• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Industri pengolahan karet PT Condong Garut memproduksi RSS dan estate brown crepe. Bahan baku RSS berupa lateks segar dan bahan baku estate brown crepe berupa scrap,lump busa dan lump mangkok. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan karet tersebut adalah limbah padat, cair, dan gas.

Alternatif penerapan produksi bersih yang dikaji baik melalui lapangan dari aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi maupun secara kualitatif dari pendapat pakar, menghasilkan suatu strategi utama yang baik untuk diterapkan di PT Condong Garut. Strategi produksi bersih dan pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan di PT Condong Garut terdiri dari penerapan good housekeeping dengan cara pemantauan pemakaian air dan pembuatan bak penampung bokar. mengumpulkan partikel yang terapung dalam rubber trap, penggantian bahan penggumpal yang anti bakteri serta pemberian insentif kepada pelaku industri yang menerapkan produksi bersih. Apabila strategi tersebut dillaksanakan membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 660.000,- dengan pay back period selama 0,28 bulan dan penggantian koagulan anti bakteria akan menghemat biaya produksi RSS sebanyak 17,6% dibandingkan dengan menggunkana asam format dan dapat mengurangi polusi CO2 .

Hasil analisis AHP memperlihatkan bahwa lingkungan merupakan faktor terpenting dalam penerapan produksi bersih di pengolahan karet, diikuti oleh teknis dan ekonomi. Sementara aktor yang yang terpenting dalam pelaksanaan strategi produksi bersih adalah pelaku industri karena pelaku industri sebagai pelaksana komitmen, kepemilikan modal, dan yang mengaplikasikan strategi yang ditawarkan. Secara keseluruhan analisis AHP menghasilkan strategi good housekeeping sebagai pilihan terbaik untuk penerapan produksi bersih, selanjutnya diikuti oleh pemanfaatan partikel karet pada kolam rubber trap, penggantian bahan koagulan anti bakteria, dan pemberian insentif bagi pelaku industri yang menerapkan produksi bersih. Hasil dari kajian di lapangan sesuai dengan analisis kualitatif dengan AHP yang berdasarkan dengan pendapat pakar.

B. Saran

Dalam upaya penerapan produksi bersih diperlukan peran serta pemerintah setempat dalam mengawasi aktifitas masing-masing industri terkait penggunaan air sebagai bahan untuk proses dan memberikan penyuluhan mengenai produksi bersih.

30  

DAFTAR PUSTAKA

Bapedal. 1997. Panduan Pelatihan Produksi Bersih Untuk Industri dan Jasa. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta.

Goutara, B. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Agro Industri Press. Jurusan teknologi Industri Pertanian, FATETA. IPB, Bogor.

Indrasti N.S dan Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih. Departemen Teknologi Industri Pertanian: Fateta IPB :Bogor.

Jenie, B. S. L. dan Rahayu, W. P. 1993. Rancangan Limbah Industri Pangan. Kanisius, Yogyakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2000. Produksi Bersih. Jakarta.

Lens, P. dan Pol, L. H. 2000. Environmental Technology to Treat Sulfur Pollution. IWA Publishing, London.

Manullang, S. 2006. Kajian Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Industri Crumb Rubber. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marimin dan Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.

Metcalf dan Eddy, 1996. Wastewater Engineering : Treatment Disposal Reuse. Singapore : McGraw-Hill Book Co.

Nazaruddin. dan F.B. Paimin. 2004. Karet : Budi Daya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwati. 2005. Rancang Bangun Model Biofilter Pendegradasian Limbah Bau. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Romadoni, A. 2011. Sistem Insentif untuk Mendorong Inovasi Berdampak Pada Kegiatan

Ekonomi Nasional. Terhubung berkala http://lpik.itb.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=138&Itemid=81. [18

Juli 2012].

Setyamidjaja, D. 2011. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.

Silvakumaran, S., Y. F. Kheong, J. Hasan, and Wan A. Rahman. 2000. Carbon Sequestration in Rubber : implication and economic model to fund continued cultifation. Proc. Indonesian Rubb. Conf. And IRRDB Symposium, Bogor, Indonesia, 12-14 September 2000, 79-102. Sudibyo, A. 1996. Penerepan Teknologi Bersih Pada Industri Karet. Lokakarya Tentang Karet

Alam Sebagai Produk Unggulan Ekspor Yang Bersahabat Dengan Lingkungan. Bandar Lampung, 4 Oktober 1996.

Suseno, R dan Suwari. 1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sheet yang Diasap. Bogor. Balai Penelitian Perkebunan Bogor.

Suwardin, D. 1989. Teknik Pengendalian Limbah Pabrik Karet. Jurnal. Lateks Wadah Informasi dan Komunikasi Perkebun Karet, 4(2) : 28-34.

Tim BPTK Bogor Pusat Penelitian Karet. 2001. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Karet Remah. Bogor.

United Nations Enviroment Programme (UNEP). 2001. What is Cleaner Production dalam Cleaner Production Homepage. http:/www.unepie.org. [10 Juni 2012].

31  

UNEP dan ISWA. 2002. Training Resource Pack for Hazardous Waste Management in Developing Economies. UNEP Divisi teknologi, industri dan ekonomi. Paris ISBN :90-807-2235-2.

USAID. 1997. Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Depperindag. Jakarta

Utomo, T. 2006. Rancang Bangun Proses Produksi Karet Remah Berbasis Produksi Bersih. Disertasi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Yulianti, D., Winarno, K., dan Mudyantini, W. 2005. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremidiasi dengan Azolla microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa Linn). Jurnal Biosmart. 7 (2): 125-130.

32  

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Pembuatan RSS Pembekuan Penirisan Penggilingan Sortasi Lateks Segar Penerimaan Pengenceran

Lampiran 2. Alur Pembuatan Estate Brown Crepe Finishing

Pengeringan

Bahan baku Brown Crepe (Compo) • Lump mangkok

• Lump busa • Scraps

• Serpihan sisa pengolahan RSS (Slab Basah)

Penerimaan bahan baku

Pencucian bahan baku

Sortasi bahan baku

Bak penampung

Pencacahan

33                 

Proses pembekuan lateks Proses penggilingan sheet Sheet hasil gilingan Sheet di ruang asap

         

Rumah asap Sheet asap Sheet jenis cutting Bandela-bandela sheet

Pembentukan crepe Potongan-potongan crepe Crepe sebelum dikeringkan Pengeringan crep

33

34  

Kuesioner Penelitian Kajian Implementasi Produksi Bersih Di Industri Pengolahan Karet di PT Condong Garut

Garut, Jawa Barat

Tanggal pengisian: No. Responden:

Penggunaan Proses Hierarki Analitik Penerapan Produksi Bersih Pada Pengolahan Karet

Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen dalam menyelesaikan penelitian. Kuesioner ini disusun oleh:

Peneliti : Pramita Umi Hapsari NRP : F34080134

Program studi : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Perguruan tinggi : Institut Pertanian Bogor

Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

jenis kelamin : ( ) laki-laki

( ) Perempuan

Pendidikan terakhir : ( ) tidak tamat SD ( ) Diploma/Akademik

( )SD ( ) Sarjana

( ) SMP ( ) Pascasarjana ( ) SMA ( ) Doktor

Pekerjaan : ( ) Pelajar/Mahasiswa ( ) Wiraswasta/pengusaha

( ) BUMN/Pegawai Negeri ( )Wiraswasta/Pengusaha

35

 

PENGANTAR

Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk menentukan strategi dalam penerapan produksi bersih pada pengolahan karet. Struktur hierarki dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pelaku Industri Litbang

Penerapan Produksi Bersih Pada Pengolahan Karet

Ekonomi Lingkungan Teknis

Lembaga pemerintahan Penerapan Good Housekeeping Penggunaan koagulan yang mengandung antibakteria dan antioksidan Pemberian Insentif bagi pelaku industri yang menerapkan produksi bersih Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap  

36  

PETUNJUK PENGISIAN

I. UMUM

1. Isi kolom identitas yang terdapat pada halaman depan kuesioner,

2. Berikan penilaian terhadap hierarki penentuan Strategi Penerapan Produksi Bersih Pada Pengolahan Karet

3. Penilaian dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan/peran komponen dalam satu level hierarki yang berkaitan dengan komponen-komponen level sebelumnya menggunakan skala penilaian yang terdapat pada petunjuk bagian II.

4. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang tersedia. II. SKALA PENILAIAN

Definisi dari skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai Perbandingan

(A dibandingkan B)

Definisi

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B

-3 Kebalikannya (B sedikit lebih penting dari A) 5 A jelas lebih penting dari B

-5 Kebalikannya (B jelas lebih jelas penting dari A) 7 A sangat jelas lebih penting dari B

-7 Kebalikannya (B sangat jelas lebih penting dari A) 9 A mutlak lebih penting dari pada B

-9 Kebalikannya (B mutlak lebih penting dari pada A)

2,4,6,8 atau -2,-4,-6,-8 Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas

Keterangan :

Dalam pengisian kuesioner ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diminta untuk membandingkan mana yang lebih penting antara elemen A dengan elemen B, lalu memberikan bobot berdasarkan petunjuk. Keluaran dari kuesioner ini adalah menentukan salah satu elemen yang menjadi prioritas untuk di implementasikan berdasarkan pendapat responden

37  

Contoh Pengisian:

Misalkan terdapat elemen yang mempengaruhi penerapan produksi bersih yang akan diterapkan yaitu faktor ekonomi, lingkungan, dan teknis. Berdasarkan tingkat kepentingkan maka faktor tersebut disusun dalam bentuk tabel seperti pada contoh berikut:

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Ekonomi Lingkungan Teknis

Ekomi 1 5(a) -3(b)

Lingkungan 1 6

Teknis 1

Keterangan:

Nilai Pada (a) : Faktor Ekonomi jelas lebih baik penting dari Teknologi Nilai Pada (b) : Faktor Teknis sedikit lebih penting dari Ekonomi Perhatian : Konsistensi penilaian sangat penting untuk diperhatikan

Tabel 1. Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor dibawah ini berdasarkan Tujuan Penerapan Produksi Bersih Pada Pengolahan Karet

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Ekonomi Lingkungan Teknis

Ekonomi 1 ... ...

Lingkungan 1 ...

Teknis 1

Tabel 2.1 Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar aktor dibawah ini berdasarkan faktor Ekonomi

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Pelaku Industri Litbang Lembaga Pemerintahan Pelaku Industri 1 .... .... Litbang 1 .... Lembaga Pemerintahan 1

Tabel 2.2 Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar aktor dibawah ini berdasarkan faktor Lingkungan

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Pelaku Industri Litbang Lembaga Pemerintahan Pelaku Industri 1 .... .... Litbang 1 .... Lembaga Pemerintahan 1

38  

Tabel 2.3 Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan aktor berdasarkan faktor Teknis

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Pelaku Industri Litbang Lembaga Pemerintahan Pelaku Industri 1 .... .... Litbang 1 .... Lembaga Pemerintahan 1

39

 

Tabel 3.1 Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar strategi dibawah ini berdasarkan aktor Pelaku Industri

Elemen Strategi A Elemen Strategi B Penerapan Good Housekeeping Penggantian koagulan yang mengandung antibakteri Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap

Pemberian Insentif bagi pelaku industri

yang menerapkan produksi bersih Penerapan Good Housekeeping 1 .... .... .... Penggantian koagulan yang mengandung antibakteri 1 .... .... Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap

1 ....

Pemberian Insentif bagi pelaku industri yang menerapkan produksi

bersih

1

39

40

 

Tabel 3.2 Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar strategi dibawah ini berdasarkan aktor Litbang

Elemen Strategi A Elemen Strategi B Penerapan Good Housekeeping Penggantian koagulan yang mengandung antibakteri Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap

Pemberian Insentif bagi pelaku industri

yang menerapkan produksi bersih Penerapan Good Housekeeping 1 .... .... .... Penggantian koagulan yang mengandung antibakteri 1 .... .... Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap

1 ....

Pemberian Insentif bagi pelaku industri yang menerapkan produksi

bersih

1

40

41

 

Tabel 3.3 Bagaimana penilaian anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar strategi dibawah ini berdasarkan aktor Lembaga Pemerintahan

Elemen Strategi A Elemen Strategi B Penerapan Good Housekeeping Penggantian koagulan yang mengandung antibakteria Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap

Pemberian Intensif bagi pelaku industri

yang menerapkan produksi bersih Penerapan Good Housekeeping 1 .... .... .... Penggantian koagulan yang mengandung antibakteria 1 .... .... Pemanfaatan partikel karet dalam rubber trap

1 ....

Pemberian Intensif bagi pelaku industri yang menerapkan produksi

bersih

1

41

Dokumen terkait