secara arnan, tertib, dan damai. (2) Setiap sarnpai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau dernonstrasi dan
pawai harus ada seorang sampai dengan 5 (lirna)orang penanggungjawab. Pasal 13
(1) Setelah menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 11 Polri wajib :
a. segera rnemberikan surat tanda terirna pemberitahuan;
b. berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat di rnuka umum;
c. berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan penyampaian pendapat;
d. mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi. dan rute.
(2) Dalarn pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum. Polri bertanggungjawab memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum.
(3) Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum, Polri bertanggung jawab menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku,
Pasal 14
Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan secara tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum waktu pelaksanaan.
BABV SANKSI
Pasal 15
Pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum dapat dibubarkan apabila tidak mcmenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 10, dan Pasal 11.
Pasal l6
Pelakuu atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan perbuatan melanggar hukum, dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
Penanggung jawab pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-undang ini dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku ditambah dengan 1/3 (satu per tiga) dari pidana pokok.
negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum yang telah memenuhi ketentuan Undang-undang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) adalah kejahatan. BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19
Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur khusus atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 20
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.