• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KES IMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berikut ini saran-saran yang dapat diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian:

1. Setelah melakukan penelitian, ternyata masih banyak yang bisa dieksplorasi lebih lagi mengenai orang kristen, misalnya pengalaman dalam mengikuti kegiatan retreat. Hal ini dikarenakan hasil wawancara mendapati bahwa kegiatan retreat memberikan pengaruh yang sangat besar pada orang kristen.

2. Mengenai topik memaafkan ini, mungkin peneliti selanjutnya bisa mengeksplorasi bagaimana pengalaman orang Kristen dalam mencari pengampunan karena beberapa partisipan menggunakan peran Tuhan sebagai pengampun.

3. Kemudian, pengalaman doa terlihat memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan memaafkan. Peneliti selanjutnya juga bisa lebih mengeksplorasi lagi bagaimana isi dari doa sehingga bisa mengubah seseorang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed. A. R, Azar.F & Mullet.E (2007). Interpersonal Forgiveness among Kuwaiti Adolescents and Adults Conflict Management and Peace Science 24: 159

Amstrong.K (2011). Conversation About Forgiveness: Facilitator Guide. Fetzer Institute. Cohen, Malka, Rozin, & Cherfas (2006). Religion and Unforgivable Offenses. Journal of Personality 74:1.

APA (2006). Forgiveness: A Sampling of Research Result. Washinghton, DC: Office of International Affairs. Reprinted, 2008.

Bono & McCullogh (2006). Positive Responses to Benefit and Harm: Bringing Forgiveness and Gratitude Into Cognitive Psychotherapy. Journal of Cognitive Psychotherapy: An International Quarterly Vol 20, No 2

Chaplin, J. P. (1989). Dictionary of Psychology. New York: Dell Publishing Co.Inc.

Christian Reflection A Series In Faith And Ethics (2001). Forgiveness. Baylor University.

Donelly, Doris (1998). Learning to Forgiveness. Abingdon

Egan A. L, and Todorov N. (2009). Forgiveness as a coping strategy to allow school students to deal with the effects of being bullied: Theoretical and empirical discussion. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 28, No. 2, 2009, pp. 198-222V

Enright, Robert D. & North, Joanna (2010). Exploring Forgiveness. University of Wisconsin Press.

Frise R.N & Mcminn R. M (2010). Forgiveness And Reconciliation: The Differing Perspectives Of Psychologists And Christian Theologians. Journal of Psychology and Theology. Vol. 38, No. 2, 83-90.

Ken-Ichi.O & Naomi T (2001) Escalation of Conflict and Forgiveness: A Social Psychological Model of Forgiveness. Tohoku Psychologica Folia 6, 61-71. Lopez, J Shane (2009). The Encyclopedia of Positive Psycology. Blackwell

Publishing.

Macaskill. A (2007) Exploring religious involvement, forgiveness, trust, and cynicism Mental Health, Religion & Culture 10(3): 203–218

McCullogh. M. E (2001). Forgiveness: Who Does It and How Do They Do It? Southern Methodist Unversity, Dallas, Texas Vol 10. No 6.

McCullough, M. E., Kurzban, R., & Tabak, B. A. (2010). Evolved mechanisms for revenge and forgiveness. In P. R. Shaver and M. Mikulincer (eds.), Understanding and reducing aggression, violence, and their consequences (pp. 221-239). Washington, DC: American Psychological Association.

McCullough, Root, Tabak, & Witvliet (2007). Forgiveness. University of Miami; Hope College.

Moustakas. C (1994). Phenomenological Researh Methods. SAGE Publication. Poerwandari.K.E (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Publication Manual of The American Psychological Association 6th Ed. (2009). Seiji, Bernard, & Ken-Ichi (2001). A Cross-Cultural Examination Of The Effects

Of Apology And Perspective Taking On Forgiveness. Journal Of Language And Social Psychology 144-166

Smith. J. A (2009). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Toussaint L.L & Williams. R.D (2008). National Survey Results for Protestant, Catholic, and Nonreligious Experiences of Seeking Forgiveness and of Forgiveness of Self, of Others, and by God. Joumal of Psychology and Christianity Vol. 27, No. 2, 120-130

VandenBos R. Gary R (2007). APA Dictionary of Psychology. Washington DC: APA.

Worthington L. E, Witvliet, Pietrini P, Miller J. A. (2007) Forgiveness, Health, and Well-Being: A Review of Evidence for Emotional Versus Decisional Forgiveness, Dispositional Forgivingness, and Reduced Unforgiveness. Springer Science+Business Media, LLC.

Younger W.J. Piferi L.R. Jobe.L. R. & Lawler.A.K (2004). Dimensions of forgiveness: The views of laypersons. Journal of Social and Personal Relationships 21: 837

Ysseldyk. R, Matheson. K, & Anisman.H (2009). Forgiveness And The Appraisal-Coping Process In Response To Relationship Conflicts: Implications For Depressive Symptoms Stress, March 12 (2): 152–166. Zablowinski. Z (2009).Should Christians Forgive Always; Does God Always

1. Koding P1

Partisipan

1. Aku itu yang Pengalamanku sama papa. Papa tu kan dulu pernah bikin mamaku tu nangis. Karena papa ku pernah kedapatan selingkuh, mama ku marah, dan terus mamaku nangis.

2. Setiap melihat mamaku menangis. Rasanya kesel sama papa ku. Jadi sulit banget untuk

memaafkannya. Sulit pokoknya untuk

memaafkan papa. Bahkan meliat muka papaku aja kesel rasanya.

3. Peristiwanya itu waktu Sekitar kelas 2 atau kelas 1 smp. 9 tahun yang lalu. Kelas 1 sma aku mengampuninya itu sekitar 3 tahun

4. Karena itu, gara-gara encounter digereja. Ret-reatnya ada Sesi 1 kalo ga salah. Ada sesi pemulihan. Setiap peserta ditantang untuk mengampuni orang-orang yang menyakiti kita, bahkan untuk yang paling menyakitkan sekalipun.

5. Nah waktu itu disuruh teriakin namanya trus ambil keputusan mengampuni. Sebelumnya itu

1. Menyatakan bahwa P1 memiliki pengalaman disakiti oleh ayah yang menyelingkuhi ibunya.

2. P1 merasa marah dengan ayahnya setiap melihat ibu menangis sehingga ia merasa sangat sulit untuk memaafkan sang ayah sampai-sampai ketika hanya melihat wajah pun marah

3. Peristiwa menyakitkan terjadi waktu SMP dan P1 memerlukan waktu 3 tahun untuk memaafkan.

4. P1 mengikuti kegiatan ret-reat dari gereja yang ada sesi pemulihan yang menantang P1 untuk mengampuni orang yang telah menyakitinya.

5. P1 mendengarkan khotbah tentang mengampuni dan disuruh untuk

1. Sakit hati ketika orang

terdekat (ibu)

diselingkuhi/dikhianati.

2. ketika melihat ayah, P1 merasa marah dan menjadi sulit memaafkannya.

3. P1 perlu waktu yang lama untuk memaafkan.

4. P1 disuruh memaafkan orang yang menyakiti hatinya dalam kegiatan ret-reat

5. Merasa disuruh memaafkan setelah mendengarkan khotbah

juga dikasih firman Tuhan dan khotbah-khotbah yang mendorong kita untuk mengampuni.

6. Waktu itu disuruh mengampuni nangis-nangis ga jelas, berjam-jam. Trus sampai dibilang ayo sebutin bilang Novie mengasihi papa, Novie mengampuni papa.

7. Trus aku ngomong, tapi rasanya dihati masih susah kan, jadi ngomong sambil nangis-nangis. karena kayanya ga rela mengucapkan saya mengampuni ayahnda tercinta.

8. Tapi ya udah. Tapi ya setelah akhir-akhir sesi itu ya diriku berhasil mengampuni setulus-tulusnya.

9. Antara galau. Sangat galau. Karna saya bingung. Maunya mengampuni, tapi kalau ingat luka hati nya, itu sangat-sangat menggalaukan. Antara haduh mengampuni tapi Kesalahannya terlalu luar biasa tidak layak untuk diampuni, gitu lho.

10.Tapi ya sudahlah, Aku aja sudah diampuni Tuhan Yesus, masa aku gak ngampuni.

meneriakkan dan mengampuni nama orang yang telah menyakitinya. 6. P1 merasa berat sehingga menangis

dengan tidak jelas selama berjam-jam ketika disuruh memaafkan sampai dipaksa.

7. Dikarenakan masih tidak rela memaafkan, maka dengan berat hati P1 berbicara sambil menangis.

8. P1 menyatakan setelah akhir sesi dari retreat tersebut, ia berhasil mengampuni ayahnya dengan tulus. 9. P1 menyatakan adanya kebingungan

pada dirinya, yaitu perasaan untuk mengampuni tapi P1 berpikir kesalahan yang dilakukan ayah tidak layak untuk diampuni.

10.P1 menyatakan bahwa ada keharusan bahwa ia harus mengampuni karena kepercayaan akan Tuhan yang telah mengampuninya.

dengan meneriakkan nama orang yang meyakitinya.

6. P1 tidak rela memaafkan sampai menangis dalam waktu yang lama sehingga dipaksa.

7. Tidak rela memaafkan sehingga berbicara sambil menangis.

8. Berhasil mengampuni

ayahnya.

9. Bingung untuk memaafkan karena masih sakit hati

10. P1 sadar dan ada

kepercayaan bahwa Tuhan telah memaafkan, maka ia harus memaafkan.

11.Lega, sukacita, senang. Rasanya itu lebih sehat. Ga tau kenapa. lebih sehat. Jauh lebih baik. Bahkan sampai sekarang itu sudah seperti semakin membaik, semakin hari semakin membaik.

12.Udah hilang. Kalau sekarang malah kalau lihat dia itu, pengen aku peluk, pengen aku cium kalo perlu.

11.Setelah memaafkan, P1 merasa lebih baik dengan adanya perasaan lega, senang dan merasa sehat. Selain itu ia juga menjalin hubungan yang membaik dengan ayahnya.

12.P1 ingin menunjukkan kasih sayang kepada ayah.

11. P1 merasa lega, senang, merasa sehat dan hubungannya dengan ayah membaik.

12. Rasa marah hilang dan ingin mengekspresikan sayang kepada ayah.

Partisipan 1

1. Iya donk. Iya kan sudah nanya-nanya sebelumnya. Kan sebelum mau ikut, sebelumnya kita harus mastiin dulu donk, acaranya apa aja dulu. Maksudnya kira-kira aku pengen ikut, gitu lho.

2. Sebelumnya ya taunya itu, orang bilangnya itu nanti disitu ya di ret-reatnya itu akan dilakukan pemberesan hati. Tentang pemulihan. Itu yang paling penting katanya. Intinya dari situ nanti semua luka hatimu, kekecewaan segala macem itu nanti diberesin disitu. Trus ada juga nanti ada pelepasan. Pelepasan itu maksudnya. Olkutiesme gitu lho. Ikatan-ikatan kita dengan ikatan-ikatan kuasa gelap. Kayak Misalnya kita dulu apa ya

1. P1 manyatakan bahwa ia akan mencari tahu informasi tentang

kegiatan tertentu sebelum

memutuskan mengikutinya.

2. P1 mendapatkan informasi dengan lengkap dan rinci tentang aktivitas yang ada dalam kegiatan, sampai aktivitas yang paling penting.

1. P1 akan mengikuti suatu kegiatan mengetahui isi kegiatan secara detail dan ketika menarik hati, maka ia akan ikut.

2. P2 mengetahui tentang ret-reat secara detail.

hidup misalnya pernah pake mantra lah, pernah pake jimat-jimat gitu lah, pernah berguru ke siapa kek, dukun-dukun ga jelas kaya gitu-gitu. pokoknya secara secara tidak langsung berhubungan dengan kuasa kegelapan, kaya roh setan-setan itu nanti dilepaskan disitu, kaya di usir gitu. Pengusiran setan gitu. Trus juga nanti ada pembaptisan roh kudus. Itu disitu juga. Kayak bahasa roh kudus gitu. Begitu.

3. Alasannya. Karena katanya banyak yang ngomong kalau habis encounter ikut disitu nanti ada perubahan. Mereka itu pasti akan mengalami suatu perubahan luar biasa dalam hidupnya. Entah meskipun aku waktu itu ga tau perubahan itu seperti apa tapi pengen tau aja berkatnya itu kaya gimana sih rasanya , kayak gitu.

3. P1 mengikuti suatu kegiatan karena ia mengetahui orang yang mengikuti kegiatan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan ia penasaran ingin ikut merasakan.

3. Pasa penasaran akan

pengalaman yang menarik

mendorongnya mengikuti

retreat, walaupun pengalaman tersebut tidak diketahui secara detail.

4. Ga. Pernah terpikir. Udah nyoba. tapi nyobanya

ya gitu-gitu aja. Maksudnya ah tapi gak ah. O iya pernah ada. Tapi maaf sih maaf. Udah maafin. Cuma itu ga setulus-tulusnya, itu lho belum. Cuma dibibir doank, tapi dihati masih tu sebenarnya masih agak aahh gitu.

4. P1 pernah mencoba untuk

memaafkan, tetapi ia masih merasa tidak tulus, karena hatinya masih belum rela memaafkan.

4.. Mencoba memaafkan tapi belum bisa memaafkan dengan tulus.

5. Orang kalo namanya memaafkan udah plonk kan itu, namanya memaafkan kan maksudnya ga ada lagi tu lho rasa mo kesalnya, mo sakit hati ga ada

5. P1 menyatakan bahwa ketika orang yang memaafkan, seharusnya tidak ada lagi perasaan sakit hati dan rasa

5. bahwa memafkan yaitu menghilangkan perasaan sakit hati dan marah kepada orang

harusnya, marah. yang telah menyakitinya.

6. tapi ya itu maafku untuk memaafkan papa sebelum encounter itu ya itu maaf dibibir. tapi kalau ingat dia lagi kadang-kadang masih sakit rasanya, masih sedih rasanya.

6. P1 menyatakan bahwa sebelum mengikuti kegiatan kereja tersebut, ia sudah mencoba memaafkan, namun ia merasa masih sedih dan sakit hati.

6. Belum memaafkan dengan tulus karena masih merasa sedih dan sakit hati.

7. Caranya? Ini aja sih caranya belajar dari my mother. Karena termotivasi dari dia. Liat dia itu, kok bisa itu lho mengampuni dengan sangat sangat setulus-tulusnya, kok aku ga bisa. Jadi aku belajar. Jadi o ya aku maafin papa, aku maafin papa, Nah padahal sebenarnya itu cuman dibibir doank.

7. P1 menyatakan bahwa ia mencoba untuk memaafkan ayahnya karena ia melihat ibu yang lebih dulu memaafkan sang ayah, sehingga ia terdorong untuk memaafkan juga.

7. termotivasi ibu yang memaafkan sehingga mencoba

memaafkan, namun belum

berhasil memaafkan dengan tulus.

8. Sulitnya, aduh gimana ya. Sulitnya itu sulit gimana ya, sulitnya itu karena ya maksudnya ingat tu lho kejadian-kejadian yang menyebalkan.

8. P1 menyatakan sulit memaafkan karena ketika ingin memaafkan ia akan mengingat kejadian yang menyakitkan dengan ayah.

8. P1 merasa sulit memaafkan karena selalu teringat peristiwa menyakitkan.

9. Misalnya hal-hal simple aja, Misalnya pada saat mereka itu kalo berantem itu ga terang-terang ga didepan anak-anak. Ciaat, apa lah bla, bla, bla, itu gak. Mereka tu kalo berantem itu tu berdua doank dikamar kunci pintu. Trus ngomong dengan volume yang sangat kecil. Yang menyakitkannya

9. P1 menyatakan bahwa ia tidak pernah melihat secara langsung peristiwa orangtuanya berkelahi, hanya mendengar suara perkelahian. P1 menyatakan ketika ada orang yang

menyakiti hati orang yang

9. Membenci ayah karena orang pertama menyakiti hati ibunya sampai menangis.

itu kalau kita nguping, dengar mamaku nangis, kya gitu lho. Nangisnya itu, siapapun yang nangisin mama itu rasanya memang sangat mudah untuk ku benci. Berhubung dia orang pertama yang ku liat yang nangisin mamaku, jadi aku benci minta ampun sama dia, kaya gitu

dikasihinya, maka ia akan membenci orang tersebut, dan ayah orang pertama yang melakukan hal tersebut, sehingga ia sangat membencinya

10.Trus kedua, pernah juga liat ma cewek itu. Meskipun waktu itu kejadiaannya emang ga yang lagi gimana-gimana sama ceweknya. Pas liat Justru aku liat lagi dimarah-marah ma cewek itu. lagi dimarah-marah gitu. Tapi tetap aja sakit. Karena maksudnya O iya ya terbukti dengan jelas ya kalau dia pernah berhubungan dengan jelas dengan orang itu, dengan cewek lain itu. Itu yang bikin sakit

10.P1 menyatakan pernah melihat ayah bertemu dengan selingkuhan yang menjadi sumber masalah dalam rumah tangga. menyatakan bahwa ia menemukan bukti dari kesalahan pelaku sehingga ia merasa sakit hati

10. P1 membuktikan sendiri bahwa ayah membohongi dan menyakiti hatinya

11.Trus ada lagi. Yang bikin susah dimaafkan. Natal itu tidak pernah sama kita. Sekitar 6 7 tahun. Itu pergi kemana ga tau. Pokoknya sekali meninggalkan rumah itu bisa sampe 1- 2 bulan ga ada dirumah, itu ga balik-balik.

11.P1 menyatakan kesalahan ayah yang telah menyakitinya lagi karena mereka tidak memiliki waktu bersama pada moment yang penting, dan pergi dalam waktu yang lama.

11. P1 sulit untuk memaafkan karena tidak memiliki waktu bersama dengan seorang ayah.

12.Bayangkan gimana sakitnya itu lho, Tetangga nanya kemana, dan kita harus jawab dengan jawaban berbohong. Dia lagi dinaslah, dia lagi apa lah kaya gitu. Sakit kan ya.

12.P1 sakit hati ketika harus berbohong dengan memberikan jawaban yang baik pada orang lain.

12. P1 merasa sakit hati saat berbohong menutupi kesalahan ayah.

13.Pergi tanpa kabar lagi, ga ngabarin mama, ga ngabarin kita semua, kaya gitu. Sama sekali dia meninggalkan pekerjaan dan meninggalkan keluarga. 1-2 bulan bisa, mungkin 3 bulan pernah apa aku ga ingat pernah apa gak. Pokoknya lama banget.

14.Dan lebih menyakitkan tetangga nanya ke mamaku, dan mamaku harus jawab boong, jawab dengan muka tetap tersenyum, tapi hatinya lagi menangis. Arrrgh gitu rasanya.

15.Ouh gak pikiran gitu. Malah rasanya tu, yang ku bayanyin ya. Pada saat kejadian itu udah deh ma jujur aja tu lho, kalo papa tu lagi pergi sama cewek lain, pa piye. Jujur aja. Biarin.

16.Maksudnya kita ga usah malu, yang kaya gitu yang malu papa. Biarin aja dia yang malu. Pikirannya kaya gitu. Biarin dia hukuman moral utuk dia aja gitu lho. Biar dia tau rasa ga perlu punya nama baik

13.P1 menyatakan bahwa ayah

meninggalkan peran sebagai kepala keluarga dengan pergi

14.P1 merasa lebih tersakiti ketika sang ibu menjawab pertanyaan orang lain dengan menutupi kesalahan ayah.

15.P1 menyatakan tidak berpikir agar ibu mengakhiri hubungan dengan ayah. Akan tetapi P1 menyuruh sang ibu untuk menjawab jujur.

16.P1 ingin menghukum ayah yaitu membuatnya malu dengan orang lain.

13. Merasa sang ayah

meninggalkan dengan waktu yang lama dan tidak member kabar

14. P1 merasa lebih sakit hati dan kesal karena ibu yang menutupi kesalahan dengan berbohong.

15. P1 ingin menghukum ayah dengan menyuruh ibu untuk mengatakan kejahatan ayah.

16. Ingin menghukum ayah

17.Mamaku kan gitu karena maksudnya selain dia malu, dia juga kasihan sama papa dia juga mikirin papa kan kasihan nanti punya image yang

17.P1 menyatakan bahwa ibu berusaha menutupi kesalahan ayah agar tidak merasa malu dan kasihan dengan

17. Ibu berbohong untk

menutupi kesalahan karena kasihan dan malu

jelek. Di sekolah, dia kan dulu guru kan, di sekolah jelek, dilingkungan jelek, di gereja jelek. Kaya gitu. Jadi dia berusaha baik-baikin. Jadi mama jawab dia ada urusan dinas, ada urusan partai PDI Perjuangan, kaya gitu.

18.Padahal tu makanya ih karena kesal ma dia. Jadi Perasaan bilang aja ma, bilang aja kalo dia selingkuh. Biarin aja, bodo. Yang malu Biar aja dia yang malu, dia juga bukan papaku ku kaya gituin

ayah.

18.P1 menyatakan bahwa ia tidak mengakui sosok ayah.

18. P1 tidak mengakui ayahnya.

19.Yang aku rasakan, aku merasa ditantang untuk memaafkan. Ya udah trus jadinya disitu apa namanya perang sama diri sendiri, gitu kan. Karena dari dalam lubuk hati yang paling dalam ada yang ngomong ayo maafin. Tapi rasanya secara manusia orang itu ga layak untuk dimaafkan. Kenapa saya harus maafkan, kaya gitu. 20.Tapi firman itu kembali ingatin lagi, yaitu kamu

aja manusia, dosanya minta ampun banyaknya, itu Tuhan Yesus tu mau saking mengasihimu, mau maafin, mau mati pula buat kamu, ya kan. Kurang apa pengorbanannya buat kita.

21.Apalagi aku, Maafin papa tu maksudnya kesalahan dia cuman yang kaya gitu, dibandingkan sama

19.P1 merasakan ada peperangan dalam diri P1 antara dorongan memaafkan dengan pikiran untuk tidak memaafkan.

20.P1 merasa disadarkan oleh konsep dari agama Kristen, yaitu Tuhan mengampuninya dan pengorbanan yang besar untuknya.

21.P1 membandingkan besar

kesalahannya dengan kesalahan

19. P1 merasa ada konflik antara dorongan dari luar untuk memaafkan dan logika untuk tidak memaafkan.

20. P1 disadarkan bahwa

pengorbanan Tuhan untuk

mengampuni kesalahannya.

21. P1 membandingkan

semua dosa-dosaku tu, menurutku 1 banding 100, iya kan.

22.Kalo Tuhan aja bisa maafin aku, kenapa enggak gitu lho. Jadi aku sendiri merasa ditantang, ditantang, tapi jadi bikin galau.

ayahnya, dengan menyatakan

kesalahannya yang lebih besar daripada kesalahan ayahnya.

22.P1 merasa harus sama seperti Tuhan sehingga ia membandingkan dirinya

dengan Tuhan yang bisa

mengampuni, dan P1 juga harus mau mengampuni.

bahwa dosanya lebih besar dari ayah.

22. Merasa ingin seperti Tuhan dan melakukan perbandingan dengan Tuhan, namun menjadi bingung.

23.Iya waktu disampein tentang khotbah gitu tu rasanya saat itu ada yang kaya, Ayo kamu berani mengampuni ga? Kaya gitu tu lho. Kamu berani gak ayo mengambil keputusan mengampuni? Nah kan itu bikin galau.

24.Jadi itu waktu terima khotbah itu, Itu gak langsung yes aku mau mengampuni, itu gak. Gak gitu. Tapi itu rasanya Haah, Apa aku harus mengampuni? What? Please deh ya ampun orang itu ga layak diampuni. Rasanya kaya gitu. Apa ni khotbahnya apaan, gimana ni. kok disuruh mengampuni. Kaya gitu malah.

25.Pas waktu doa baru ngambil keputusan untuk mengampuni

23.P1 merasa bahwa seperti disuruh terus menerus untuk mengampuni, sehingga ia bingung.

24.Setelah mendengar khotbah, P1 menolak memaafkan karena ia merasa bahwa seorang ayah yang telah sangat menyakitinya tidak layak untuk dimaafkan.

25.P1 menyatakan bahwa setelah ia berdoa ia bisa mengampuni ayahnya.

23. P1 merasa bingung ketika disuruh memaafkan.

24. P1 menolak khotbah yang mendorong untuk memaafkan ayahnya.

25. Dengan berdoa memotivasi P1 untuk mengampuni

26.Nangisnya itu ya karena, kan ceritanya saat itu aku merasa ditantang ayo kamu mengampuni, gitu kan. Sambil hatimu mengampuni, kamu harus belajar mengucapkannya dengan mulutmu tu kamu mengasihi dan mengampuni dia orang yang melukaimu itu ya kan.

27. Nangisnya itu kenapa, karena aku merasa harus dipaksa untuk mengucapkan itu, padahal tapi saat itu hatiku tu belum, belum sesuai dengan yang kukatakan. Aku ngomong mengasihi dia, tapi hatiku gak mengasihi dia, gitu lho. Jadi nangis. Jadi rasanya tu melakukan sesuatu yang tidak aku ingingkan. Aku disuruh memaafkan, tapi aku gak pengen memaafkan. Jadi aku nangis pas ngomong gitu. Nangis ga jelasnya disitu.

28. Tapi pada akhirnya, arti nangis ku artinya lain

lagi. Nangis lega karena aku sudah

mengampuninya dengan setulus-tulusnya, seperti itu. Tapi Sambil belajar mengampuni dengan ngomong-ngomong gitu ya nangis juga, galau. Tangisan galau kalau itu, tapi pas ending-endinganya tangisan sukacita.

29.Gak. Iya deh kayanya, kayaknya aku nyadar nih hati ku banyak deh dikecewain orang, entah siapa. Memang papa ada juga sih. Cuman ga kepikiran

26.PI menyatakan terasa sulit

mengampuni ketika harus

mengungkapkannya dengan

mengucapkan mengampuni dan

mengasihi orang yang telah menyakiti hati.

27.P1 menyatakan bahwa ia merasa tidak ingin memaafkan, namun ia dipaksa untuk melakukan hal tersebut sehingga ia menangis tidak jelas.

28.P1 menyatakan bahwa ia menangis

Dalam dokumen Pengalaman memaafkan pada orang Kristen (Halaman 81-128)

Dokumen terkait