BAB VI PENUTUP
B. Saran
Bakat tidak muncul dengan sendirinya, bakat membutuhkan tidak sekedar wadah. Beberapa bakat memiliki syarat akan sarana dan prasarana. Hal ini akan mendukung seseorang untuk menemukan bakat yang ia miliki. Sarana seperti alat musik piano merupakan hal utama dalam menemukan bakat bermain piano.
c. Dukungan dan dorongan orang tua/keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama seseorang belajar bersosialisasi. Keluarga yang mendukung seseoranng mengembangkan bakat akan menjadi kekuatan dan juga motivasi tersendiri untuk seseorang dalam mengasah dan mengembangkan bakat yang dimiliki.
d. Lingkungan tempat tinggal
Selain keluarga, seseorang juga hidup di tengah masyarakat yaitu lingkungan tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal yang kondusif dan memberikan keleluasan untuk
mengekspresikan diri. Melalui kegiatan yang disenangi maka seseorang akan mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki tanpa ada rasa terbatas atau terhambat karena lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif. Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberikan rasa nyaman untuk seseorang dalam memaksimalkan diri untuk mengeksplor bakat yang dimiliki. e. Pola asuh orang tua
Pola asuh menjadi penting karena turut berperan dalam membetuk karakter seseorang. Selain karakter, pola asuh secara tidak langsung akan menjadi panutan seseorang dalam bertindak. Seseorang yang mendapatkan pola asuh yang baik, akan mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di sisi lain seseorang yang tidak mendapat pola asuh yang baik cenderung tidak memaksimalkan potensi dan tidak mendapat arahan yang sesuai.
Menurut Ali dan Asrori (2005: 81), individu yang memiliki bakat khusus akan memperoleh dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol.
Berdasarkan teori tersebut, bisa disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang yang merupakan pemikiran mandiri seseorang dan pengaruh yang ditimbulkan akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor ini berperan dalam berkembangnya suatu bakat seseorang. Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat dipastikan bahwa orang tersebut akan mampu memaksimalkan bakat yang dimilikinya.
4. Penggolongan Bakat
Bakat digolongkan menjadi dua kelompok menurut Maria (2016: 13), yaitu:
a. Bakat umum adalah potensi yang bersifat umum yang berkenaan dengan kemampuan intelektual seseorang. Bakat umum biasa diistilahkan dengan gifted. Seseorang yang memiliki bakat umum memiliki kemampuan intelegensi di atas rata (ber-IQ 12 atau lebih).
b. Bakat khusus atau talent adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang potensial dalam bidang tertentu, misalnya memiliki bakat khusus dalam bidang seni, olahraga, dan lain-lain.
Mulyaningtyas dan Yusup (2017: 11), mengungkapkan penggolongan bakat khusus, yaitu:
a. Bakat akademik khusus, adalah bakat dalam bidang angka, logika bahasa, dan lain-lain.
b. Bakat kreatif-produktif, adalah bakat untuk menciptakan suatu penemuan baru yang belum ada sebelumnya.
c. Bakat seni, adalah bakat yang berhubungan dengan seni. Bisa bersinggungan dengan bakat bermain musik, menari dan juga melakonkan peran.
d. Bakat kinestetik/psikomotorik, misalnya bakat dalam bulu tangkis, basket, sepak bola, dan lain-lain.
e. Bakat sosial, misalnya mahir dalam bernegosiasi, mahir dalam menawarkan produk, mahir dalam kepemimpianan, mahir dalam berpendapat, dan mahir mencari relasi atau koneksi.
Penggolongan bakat akan membantu seseorang memahami bakat yang dimiliki. Dengan mengetahui jenis bakat yang dimiliki, seseorang juga akan lebih terarah dan memaksimalkan diri untuk menggali dan mengasah bakat tersebut. Masing-masing bakat memiliki perhatian khusus yang berbeda untuk dapat ditimbulkan atau dimunculkan. Seseorang harus benar-benar memahami bakat apa yang terpendam di dalam dirinya agar bakat yang dimiliki tidak menjadi sia-sia karena tidak terarah.
B. Minat Menjadi Guru 1. Pengertian Minat
Dalam proses menjadi guru terdapat beberapa tahap yang harus dilalui seseorang. Tahap ini dimulai ketika lulusan SMA/SMK (calon
mahasiswa) memutuskan untuk masuk ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Setiap calon mahasiswa memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan fakultas yang sesuai dengan cita- cita atau profesi yang diinginkan. Dalam menentukan pilihan tersebut, calon mahasiswa cenderung memilih sesuai dengan minat yang dimiliki. Dalam bahasa Inggris, minat sering digambarkan dengan kata-kata interest atau passion. Interestbermakna suatu perasaan ingin memerhatikan dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan passion sama maknanya dengan gairah atau suatu perasaan yang kuat atau antusiasme terhadap sesuatu objek.
Penjabaran tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa minat yang dimiliki oleh sesorang merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi serta pembelajaran sehingga menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau mungkin suatu kegiatan tertentu (Sefrina, 2013: 21), kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2008: 151), suatu rasa lebih suka rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Bahri, 2011: 191), sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap (Makmun, 2015: 88). Minat tumbuh dengan tanpa paksaan dari pihak manapun. Minat merupakan dorongan berupa keinginan, rasa suka, dan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang yang terbentuk alami dan menyebabkan seseorang memiliki semangat sehingga tergerak untuk mempelajari, mengusahakan dan
melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan objek atau kegiatan yang diminati.
Menurut Hurlock (1999: 58), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sedangkan Winkel (1984: 30) mengemukakan minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam suatu bidang. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, minat tidak hanya merupakan rasa tertarik dari dalam diri seseorang tetapi juga suatu bentuk kemandirian seseorang dalam menegaskan perasaan ketertarikan dengan timbulnya niat untuk melakukan sesuatu tanpa suruhan dari pihak lain. Dengan memiliki minat, seseorang menjadi lebih bergairah untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diminati. Minat memberikan dampak seseorang untuk mau berusaha lebih untuk sesuatu yang diminati.
2. Unsur-Unsur Minat
Berdasarkan penjelasan Abdul Rahman Abror (1993: 112), minat terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:
a. Unsur kognisi (mengenal), dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut.
b. Unsur emosi (perasaan), karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).
c. Unsur konasi (kehendak), merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan.
Menurut Adityaromantika (2010: 12), seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:
a. Perhatian
Seseorang yang berminat apabila seseorang disertai adanya perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi semata-mata tertuju pada sesuatu objek. Jadi, seseorang yang berminat terhadap sesuatu objek pasti perhatiannya akan memusat terhadap objek tersebut.
b. Kesenangan
Perasaan senang terhadap sesuatu objek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang, seseorang merasa tertarik kemudian pada saatnya timbul keinginan yang dikehendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan objek tersebut.
c. Kemauan
Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan yang dikehendaki oleh akar pikiran. Dorongan ini akan melahirkan suatu perhatian terhadap suatu objek.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan, unsur-unsur minat dimulai dari pengetahuan atau informasi mengenai objek yang diminati. Pengetahuan ini nantinya akan diolah oleh diri seseorang yang akan menentukan apakah ia berminat atau tidak. Saat seseorang merasa senang terhadap objek tersebut maka mulai saat itu ia akan tertarik dan mulai mau atau berkehendak untuk melakukan hal-hal yang mengarah dan berpusat pada yang diminati. Unsur-unsur ini menjadi penting untuk melihat seseorang tersebut memiliki minat atau tidak terhadap sesuatu objek tertentu.
Berdasarkan beberapa teori di atas, terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam minat. Dapat disimpulkan terdapat 4 unsur dari kedua teori tersebut, yaitu: a). kognisi (mengenal) b). emosi/perasaan, c). konasi (kemauan/kehendak), d). perhatian. Dari keempat unsur ini, dapat dipahami indikator-indikator minat menjadi guru. Indikator tersebut adalah:
a. Mengetahui informasi mengenai profesi guru. b. Memiliki rasa ketertarikan untuk menjadi guru c. Merasa senang saat mengajar peserta didik d. Merasa tertarik dengan kehidupan di sekolah.
e. Memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan yang berguna untuk profesi guru.
f. Memiliki kehendak untuk berada di FKIP.
g. Mempunyai rencana untuk menjadi guru setelah menyelesaikan pendidikan guru.
h. Mau berdiskusi mengenai cara menjadi seorang guru yang baik. i. Memusatkan diri kepada informasi-informasi yang berkaitan
dengan keguruan.
j. Ingin lebih fokus mendalami ilmu mengenai pengajaran.
Indikator-indikator ini akan mampu menjadi penanda bagi seseorang yang memiliki minat menjadi guru.
3. Profesi Guru
Guru merupakan sebuah profesi yang mulia. Guru memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan generasi muda untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Istilah guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya pengajar, pendidik dan pengasuh dalam institusi pendidikan seperti sekolah atau trusyen (kelas bimbingan). Dalam pepatah Jawa, guru diartikan dengan ungkapan digugu lan di ditiru. Artinya, guru adalah orang harus selalu dapat ditaati dan diikuti (Kartono, 2006: 80). Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar karena secara langsung akan menjadi panutan bagi siswa.
Tanggung jawab yang besar tersebut sesuai dengan tugas guru yang tertera pada UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Salah satu tugas yang harus dilaksanakan guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah.
Sebuah sekolah tidak akan berjalan tanpa ada guru. Guru memiliki peranan penting dalam menjalankan proses pembelajaran. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memberikan
pelayanan demi meningkatkan kecerdasan bangsa. Menurut Hasbulah (2006: 45) sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didik, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkompeten di bidangnya. Guru yang berkompeten akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Oleh karena itu, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkompeten. Untuk menjadi guru, seseorang harus melalui syarat yang sudah ditetapkan.
4. Syarat Menjadi Guru
Pendidikan adalah sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Hamdani, 2011: 15). Guru merupakan komponen pelaksana pendidikan yang sangat penting. Karena peran yang sangat penting, maka seorang guru wajib memiliki 4 kompetensi sesuai dengan UU tentang Guru dan
Dosen No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yaitu : 1) Kompetensi Kepribadian, 2) Kompetensi Pedagogik, 3) Kompetensi Profesional, dan 4) Kompetensi Sosial. Kompetensi- kompetensi ini harus dimiliki oleh seorang guru.
Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional yang memerlukan orang-orang yang tepat dan sesuai diposisi tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2003: 118), seseorang yang menjadi guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Harus memiliki bakat sebagai guru, b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintregasi d. Memiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik
Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan, oleh karena itu guru harus memiliki persyaratan profesi termasuk kualifikasi minimum, yang dinyatakan dalam Pasal 44 ayat 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
“Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi yang sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani, rohani serta memiliki profesi”. Berdasakan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 29, syarat menjadi guru adalah memiliki (1) kualifikasi akademil pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), (2) latar belakang pendidikan yang sesuai dengan yang diajarkan, (3) sertifikat profesi sesuai dengan
tingkat pendidikan yang dimiliki. Syarat-syarat ini dibuat dengan tujuan terciptanya sebuah kualitas dari seorang guru sehingga kualitas ini akan memajukan pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Guru Sebagai Profesi
Profesi menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011: 6) adalah suatu pekerjaan khusus yang dilandasi dengan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan. Pengertian tersebut sejalan dengan kualifikasi guru yang tercantum pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.
Menurut Djamarah (2005: 56) tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan tugas ini, dapat dipahami bahwa profesi guru menuntut guru yang harus selalu berkembang dan tidak ketinggalan akan perubahan- perubahan yang selalu terjadi. Tuntutan ini diharapkan mampu membentuk gambaran seorang guru yang mengikuti perkembangan zaman peserta didik yang terus berkembang.
Menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011: 45) profesi guru di Indonesia menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mempunyai bakat sebagai guru b. Memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat dan berbadan sehat e. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas f. Mempunyai jiwa pancasila dan warga negara yang baik.
Guru sebagai profesi memiliki makna bahwa guru merupakan pekerjaan yang memiliki kualifikasi dan tuntutan yang harus dipenuhi. Ketika guru merupakan sebuah profesi, maka seorang guru juga harus siap dengan tuntutan profesionalitas dalam bekerja. Profesionalitas yang dituntut dari profesi guru tidak dapat disamakan dengan profesi lainnya. Ini disebabkan karena guru memiliki tugas yang bersinggungan dengan segala aspek kehidupan seseorang yang menjadi guru. Hal ini digambarkan dengan jelas dengan adanya 4 kompetensi wajib yang harus dimiliki seorang guru. Guru sebagai profesi memiliki arti mendalam mengenai kehidupan seorang guru.
Profesi guru merupakan profesi yang tidak mudah untuk dijalani dikarenakan guru akan menjadi teladan bagi siswa dan bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa. Profesi guru sudah sepantasnya dikatakan sebagai profesi yang mulia. Selain itu, pahlawan tanpa tanda jasa yang melekat pada profesi guru juga sudah tidak diragukan, mengingat bagaimana peran guru dalam mencerdaskan bangsa. Tugas seorang guru yang tidak mudah ini, harus dilandasi dengan kecintaan dan minat yang besar untuk menjadi seorang guru.
Minat seseorang untuk menjadi guru adalah wajib untuk mahasiswa FKIP yang merupakan calon guru. Menurut Ery (2012: 13)
minat menjadi guru adalah pemusatan pikiran, perasaan, kemauan atau perhatian seseorang terhadap profesi guru. Dengan demikian minat menjadi guru timbul berdasarkan respon positif individu. Respon positif ini dapat diartikan sebagai proses mencari informasi mengenai hal yang disenangi. Ditambahkan oleh Rohman (2013: 62), minat menjadi guru adalah suatu faktor internal atau dari dalam pribadi individu yang mendorong dan mempengaruhi tingkah laku seseorang atau individu yang merasa tertarik dan ingin mewujudkan keinginannya menjadi guru. Di sisi lain menurut Nurlatifah, D (2014: 38) minat menjadi guru adalah ketertarikan seseorang terhadap profesi guru sehingga membentuk dirinya layaknya seorang guru dan mampu meluangkan segala waktu dan tenaga untuk mewujudkan impiannya menjadi guru. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru merupakan sebuah sikap yang menunjukkan keinginan seseorang untuk mencari informasi, mendalami, memahami dan melakukan usaha-usaha untuk menjadi seorang guru yang berawal dari rasa ketertarikan dari dalam diri seseorang akan profesi guru. Keinginan tersebut adalah bentuk ketertarikan yang terbentuk dari dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh dan tanpa adanya paksaan dari pihak luar ataupun faktor-faktor tertentu. Seseorang yang memiliki minat menjadi guru akan merasa senang apabila bisa berprofesi sebagai guru yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada suatu jenjang pendidikan formal.
C. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Prestasi belajar adalah hasil akhir yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Prestasi belajar mahasiswa FKIP digambarkan melalui besarnya Indeks Prestasi (IP) yang didapat dari hasil belajar selama satu semester. Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dengan bilangan yang disebut IP. Berdasarkan Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma (2012: 30) besar IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan; atau dinyatakan dengan rumus:
∑ ∑
Proses pemberian nilai pada suatu mata kuliah adalah proses penetapan taraf kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah tersebut. Hasil pengukuran taraf pencapaian kompetensi mahasiswa dinyatakan dalam bentuk skor.
Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan dengan huruf (Huruf Mutu (HM)): A, B, C, D, E dan F masing-masing dengan bobot kuantitatif (Angka Mutu (AM)) dalam angka 0-4. Informasi mengenai kategori nilai tertera pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa
Huruf Mutu Angka Mutu Arti
A Ekuivalen dengan bobot 4 Amat baik
B Ekuivalen dengan bobot 3 Baik
C Ekuivalen dengan bobot 2 Cukup
D Ekuivalen dengan bobot 1 Kurang
E Ekuivalen dengan bobot 0 Jelek
Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari seluruh mata kuliah yang ditempuh. Indeks Prestasi Kumulatif adalah penghitungan IP dengan menggabungkan semua mata kuliah yang telah ditempuh sampai suatu semester tertentu. FKIP sebagai fakultas, adalah unsur pelaksana universitas yang mengkoordinasi dan/atau melaksanakan pendidikan akademik, dan/atau pendidikan profesi serta vokasi dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni tertentu. Program sarjana adalah program pendidikan tinggi yang diselenggarakan dengan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS), yang dijadwalkan untuk 8 semester. Jumlah satuan kredit mahasiswa yang merupakan calon guru untuk Program Sarjana (S-1) berkisar antara 144-160 dan untuk Program Diploma III (D-III) berkisar antara 110-120.
Nurman dkk, (1994: 15) menyatakan bahwa Indeks Prestasi berguna membantu meramalkan keberhasilan mahasiswa dimasa yang akan datang. Nilai yang diperoleh mahasiswa dapat dipakai sebagai petunjuk untuk melanjutkan pelajaran pada semester atau tingkat yang lebih tinggi. Indeks
Prestasi juga dapat dimanfaatkan untuk menilai keberhasilan mahasiswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan mata kuliah yang diambilnya. Lebih jauh lagi bahwa prestasi mahasiswa di perguruan tinggi dapat turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik sekaligus menentukan masa depannya.
D. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi suatu bakat adalah minat (Ali dan Asrori, 2005: 8). Minat merupakan dorongan berupa keinginan dan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang. Minat mampu menggerakkan seseorang untuk berusaha lebih dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki minat. Rasa ketertarikan dari seseorang, menjadi bukti nyata adanya sebuah minat. Rasa tertarik dari dalam diri seseorang untuk menjadikan guru sebagai profesi yang diinginkan disebut minat menjadi guru.
Minat menjadi guru adalah keinginan dan rasa tertarik berupa dorongan dari dalam diri seseorang untuk berprofesi sebagai guru yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada suatu jenjang
pendidikan formal. Minat menjadi guru adalah hal yang seharusnya dimiliki mahasiswa FKIP sebagai calon guru.
Mahasiswa yang memilih FKIP sebagai jurusan diharapkan memiliki minat menjadi guru. Minat menjadi guru yang dimiliki mahasiswa akan menjadi kekuatan mahasiswa untuk berproses selama perkuliahan berlangsung. Minat yang berwujud rasa ingin tahu yang dimiliki mahasiswa, berdampak pada semangat belajar mahasiswa. Semangat belajar yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Kurniasari (2016: 55) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat menjadi guru terhadap kesiapan mengajar.
Kesiapan dalam mengajar menunjukkan seseorang memiliki bakat keguruan. Hal ini tentu akan memberikan nilai lebih bagi mahasiswa yang memiliki minat menjadi guru. Bakat keguruan yang merupakan potensi yang masih harus dikembangkan dan dilatih akan menjadi hal yang sesuai apabila berada di FKIP. Hal ini dikarenakan, selama proses perkuliahan FKIP akan membekali dan mengasah bakat keguruan mahasiswa. FKIP menjadi wadah yang dapat digunakan mahasiswa untuk menyalurkan minat yang dimiliki.
Hubungan yang diberikan oleh minat menjadi guru dengan bakat keguruan terletak pada tindakan dan usaha yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan adanya minat menjadi guru, maka mahasiswa