• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini, penulis mencoba memberikan beberapa saran kepada pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan dalam transaksi valuta asing, agar bisa menjaga nilai-nilai yang ada pada hukum Islam. Agar tidak terjadi spekulasi dalam transaksi valuta asing, stabilitas nilai rupiah pun tetap terjaga. Dan juga kepada Bank Syariah yang memfasilitasi seluruh transaksi perbankanyang mengacu pada regulasi perbankan yang ada di Indonesia dan fatwa yang ditetapkan oleh DSN agar tetap bisa Istiqomah dalam menjaga nilai-nilai Islam dengan tetap memegang teguh prinsip kehati-hatian, agar perekonomian Islam di Indonesia semakin maju.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Kementrian Keuangan RI. Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal Sekuritas Syariah (Efek Beragun Aset Syariah). Jakarta: Kementrian Keuangan RI, 2010. Rohaety Eti, Tresnati Ratih. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005. Azharuddin Lathif. Fiqh Muammalat. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.

Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia. Bank Syari’ah: Konsep Produk dan Implementasi Operasional. Jakarta: Djambatan, 2001. Risk Manajemen Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko

Level-1. Jakarta: Risk Manajemen Center Indonesia, 2005.

Berlianta, Heli Charisma. Mengenal Valuta Asing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.

Nurul, Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Nadya, Amla Eva. “Peluang dan Tantangan Pengembangan Produk Valas di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Adiwarman Karim. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers,

2011.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara. Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Nani Triwahyuni. “Pelaksanaan Analisis Pemberian Kredit di PT. Bank HAGA Cabang Semarang”. Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Semarang, 2008.

Kasmir. Manajemen Perbankan . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Wawancara:

Website:

Artikel diakses pada tanggal 15 November 2014 dari http://ilmuperbankan.blogspot.com/.

Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat. Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-and-misi Artikel diakses pada tanggal 06 Maret 2015 dari

http://www.bankmuamalat.co.id/layanan/international-banking

1. Bagaimana mekanisme transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia? Jawaban:

Transaksi forex di Bank Muamalat Indonesia didasarkan pada kebutuhan nasabah dan ketentuan dari DSN. Produk yang ada berkisar dari Spot, Tomorrow atau today, bergantung kepada kondisi dan kebutuhan nasabah. Mekanisme transaksinya yaitu sebagai berikut:

a. Nasabah menghubungi dealing room (treasury sales) untuk konfirmasi rate.

b. Treasury Sales (TS) akan meminta rate kepada forex dealer. c. Forex dealer akan mengecek rate ke market.

d. Forex dealer memberikan rate yang dapat diberikan kepada treasury sales, sudah termasuk spread untuk laba Bank Muamalat Indonesia.

e. Treasury sales memberikan rate tersebut kepada nasabah, apabila deal, maka transaksi dapat dijalankan.

f. Nasabah wajib menjalankan transaksi setelah deal.

g. Setelah deal, forex dealer akan melakukan squaring ke market.

h. Nasabah datang ke counter untuk melakukan transaksi, dengan dokumen-dokumen yang diperlukan.

melakukan konfirmasi kembali kepada nasabah.

Adapun settlement flow nya sebagai berikut:

a. Dari teller, transaksi nasabah akan dilanjutkan ke back office. Jika transaksi tersebut merupakan remittance, back office akan meneruskan transaksi ke International Banking Operation (IBO).

b. Dari dealing room, setelah deal, deal ticket diteruskan ke IBO dan transaksi dijalankan atau settle disana.

2. Apakah terdapat syarat khusus yang ditentukan oleh Bank Muamalat Indonesia selain syarat dan ketentuan yang telah ditentukan oleh regulator? Jawaban:

a. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah patuh kepada regulator, yaitu bank sentral dan DSN. Implementasinya tentu saja mengacu kepada peraturan yang ditetapkan oleh mereka.

b. Syarat tersebut seperti nilai maksimum transaksi tanpa underlying per nasabah per bulan, underlying yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi jual beli forex, batasan transfer rupiah ke luar negeri dan lain-lain.

Jawaban:

a. Risiko dalam transaksi valas beragam, mulai dari risiko market, risiko counterpart, risiko operasional, dan risiko lainnya.

b. Untuk meminimalisir risiko market, Bank Muamalat Indonesia selalu melakukan squaring atas transaksi yang dilakukan dengan nasabah, sehingga terhindar dari fluktuasi market yang sering kali terjadi dan dapat menimbulkan risiko loss.

c. Risiko counterpart dapat diminimalisir dengan analisa dari financial institution division, dimana setiap counterpart Bank Muamalat Indonesia memiliki limit transaksi maksimal.

d. Risiko dengan nasabah dapat diminimalisir dengan memonitor kebiasaan transaksi nasabah dan jumlah dana yang dimiliki nasabah sehingga dapat diminimalisir kemungkinan default.

4. Apakah dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian khusus untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia terkait regulasi transaksi valas?

Jawaban:

Tidak ada, hanya penyesuaian terhadap produk funding dan financing apabila terkait.

Bagaimana Bank Muamalat Indonesia menyikapi kendala tersebut? Jawaban:

Kendala yang ditemui adalah sosialisasi ke cabang-cabang seluruh Indonesia dan Kuala Lumpur. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan training secara berkala.

6. Apakah penerapan ketentuan mengenai transaksi valas oleh Bank mempengaruhi volume transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia (jika dibandingkan dengan transaksi valas sebelum ketentuan tersebut ada)? Dan berapa persentase perubahannya?

Jawaban:

Tidak ada pengaruh signifikan dari ketentuan tersebut. Hal itu disebabkan transaksi yang dilakukan adalah transaksi riil berdasarkan kebutuhan dari nasabah.

7. Jenis transaksi underlying apa yang paling banyak digunakan dalam transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia (apakah kegiatan ekspor-impor barang, pembayaran jasa, pembayaran utang, pembayaran asset, kegiatan usaha dagang)? Seberapa banyak persentase transaksi yang dilakukan setiap bulannya?

b. Transaksi tersebut kurang lebih memberikan kontribusi 70% dari transaksi forex di Bank Muamalat Indonesia.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama I ndonesia no: 28/ DSN-MUI / I I I / 2002,

tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf). MENI MBANG :

1. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.

2. Bahwa dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandang ajaran I slam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain.

3. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran I slam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman MENGI NGAT :

“Firman Allah, QS. Al-Baqarah[ 2] : 275: “…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

“Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan I bnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri : Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)’ (HR. al-baihaqi dan I bnu Majah, dan dinilai shahih oleh I bnu Hibban).

“Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan I bn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum , sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”

“Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda: Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah

menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.

“Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin A rqam : Rasulullah saw melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).

“Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf : Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

MEMPERHATI KAN :

1. Surat dari pimpinah Unit Usaha Syariah Bank BNI no. UUS/ 2/ 878

2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423H/ 28 Maret 2002.

MEMUTUSKAN

Dewan Syari’ah Nasional Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF).

Pertama : Ketentuan Umum

Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).

2. Ada kebutuhan transaks atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).

4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.

dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.

2. Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pem belian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2× 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan

penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah). 3. Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga

spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

4. Transaksi OPTI ON yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unusru maisir (spekulasi).

Ketiga : Fatw a ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan

disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M

TENTANG

PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa salah satu tugas utama Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah;

b. bahwa Bank Indonesia tetap melaksanakan sistem devisa bebas yang selama ini berlaku;

c. bahwa dalam situasi keuangan global yang bergejolak perlu upaya untuk meminimalkan transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan spekulatif;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, dipandang perlu untuk mengatur ketentuan mengenai Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank dalam suatu Peraturan Bank Indonesia;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

-2- Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4901);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3844);

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMBELIAN

VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK.

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

-3- 2. Nasabah adalah :

a. perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau

b. badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia, berdomisili di Indonesia, dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Pihak Asing adalah : a. warga negara asing;

b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya;

c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap (permanent resident) negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia;

d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia; atau e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia. 4. Warga Negara Asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan selain Indonesia,

termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal di Indonesia.

5. Badan Hukum Asing atau lembaga asing lainnya adalah badan hukum atau lembaga asing yang didirikan di luar negeri .

6. Underlying transaksi adalah kegiatan yang mendasari pembelian valuta asing terhadap rupiah.

Pasal 2

(1) Nasabah atau Pihak Asing dapat melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank.

(2) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

(3) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan paling banyak sebesar nominal underlying transaksinya.

-4-

Pasal 3

(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah meliputi transaksi spot, transaksi forward, dan transaksi derivatif lainnya.

(2) Apabila Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah, Nasabah wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan;

b. fotokopi dokumen identitas Nasabah dan fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan

c. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang dari Nasabah mengenai kebenaran dokumen underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem perbankan di Indonesia.

Pasal 4

(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Pihak Asing meliputi transaksi spot outright. Transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh Bank.

(2) Apabila Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing, Pihak Asing wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan; dan

b. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang dari Pihak Asing atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing mengenai kebenaran dokumen underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen…

-5-

dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem perbankan di Indonesia.

Pasal 5

Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tanpa underlying hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing.

Pasal 6

Bank yang melayani pembelian valuta asing oleh Nasabah atau Pihak Asing sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, wajib meminta surat pernyataan dari Nasabah atau dari Pihak Asing, bermaterai cukup atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing yang menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap rupiah tidak lebih dari USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing dari seluruh sistem perbankan di Indonesia.

Pasal 7

Bank wajib menatausahakan dokumen underlying transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.

Pasal 8

Bank bertanggungjawab terhadap kelengkapan persyaratan yang disampaikan oleh Nasabah atau Pihak Asing.

Pasal 9

Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap pelanggaran atas Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2), Pasal 4, dan Pasal 5.

-6- Pasal 10

Transaksi yang sedang berjalan sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini dan belum jatuh tempo setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, tidak tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 11

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 13 November 2008, kecuali ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf c, Pasal 4 ayat (2), dan Pasal 7 mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 2008.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 12 November 2008

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BOEDIONO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 12 November 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 172 DPD

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 28 /PBI/2008

TENTANG

PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK

I. UMUM

Pengaturan ini tetap berlandaskan pada sistem devisa bebas yang berlaku selama ini, dimana setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan devisa, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Ketentuan ini bukan merupakan kebijakan kontrol devisa atau kontrol kapital yang membatasi arus modal lintas negara, melainkan hanya mengatur tata cara perolehan devisa melalui bank dengan memenuhi persyaratan tertentu, tanpa membatasi kebebasan pelaku ekonomi atas penggunaan devisa yang dimiliki.

Sebagai lembaga yang memiliki tugas utama mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia berupaya meminimalkan transaksi valuta asing terhadap rupiah yang bersifat spekulatif. Langkah kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas nilai rupiah sehingga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas.

-2- Pasal 3

Ayat (1)

Termasuk dalam pengertian transaksi spot adalah transaksi today dan tomorrow. Pengertian transaksi derivatif lainnya termasuk namun tidak terbatas pada transaksi options.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 4

Ayat (1)

Termasuk dalam pengertian transaksi spot outright adalah transaksi today dan tomorrow. Tidak termasuk transaksi derivatif dengan kombinasi transaksi spot.

Ayat (2) Huruf a

Dalam hal underlying adalah surat berharga, maka nilai nominal underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah adalah sebesar nilai surat berharga ditambah kupon, capital gain, dan penerimaan terkait lainnya.

Dalam hal underlying adalah pemberian kredit, maka nilai nominal underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah adalah sebesar nilai pokok ditambah bunga dan penerimaan terkait lainnya.

Dalam hal Pihak Asing melakukan repatriasi maka berlaku ketentuan yang mengatur mengenai penanaman modal.

Huruf b

Cukup jelas.

-3-

Pasal 5

Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tersebut dihitung secara gross dan bersifat kumulatif.

Contoh 1:

Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah A yang melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar) kepada Bank X dan pada tanggal yang sama Nasabah tersebut juga melakukan penjualan valas terhadap rupiah sebesar USD25.000 (dua puluh lima ribu US Dollar), maka perhitungan jumlah pembelian valas yang telah dilakukan oleh Nasabah A pada Bank X adalah USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar).

Contoh 2:

Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah X melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD30.000 (tiga puluh ribu US Dollar) kepada Bank A, kemudian pada tanggal 5 Desember 2008 Nasabah X melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar) kepada Bank B, maka pembelian valas Nasabah X pada bulan Desember 2008 adalah sebesar USD80.000 (delapan puluh ribu US Dollar). Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10…

-4- Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 4921

!" # $ "% !"&'" ()*)" " + ,- . " ","/"& 0"1" ," / &"2" + .("! /" /" )1 "&3

!% !"&'" + .("! /" /" )1 "& 4" # ."/"& ."() 4"

, 1 #"2)& -/ & + .("! /" /" ()+"2 )1 "&

2/)+" ,)+) #" 1"."2 + )" #" 4" # . &"( +&).). 4" 1"."2 5"/)(" ". # ,- .( + ) ()+ *"#" + /" #.) #" + # "(" +- - ". - "/3 0% !"&'" ) ()+ *"#" + /" #.) #" + # "(" +- - ". - "/ , !)()&+" )1"4" 1 ,"/" " 1"."2 5"/)(" ". # ,- .( + , #" ! 2 +" 6/ +. ! / (". !"# 1 /"+) +- - ( 2 ".)+ 1 &"+ ". # ,"/" /"+)+" (2" ."+. 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "&3 ,% !"&'" 1 2" " + ,- . " , 1 2/)+" ) ()+ ,-2- # 1 ,"/" " 1"."2 5"/)(" ". # /"/) 1 #"()2" 4" # +- 12 & . 6 +&).). 4" ( 2+" ( , #" (2" ."+. 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& 4" # , /"+)+" " ("2" " + , #" 1 &"+ ". #3 % !"&'" ! 2,"."2+" 1 2( !" #" . !"#" " " , "+.), ,"/" &)2)6 " &)2)6 ! &)2)6 0 ," &)2)6

, 1 2/) ("1+" 2"()2" " + ,- . "

( (" # 2" ."+. "/)(" . # ( 2&","1 )1 "& " ("2" " + , #" &"+ . #3

,- . " ; !"2" #"2" 1)!/ + ,- . " "&) ::: - -2 " !"&" !"2" #"2" 1)!/ + ,- . " - -2 9< 9= . !"#" " " ( /"& , )!"& ! ! 2"1" +"/ ( 2"+& 2 , #" ," #8 ," # - -2 "&) : ( (" # ("1" 2"()2" 2 ("& ##" ( ," #8 ," # - -2 "&) < ( (" # 2)!"&" ,)" "(". ," #8 ," # - -2 9 "&) ::: ( (" # " + ,- . " *", ," #8 ," # ; !"2" #"2" 1)!/ + ,- . " "&) : - -2 " !"&" !"2" #"2" 1)!/ + ,- . " - -2 : =3 % ," #8 ," # - -2 "&) ::: ( (" # "/) (". 5 ." ," .( /" )+"2 ; !"2" #"2" 1)!/ + ,- . " "&) ::: - -2 " !"&" !"2" #"2" 1)!/ + ,- . " - -2 9< =3 $ ("1+" $ % "."/ "/" 2"()2" " + ,- . " 4" # , "+.), , #" $ % " + ","/"& " + ) . !"#" " " , "+.), ,"/" ," #8 ," # - -2 "&) :: ( (" # 2!" +" . !"#" " " ( /"& , )!"& , #" ," #8 ," # - -2 "&) ::< ," " + ) 7

," #8 ," # - -2 "&) < ( (" # 2!" +" 4"2 "& ( 2 ".)+ +" (-2 0"!" # ,"2 " + 4" # ! 2+ ,),)+" , /)"2 # 2 " ) ( ,"+ ( 2 ".)+ +" (-2 " + ) ," " + ) 4"2 "& ! 2!"," &)+) ,- . " 4" # ! 2-1 2". , /)"2 # 2 % % &"+ . # ","/"&$ "% '"2#" #"2" ". #3 !% !"," &)+) ". # "(") / !"#" ". # /" 4"3 0% '"2#" #"2" ,- . " 4" # / + .("(). 1 ,),)+ ( ("1 ; = #"2" /" ," ( ,"+ ! 2,- . / , ,- . "3 ,% +" (-2 " + , /)"2 # 2 ,"2 " + 4" # ! 2+" (-2 1)."( , ,- . "3 % +" (-2 1 2)."&"" , /)"2 # 2 ,"2 1 2)."&"" 4" # ! 2!"," &)+) ,- . "% 9% >"2#" #"2" ". # ","/"& -2" # 4" # / + + '"2#" #"2"" . /" ,- . " ( 2 ".)+ 4" # / + ? ("1 "(") ? ( ##"/ , ,- . "% % "," )+) . # "(") !"#" . # /" 4" ","/"& !"," &)+) "(") / !"#" ". # 4" # , , 2 +" , /)"2 # 2 " ) ( ,"+ ( 2 ".)+$ "% +" (-2 0"!" # " + ". # , ,- . "3 !% 1 2)."&"" " " " -,"/ . # ; =3 0% !"," &)+) ". # "(") / !"#" ". # 4" # / + + # "(" 4" # ! 2. 6"( 2/"!"%

@% 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& ","/"& (2" ."+. *)"/ ! / 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& ,"/" ! ()+$ "% (2" ."+. ( 2 ".)+ (2" ."+. 4" # , /"+)+" , #" 5"/)(" ," "(") 5"/)(" 3 !% (2" ."+. , 2 5"( 6 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& 4" # .(" ,"2 ; = ,"/" ! ()+ ," (2" ."+. /" 4" 4" # ,"1"( , 1 2." "+" , #" ()% % 2" ."+. ","/"& + # "(" 4" # ,"."2 1 ! / " "(") 1 *)"/" 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "&% % 2 , ( 7

,"1"( , 1 2." "+" , #" () ! 2,"."2+" 1 2. ()*)" "(") + . 1"+"(" 1 *" *" " ("2" " + , #" 1 &"+ /" 4" # '"* !+" 1 &"+ 1 *" ) ()+ /) ". )(" # 4" . ( /"& *" #+" '"+() ( 2( () , #" 1 ! 2 " !) #" "(") !"/" ( 2 ".)+$ "% 0 2)+" ; = 4" () ."/,- #"( 6 1"," 2 + # # 2- "."!"& 4" # ( ,"+ ,"1"( , !"4"2 /) ". 1"," "+& 2 &"2 3 !% 1 #" ! /"/ &" ("# &" ,"/" 2" #+" + # "(" " *"+ 1 )(" #3 "(") 0% 1 #" ! /"/ &" "(") 1 ! / " +2 , ( ,"2 1 &"+ /" %

<% 2" .6 2 )1 "& ","/"& 1 ,"&" . *) /"& ," " )1 "& 4" #

, ()*)+" + 1"," 1 2 " ," " ) ()+ + 1 ( #" " + "(")1) "."!"& " + !" + /"/) . (-2" () " ")1) 1 ,"&!)+)" " ("2 2 + # 1"," " + 4" # ." " "(") " + 4" # ! 2! ," 4" # 4 !"!+" ! 2(" !"& 4" ."/,- 2 + # )1 "& 1 2 " ," "% :% )2"( 2&"2#" ","/"& .)2"( 1 #"+)" )(" # ' . / -!/ #". . +)2 (". +2 , ( "(") . ( "1 , 2 5"( 6 4" "(") + 1 ( #" /" "(") .)"() + '"* !" ,"2 1 2! ( ,"/" ! ()+ 4" # /"? , 1 2,"#" #+" ,"/" 1"."2 -,"/ ," 1"."2 )" # ( 2 ".)+ -!/ #". 4" # , ( 2! (+" -/ & / !"#" )/( /"( 2"/ "(") .)12" ". - "/ 4" # . /)2)& ," " &". / 1 2! (" -!/ #". ( 2. !)( , #) "+" ) ()+ + 1 ( #" 1 ! "4"" + # "(" +- - , ,- . " ( 2 ".)+ .)2"( ! 2&"2#" 4" # ! 2,"."2+" 12 . 1 .4"2 "&% % 2" ."+. ","/"& (2" ."+. *)"/ "(") ! / " ("2" 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& , #" 1 4 2"&" ," " 4" , /"+)+" ;,)"= &"2 + 2*" . ( /"& (" ##"/ (2" ."+. % 2 ".)+ ,"/" 1 # 2( " 2" ."+. ","/"& (2" ."+. , #" 1 4 2"&" 5"/)(" 1"," &"2 4" # ." " ; = "(") , #" 1 4 2"&" ;."()= &"2 + 2*" . ( /"& (" ##"/

(2" ."+. ; =% % 2" ."+. 2 5"( 6 ","/"& (2" ."+. 4" # , ,"."2 -/ & .)"() +- (2"+ "(") 1 2*" * " 1 !"4"2" 4" # /" 4" 2)1"+" ()2) " ,"2 /" ()+"2 ,"/" ! ()+ (2" ."+. 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& ," (2" ."+. /" 4" 4" # ,"1"( , 1 2." "+" , #" ()% % 7

/ !"#" 1 2 #+"( ," (-("/ ". ( 4" # ( 2 ".)+ ,"/" ;,)" 2"().= ! ."2 ,) " ! 2,"."2+" 6-2 ". 4" # ( 20" () ,"/" % "# " ."() 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& "."/ ; = " + ,"1"( /"+)+" 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& , #" &"+ . # "(". ,"."2 .)"() +- (2"+% ; = "/" /"+)+" 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& . !"#" " " , "+.), 1"," "4"( ; = " + '"* ! / + 1 ,- " ( 2 "/ ( 2()/ .% "."/ 9 ; = 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& 4" # , /"+)+" " + , #" &"+ . # , "(". *) /"& ( 2( () ; = '"* ! / + 2" ."+. % ; = 2" ."+. . !"#" " " , "+.), 1"," "4"( ; = / 1)( . /)2)& + # "(" $ "% 1 2,"#" #" !"2" # ," *"." , ,"/" ," , /)"2 # 2 3 ," "(") !% 5 .(". ! 2)1" 1 *" " -,"/ ," 5 .(". /" 4" , ,"/" ," , /)"2 # 2 % ;9= 2" ."+. . !"#" " " , "+.), 1"," "4"( ; = ( ,"+ ( 2 ".)+$ "% 1 ##) "" 7

," !% 1 1"(" ," " 1"," " + ; = " ("2" /" ! 2)1" ("!) #" # 2- , 1-. (- ," ; A =% "# " ,)" 2" ."+. " ("2" " + , #" &"+ . # "."/ ; = B) /"& ( 2( () ; = . !"#" " " , "+.), ,"/" "."/ 9 "4"( ; = ) ()+ 1 ! / " 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& -/ & &"+ . #

+ 1"," " + /"/) 2" ."+. ","/"& % ;. 2"().

2 !) ,-/"2 2 +" 2 +"(= 1 2 !)/" 1 2 &"+ . # "(")

+) 5"/ 4"%

; = ! / " 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& -/ & &"+ . # + 1"," " + . !"#" " " , "+.), 1"," "4"( ; = , /"2" # / ! & /" - "/ 2" ."+. % ;9= "/" &"/ /" - "/ 2" ."+. . !"#" " " , "+.), 1"," "4"( ; = ( ,"+ ,"/" + / 1"(" % ;. 1)/)& 2 !) ,-/"2 2 +" 2 +"(= "+" ( 2&","1 /" - "/ 2" ."+. , "+.), ,"1"( , /"+)+" 1 !)/"(" + "(". ,"/" + / 1"(" % ;. 1)/)& 2 !) ,-/"2 2 +" 2 +"(=% "# " ( #" 2" ."+. 2 5"( 6 " ("2" " + , #" &"+ . # "."/ @ ; = B) /"& ( 2( () ; = . !"#" " " , "+.), ,"/" "."/ 9 "4"( ; = ) ()+ 2" ."+. 2 5"( 6 *)"/ " ("2" " + , #" &"+ . # ," 2" ."+. 2 5"( 6 ! / " ("2" " + , #" &"+ . # ","/"& % ;."() *)(" ,-/"2 2 +" 2 +"(= !" + 1 2 (2" ."+. 1 2 &"+ . # ")1) 1 2 1-. . ; ! = ". #8 ". #

Dokumen terkait