• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi protozoa hingga tingkat spesies.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui epidemiologi dari vektor protozoa parasitik sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.

3. Pemeriksaan endoparasit diharapkan menjadi pemeriksaan wajib pada uji laboratorium di karantina hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahantarig A, Trinachartvabit W, Milne JR. 2008. Tick-Borne Pathogens And Disease of Animals And Humans in Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health 39(6):1015-1027.

Aikawa M, Sterling CR. 1974. Intracellular Parasitic Protozoa. New York : Academic Press, Inc.

Anonim. 2008. Anjing. http://id.wikipedia.org/wiki/anjing [24 Juli 2008].

Anonim[a]. 2009. Persyaratan dan Prosedur Karantina Hewan. http://karantina.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=4&Itemid=3 [12 Juni 2009].

Anonim[b]. 2009. Tipe Rambut pada Anjing. http://triakoso.blog. unair.ac.id/ 2008/07/02/tipe-rambut-pada-anjing [21 Oktober 2009].

Anonim[c]. 2009. http://upload.wikimedia.org/wikipedia /commons/ thumb/5/52/ babesia_spp.jpg/10px-Babesia_spp.jpg [21 Oktober 2009].

Anonim[d]. 2009. http://www.insecta.ufv.br/Entomologia/ent/disciplina/ ban% 2016 /Importancia% 20medica/anaplasma.jpg [21 Oktober 2009].

Anonim[e]. 2009. http://w3.ufsm.Br/parasitologia/imagesendo /haemobartonella1. jpg [21 Oktober 2009].

Ashadi G, Handayani SU. 1992. Protozoologi Veteriner I. Bogor: IPB.

Baker JR. 1982. The Biology of Parasitic Protozoa. London: Edward Arnold Limited.

[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2009. Persyaratan dan prosedur karantina hewan.http://karantina.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view= article&id=4&Itemid=3 [12 Juni 2009].

Budiana NS. 2007. Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kreier JP, Baker JR. 1991. Parasitic Protozoa. California: Academic Press, Inc.

Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner, penerjemah: Gatut Ashadi, Wardiarto, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rajput ZI, Hu Song-hua, Arijo AG, Habib M, Khalid M. 2005. Comparative study of Anaplasma parasites in tick carrying buffaloes and cattle. [terhubung berkala]. http: www.google.co.idsearchhl=id&client=firefox- a&channel=s&rls=org.mozillaenUSofficial&hs=e7s&q=the+different+of+a naplasma+dan+haemobartonella&start=10&sa=N [23 Oktober 2009].

Sparagano OAE, Vos AP de, Paoletti B, Camma` C, Santis P de, Otranto D, Giangasperoet A. 2003. Molecular Detection of Anaplasma platys in Dogs Using Polymerase Chain Reaction And Reverse Line Blot Hybridization. J Vet Diagn Invest 15:527-534.

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tampubolon M. 1992. Petunjuk Laboratorium Protozoologi. Bogor: IPB.

Tampubolon M. 2004. Protozoologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Pusat Studi Ilmu Hayati; Institut Pertanian Bogor.

Torres FD. 2008. The Brown Tick, Rhipicephalus sanguineus (Latreille, 1806): From Taxonomy to Control 152: 3-4. [terhubung berkala].  http://www.sciencedirect.com/science? Ob=ArticleURL& [3 November 2009].

Yabsley MJ, McKibben J, Macpherson CN, Cattan PF, Cherry NA, Hegarty BC, Breitschwerdt, O’Connor T, Chandrashekar R, Paterson T, Perea ML, Ball G, Friesen S, Goedde J, Henderson B, Sylvester W. 2008. Prevalence of Ehrlichia canis, Anaplasma platys, Babesia canis vogeli, Hepatozoon canis, Bartonella vinsonii berkhoffii, and Rickettsia spp. In dogs from Grenada. Vet Parasitol 151:279-285. [terhubung berkala]. http://www.sciencedirect.com/science? Ob=ArticleURL& [3 November 2009].

Lampiran 1 Identifikasi protozoa

Tanggal Masuk Asal

Negara

Nama anjing

Parasit darah

Babesia Anaplasma Haemobartonella

2 Juli 2008 Belanda Anora Negatif Negatif Negatif

3 Juli 2008 USA Cookie Positif Negatif Negatif

3 Juli 2008 Korsel Baram Positif Negatif Negatif

5 Juli 2008 Perancis Alex Positif Negatif Negatif

8 Agustus 2008 Malaysia NN Negatif Negatif Negatif

3 Juli 2008 Korsel Ryan Negatif Negatif Negatif

5 Juli 2008 Perancis Bubble Negatif Negatif Negatif

30 Juni 2008 USA Laundry Negatif Negatif Negatif

5 Juli 2008 Belanda Anonk Negatif Negatif Negatif

Juni 2008 Swiss Leo Negatif Negatif Negatif

30 Juni 2008 USA Moka Negatif Negatif Negatif

14 Agustus 2008 UEA Snoopy Negatif Positif Negatif

Agustus 2008 Indonesia Tag Negatif Positif Negatif

10 September 2008 Thailand Simba Positif Positif Negatif

9 September 2008 Brazil Alphie Negatif Negatif Negatif

September 2008 Singapura Brandy Positif Negatif Positif

10 September 2008 USA Amelia Positif Negatif Negatif

November 2008 Jerman Peggy Positif Positif Negatif

7 Agustus 2008 USA Ginseng Negatif Negatif Negatif

9 September 2008 Brazil Pepe Negatif Negatif Negatif

5 Agustus 2008 Mesir Miki Negatif Negatif Negatif

Agustus 2008 USA Collete Positif Negatif Positif

1 Juli 2008 USA Smoocie Positif Negatif Negatif

5 Agustus 2008 Mesir Mozemo Negatif Negatif Negatif

15 Agustus 2008 Singapura Puffy Negatif Negatif Negatif

8 November 2008 Serbia Minol Negatif Negatif Negatif

13 November 2008 Mesir Maddy Negatif Negatif Negatif

13 November 2008 Slovakia Matador Negatif Negatif Negatif

10 Desember 2008 Taiwan Mickey Negatif Negatif Negatif

Lampiran 2 Data anjing berdasarkan tipe rambut

No Nama Ras Tipe Rambut Status Infeksi

1 Anora Watter Hound Rambut panjang Negatif

2 Cookie Shih Tzu Rambut panjang Positif

3 Baram Mini Pincher Rambut pendek Positif

4 Alex Brangue Rambut pendek Positif

5 NN Sheltie Rambut panjang Negatif

6 Ryan Shih Tzu Rambut panjang Negatif

7 Bubble Shih Tzu Rambut panjang Negatif

8 Laundry Bichon trise Rambut panjang Negatif

9 Anouk Friese Shaby Rambut pendek Negatif

10 Leo Teckel Rambut pendek Negatif

11 Mocca Shih Tzu Rambut panjang Negatif

12 Snoopy Crosbreed Rambut panjang Positif

13 Tag Teckel Rambut pendek Positif

14 Simba Golden Retreiver Rambut panjang Positif

15 Alphie Penbroke Corgy Rambut pendek Negatif

16 Brandy Shih Tzu Rambut panjang Positif

17 Amelia Cooker Spaniel Rambut panjang Positif

18 Peggy Rottweiler Rambut pendek Positif

19 Ginseng Japanese Chin Rambut panjang Negatif

20 Pepe Labrador Retreiver Rambut normal Negatif

21 Miki Pomerian Rambut panjang Negatif

22 Collete Poodle Rambut panjang Positif

23 Smoocie Yorkshire Terrier Rambut panjang Positif

24 Mozemo Yorkshire Terrier Rambut panjang Negatif

25 Puffy Shih Tzu Rambut panjang Negatif

26 Minol Rottweiler Rambut pendek Negatif

27 Maddy Fox Terrier Rambut pendek Negatif

28 Matador Dobermann Rambut normal Negatif

29 Mickey Maltese Rambut panjang Negatif

ABSTRAK

SUPRIYONO DWI ATMOJO. Identifikasi Protozoa Parasit Darah pada Anjing (Canis sp.) Ras Impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. Dibimbing oleh SRI UTAMI HANDAJANI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis protozoa parasit darah yang terdapat pada anjing ras impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. Sebanyak 30 ekor anjing diambil darahnya untuk dibuat preparat ulas darah dan diwarnai dengan pewarna Giemsa. Pengamatan parasit darah menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap 30 preparat ulas darah anjing, diketahui sebanyak 11 preparat ditemukan protozoa parasit darah. Parasit darah yang ditemukan antara lain dari genus Babesia, Anaplasma dan Hemobartonella. Penularan protozoa parasit darah sangat berhubungan dengan adanya vektor Arthropoda yaitu caplak (Rhipicephalus sanguines). Dari pengamatan tersebut, diketahui bahwa dari 11 preparat ulas darah, 7 diantaranya diambil dari anjing yang memiliki tipe rambut panjang, sehingga tipe rambut menjadi salah satu faktor predisposisi infeksi protozoa parasit darah.

Kata Kunci: Anjing Ras Impor, Protozoa Parasit Darah, Caplak Anjing, Karantina Anjing

IDE

A

K

ENTIFIKA

ANJING (C

KARANT

FAK

IN

ASI PRO

Canis sp.)

TINA PER

SUPRIY

KULTAS

NSTITUT

OTOZOA

) RAS IM

RTANIAN

YONO DW

KEDOK

T PERTA

BOGO

2010

PARASI

MPOR DI

N SOEKA

WI ATMO

KTERAN

ANIAN BO

OR

0

IT DARA

BALAI B

ARNO HA

OJO

HEWAN

OGOR

AH PADA

BESAR

ATTA

N

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hayati baik tumbuhan maupun hewan. Salah satu upaya pelestarian sumber daya alam hayati ini dilakukan dengan cara pencegahan tersebarnya penyakit atau hama baik itu yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar wilayah negara Republik Indonesia. Indonesia telah lama berpartisipasi dalam bidang perdagangan bilateral dengan negara-negara lain, khususnya bidang ekspor impor. Oleh karena itu, pada tahun 2001 terbentuklah Badan Karantina Pertanian, Organisasi eselon I di Departemen Pertanian melalui Keppres No. 58 tahun 2001. Tugas Pokok Badan Karantina adalah melaksanakan perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan hewan budidaya. Karantina Pertanian adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Ruang lingkup Karantina Pertanian meliputi karantina hewan dan karantina tumbuhan.

Pengamanan dan pengendalian penyakit hewan menular pada hewan, baik pada hewan ternak, hewan kesayangan maupun satwaliar berperan dalam menghindari kemungkinan terjadinya risiko penyakit hewan yang dapat ditimbulkan dari peralatan dan bahan, manusia, lingkungan dan atau media pembawa penyakit hewan lainnya yang dapat masuk ke dalam suatu wilayah. Oleh karena itu, tindakan pengamanan dan pengendalian penyakit hewan tersebut perlu didukung dengan tindakan biosekuriti terhadap media pembawa penyakit hewan yang masuk atau keluar dalam suatu lingkup wilayah. Kesehatan hewan meliputi urusan penolakan, pencegahan, pemberantasan penyakit hewan, baik secara massal maupun secara individual. Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak penularan dengan hewan tertular dan penyebaran penyakit.

Tindakan karantina diperlukan sebagai implementasi kegiatan biosekuriti suatu wilayah dalam upaya untuk mencegah penyebaran penyakit baik dalam lingkup antar daerah dalam suatu negara, regional, maupun internasional. Tindakan karantina ini berlaku untuk seluruh komoditas pertanian dan lalu lintas hewan baik itu yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Badan Karantina Hewan sebagai pelaksana untuk mengawasi seluruh aktivitas lalu lintas hewan di Indonesia.

Salah satu kegiatan lalu lintas hewan yang biasa dilakukan adalah pengiriman hewan domestik secara lokal maupun regional, sebagai contohnya adalah hewan anjing. Anjing merupakan mamalia karnivora yang telah lama mengalami domestikasi. Anjing juga telah menjadi sahabat manusia karena pola perilaku anjing yang bersifat sosial, cerdas, dapat dilatih dan setia. Saat ini di Indonesia telah banyak orang yang senang memelihara anjing bahkan sengaja mendatangkan dari luar negeri. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengawasan, pencegahan dan pengendalian terhadap kemungkinan masuknya agen penyakit dari luar negeri yang dibawa oleh hewan. Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan hingga yang berbahaya. Beberapa penyakit diantaranya menyerupai penyakit pada manusia, seperti diabetes, kanker, sakit gigi, epilepsi dan artritis. Tetapi sebagian lainnya merupakan penyakit khusus pada anjing. Seperti halnya mamalia, anjing juga rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara, kelembaban tinggi atau perubahan temperatur yang drastis. Penyebab kejadian penyakit yang umum terjadi pada anjing antara lain oleh virus dan parasit. Sedangkan pada penyakit parasit sendiri disebabkan oleh adanya infestasi parasit, baik ektoparasit maupun endoparasit. Parasit yang sering menyerang bagian tubuh anjing bagian luar adalah berbagai jenis kutu, tungau, dan caplak yang diantaranya bisa menjadi vektor endoparasit.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis protozoa parasit darah yang terdapat pada anjing ras impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta.

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai endoparasit terutama protozoa darah yang terdapat pada anjing ras impor di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta dan sebagai pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap anjing-anjing yang masuk ke dalam karantina hewan sehingga dapat ditindaklanjuti baik dari segi pencegahan maupun penanggulangannya.

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Anjing

Menurut Linnaeus (1758), secara umum anjing dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Carnivora Famili : Canidae Genus : Canis Spesies : Canis lupus

Subspesies : Canis lupus familiaris

Di seluruh dunia terdapat lebih dari 800 jenis anjing ras (anjing trah) yang diakui oleh Kennel Club di berbagai negara. Istilah "anjing trah murni" hanya berlaku untuk beberapa generasi tertentu anjing, karena sebenarnya semua anjing ras berasal dari anjing campuran.

Sebagian organisasi anjing ras sudah menetapkan standar untuk suatu ras (trah) secara lebih longgar. Seekor anjing sudah bisa dimasukkan sebagai anggota ras bila memiliki 75% dari karakteristik yang harus ada pada ras tersebut. Pertimbangan yang sama tentang standar anjing ras juga diberlakukan dalam pameran anjing. Anjing ras murni yang menjuarai pameran anjing juga kadang- kadang tidak luput dari gangguan genetik akibat efek perkawinan antarkerabat. Walaupun demikian, masalah ini tidak hanya terbatas pada anjing ras murni saja tetapi bisa juga berlaku pada populasi anjing campuran. Keuntungan memelihara anjing ras adalah tingkah laku dan bentuk fisik yang bisa diduga dengan lebih akurat. Anjing Labrador Retriever umumnya senang bermain air, sedangkan Beagle pastinya sangat tertarik dengan berbagai bau-bauan. Sebaliknya, bentuk fisik dan tingkah laku anjing campuran sulit diduga dan kadang-kadang sangat unik (Anonim 2006).

Munculnya klub anjing di beberapa negara membantu mengelompokkan anjing menurut kegunaannya. Ada beberapa organisasi anjing yang dipakai sebagai acuan penggemar anjing di dunia, seperti United Kennel (UK), American Kennel Club (AKC), Federation Cynologique Internationale (FCI), dan Australian National Kennel Club (ANKC). Sebanyak 400 jenis anjing telah direkomendasikan sebagai anjing ras atau trah di seluruh dunia.

Penggolongan setiap klub berbeda-beda, Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin), organisasi anjing di Indonesia mengacu pada peraturan FCI sehingga kontes yang diselenggarakan di tanah air pun memakai pedoman yang telah ditetapkan FCI. Namun untuk mempermudah penjelasan masing-masing breed, akan diuraikan berdasarkan United Kennel (UK) yang mengelompokkan anjing dalam 7 kelompok besar, yakni hound, gundog, terrier, working, utility, toy dan pastoral (Budiana 2007).

2.2 Protozoa Parastitik 2.2.1 Morfologi

Protozoa merupakan organisme bersel tunggal, dimana pada beberapa spesies mempunyai lebih dari satu nukleus (inti) pada bagian atau seluruh daur hidupnya. Protozoa merupakan eukaryotik dengan inti yang diselubungi oleh membran (selaput). Protozoa tersusun dari organela-organela yang berdeferensiasi (Levine 1990).

Protozoa memiliki ukuran mikroskopis dan bentuk tubuh yang bervariasi. Bentuk protozoa parasitik lebih kecil daripada protozoa bebas (Tampubolon 2004). Komponen dasar dari protozoa adalah inti dan sitoplasma. Inti protozoa mempunyai berbagai bentuk, ukuran dan struktur. Komponen penting inti protozoa adalah membrana inti, kromatin, plastin dan nukleoplasma atau cairan inti. Secara struktural inti dibagi menjadi dua tipe yaitu, vesikuler dan kompak. Inti vesikuler terdiri dari membrana inti yang kadang-kadang sangat lembut tetapi jelas nukleoplasma, akromatin dan kromatin. Di sarnping itu badan intranuklear biasanya agak bulat, tersusun dari kromatin, nukleolus atau plasmasoma. Sebaliknya inti kompak mengandung banyak substansi kromatin dan sedikit jumlah nukleoplasma, karena itu bersifat padat. Sitoplasma protozoa tidak

berbeda kepentingannya dari sitoplasma hewan multiseluler. Sitoplasrna protozoa berisi berrnacam-macam organela, diantaranya retikulum endoplasma dan ribosorna seperti pada sel eukaryotik lain. Pada mitokondrianya, krista berbentuk tubuler lebih banyak daripada yang berbentuk piringan seperti yang terdapat pada organisme yang lebih tinggi, serta organel yang lain seperti aparat Golgi, vakuola kontraktil, zat cadangan seperti glikogen, vakuola makanan dan silia atau flagela (Tampubolon 2004).

Menurut Levine (1990) protozoa bergerak dengan flagela, silia, pseudopodia (kaki palsu), selaput undulasi atau lainnya. Flagela adalah organela yang menyerupai cambuk tersusun oleh aksonema sentral dan selubung luar.. Flagela ditemukan pada Flagellata, beberapa Amoeba dan gamet jantan dari beberapa Apicomplexa. Silia adalah flagela yang kecil, silia umumnya tersusun berjajar sehingga mirip seperti bulu mata. Satu atau lebih jajaran silia longitudinal dapat bergabung membentuk selaput undulasi atau seberkas silia dapat bergabung untuk membentuk suatu sirus. Pseudopodia sedikit banyak merupakan alat gerak sementara yang dapat dibentuk dan ditarik apabila dibutuhkan. Lobopodia merupakan pseudopodia yang relatif lebar dengan lapisan luar yang tebal dan banyak cairan di dalamnya. Filopodia adalah langsing, kaki palsu hialin, Miksopodia, rizopodia, atau retikulopodia merupakan kaki palsu yang berfilamen dengan lapisan dalam yang padat dan lapisan luar yang lebih encer di mana terjadi sirkulasi granuler. Aksopodia merupakan kaki palsu langsing yang tidak terdapat cabang rnaupun anastomosa, mempunyai filamen aksial (pipa fibriler) dan selaput luar tipis dari sitoplasma yang encer. Tepi yang mengombak memanjang pada permukaan luar tubuh memungkinkan untuk tipe gerak yang menggelinding pada beberapa protozoa Apicomplexa, misalnya Gregarina. Protozoa Apicomplexa lain, misalnya Coccidia, sanggup mengelinding tanpa sebab yang nyata. Rupanya mikrotubulus subpelikuler yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron yang berperan, tetapi tidak ada yang tahu bagaimana fungsinya. Gerakan dapat juga dihasilkan dari pembengkokan, menggertak atau meliukkan seluruh tubuh. Agaknya mikrotubulus atau mikrofibil juga melakukan hal yang sama (Levine 1990).

2.2.2 Reproduksi dan Siklus Hidup

Reproduksi pada protozoa dapat terjadi secara seksual atau aseksual pada protozoa. Pembelahan biner merupakan tipe reproduksi aseksual yang biasanya terdapat pada flagellata, Amoeba dan ciliata; inti membagi 2 dan tubuh melakukan hal yang sama. Pada pembelahan multiple atau skizogoni, inti membelah berulang-ulang, sitoplasma bergabung mengelilingi setiap inti dan kemudian sitoplasma membelah. Sel yang sedang membelah dikenal sebagai skizon, meron, agamon, atau segmenter dan sel-sel anak adalah zoite, skizozoite, atau merozoite (Levine 1990).

Endodiogeni merupakan tipe istimewa dari pembelahan biner dimana 2 sel anak terbentuk di dalam sel induk dan kemudian memecah keluar dengan merusakkannya. Endopoligeni merupakan tipe yang sama dengan skizogoni. Tipe ke-3 dari pembelahan aseksual adalah tunas, dimana sel anak yang kecil secara individu memisahkan dari sisi induk dan kemudian tumbuh menjadi berukuran penuh. Pembelahan inti yang vesikuler atau inti mikro biasanya melalui mitosis, sedangkan pembelahan inti makro secara amitosis (Levine 1990).

Menurut Levine (1990) protozoa parasit memiliki dua tipe reproduksi seksual, yaitu konjugasi dan singami. Pada konjugasi, yang umumnya terdapat pada Ciliata, dua individu sementara mendekat satu sarna lain dan bergabung sepanjang bagian tubuh. Inti makro berdegenerasi dan inti mikro membelah beberapa kali. Salah satu bakal inti haploid hasil pembelahan ini beralih dari satu konjugan ke dalam konjugan lain. Kemudian konjugan-konjugan tersebut memisah, bakal inti bergabung dan terjadi regenerasi inti.

Pada singami terbentuk dua gamet haploid yang bergabung membentuk suatu zigot. Gamet-garnet itu mungkin mirip satu sama lain, dalam hal ini disebut isogami, atau mereka mungkin berbeda, dalam hal ini dikatakan anisogami. Pada kasus yang disebut terakhir gamet yang lebih kecil adalah mikrogamet dan yang lebih besar makrogamet. Gamet-gamet diproduksi oleh sel khusus (gamon); yang memproduksi mikrogamet adalah mikrogamon atau mikrogametosit dan yang memproduksi makrogamet adalah makrogamon atau makrogametosit. Proses pembentukan gamet itu disebut gametogoni. Zigot dapat atau tidak melaksanakan pembelahan melalui pembelahan multipel untuk membentuk sejumlah sporozoit.

Beberapa protozoa membentuk kista atau spora yang resisten. Suatu kista dibentuk ketika dinding yang tebal dibentuk mengelilingi seluruh organisme. Suatu spora dibentuk di dalam organisme dengan membentuk dinding tebal mengelilingi satu atau lebih individu. Proses ini dikenal sebagai sporogoni, biasanya setelah singami. Tiap spora mengandung satu atau lebih organisme individu atau sporozoit. Bentuk vegetatif, stadium bergerak dari protozoa disebut trofozoit (Levine 1990).

Kista dibentuk protozoa pada kondisi suhu yang optimum, penguapan, perubahan pH, kandungan oksigen yang cukup dan kelembaban yang mendukung (Tampubolon 2004).

2.2.3 KIasifikasi Protozoa

Protozoa diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama, yaitu filum Sarcomastigophora (memiliki flagela, pseudopodia atau kedua tipe organel lokomosi, tidak membentuk spora), filum Apicomplexa (memiliki komplek apikal, tidak memiliki silia dan flagela, seringkali ada kista dan bersifat parasit), filum Microspora (memiliki spora, pada invertebrata dan vertebrata berderajat rendah), filum Myxospora (memiliki spora, parasit pada vertebrata berderajat rendah terutama ikan) dan filum Ciliophora (memiliki silia, hampir semua jenisnya hidup bebas) (Levine 1990).

Terdapat sekitar 64.000 spesies protozoa telah diberi nama. Sebagian besar protozoa ini hidup bebas, namun kurang lebih 7.000 spesies merupakan parasit pada bermacam-macam hewan. Protozoa parasitik tidak hanya ditemukan pada hewan ternak dan hewan kesayangan, tetapi dapat ditemukan juga pada hewan laboratorium dan satwa liar (Ashadi & Handayani 1992).

Menurut Levine (1990), anjing dapat terinfeksi berbagai jenis protozoa yang beredar di dalam darah, antara lain Trypanosoma rangeli, Hepatozoon canis, dan Babesia canis. Trypanosoma rangeli terdapat di dalam plasma darah, Hepatozoon canis di dalam sel darah putih dan Babesia canis di dalam sel darah merah. Trypanosoma rangeli terdapat di dalam darah anjing, kucing dan kera serta berbagai mamalia liar di Amerika Selatan bagian utara dan Amerika Tengah. T. rangeli ditularkan dengan pencemaran tinja yang berasal dari kumbang

pencium, Trypanosoma ini tidak patogen, sedangkan Trypanosoma cruzi yang kadang-kadang menginfeksi hewan yang sama, cukup patogen. Hepatozoon canis terdapat pada anjing dan karnivora lain di Asia, Afrika dan Italia. Parasit ini ditularkan oleh caplak coklat anjing, Rhipicephalus sanguineus. Infeksi terjadi bila caplak yang mengandung Hepatozoon termakan oleh induk semang mamalia. Babesia canis terdapat pada anjing di seluruh dunia, tetapi jarang di Amerika Serikat. Parasit ini ditularkan oleh gigitan caplak sebagai vektor dan vektor yang terpenting adalah Rhipicephalus sanguineus. Karena vektor dari semua protozoa ini adalah artropoda subtropis dan tropis, maka protozoa itu terutama terdapat di daerah subtropis dan tropis, epidemiologi mereka ditentukan oleh ekologi

Dokumen terkait